4

1K 152 29
                                    

⚠️Kalo ada typo maafkan 🙏





Masih beberapa belas menit lagi untuk jam weker nya berbunyi, tapi Seunghoon dengan muka bantal sudah berkutat di dapur. Memasak untuk sarapan. Simple saja, hanya roti bakar mentega dengan susu putih.

Ia menunggu roti nya di depan tempat pemanggang roti sambil berusaha mengumpulkan kembali sisa-sisa nyawa nya yang mungkin masih melalang buana di dunia paralel.

"Hoonie sudah bangun?"  merasakan kehadiran seseorang di belakang nya membuatnya berbalik mendapati sang ibu disusul sang ayah dengan pakaian rapi. Padahal mereka baru pulang subuh tadi.

"Mama masih ada jadwal kerja hari ini,"

"Papa juga hari ini berangkat ke luar kota buat ngurus cabang baru perusahaan di sana."

"Uang jajan kamu hari ini mama taruh di meja makan yah, sampai jumpa Hoonie."

Haha, ia nyaris tertawa mendengar kata 'sampai jumpa'. Persis seperti terakhir kali sang mama mengucapkannya kurang lebih sebulan lalu. Dan mereka baru berjumpa pagi ini. Lucu kan?

"Gak mau makan dulu, ma, pa? Hari i-ni..."

Rasanya Seunghoon tidak perlu menunggu jawaban terlalu lama karena pintu rumah nya langsung tertutup bahkan sebelum ia sempat  menyelesaikan kalimatnya.

Ia melirik sekilas uang beberapa lembar pemberian ibu nya di meja makan, sebelum melanjutkan mempersiapkan sarapan untuk nya dan sang adik. Ini hari spesial.

"Doyeong bangun!" Seunghoon berteriak dari arah dapur pun sudah dapat di dengar sama yang dipanggil.

Laki-laki itu masih dalam mode mata 3 watt duduk di kursi meja makan. Sebagai kakak yang baik, Seunghoon menghidangkan roti selai yang sedikit gosong dan susu.

"Happy birthday Kim Doyeong!" Ucapnya dengan nyaring kemudian mengeluarkan kado kecil dari saku piyama nya.

Adik kecil nya yang masih duduk di bangku SMP itu tersenyum girang menerima kotak tersebut, "kaus kaki, kuning? Yaa! Kim Seunghoon!"

Sedangkan Seunghoon sudah lari menjauh sambil tertawa keras.

Karena selalu diketawai dan di ejek oleh Seunghoon dan teman-teman nya, Doyeong dengan berat hati, bahkan ketika itu ia sempat menangis, saat membuang kaus kaki keberuntungan nya. Dan Seunghoon menertawainya seminggu penuh. Bahkan sampai menyimpan video nya.

Seunghoon kembali ke dapur menemui sang adik dengan handuk yang menggantung di leher nya, "ini uang untuk mu," ia menyerahkan semua uang pemberian sang ibu pada Doyeong, "beli lah yang kau mau, tapi sebelum itu lapor dulu pada ku."

"Semua ini uang mu?"

Seunghoon menggeleng, menjawab dengan jujur, "mama."

Sejurus kemudian, raut wajah Doyeong berubah, "apa wanita itu tahu aku ulang tahun sekarang?"

"Dia yang melahirkan mu, jangan berkata begitu."

Semakin beranjak dewasa, Seunghoon pun merasa ia sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Tapi untuk sang adik yang baru memasukkin tahap awal remaja, Doyeong tentu saja membutuhkan yang namanya kasih sayang orang tua. Ia ingin sang adik merasa berkecukupan dalam segi psikologis juga.

"Bisa aku beli kaset ps-"

"Tidak!"

"Kalau komik?"

"Komik mu terbuang-buang di lemari baca. Beli yang lebih berguna!" Sela pemuda itu cepat.

"Seperti membeli waktu mama dan papa?"

Sequad -; 🔥Silver BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang