1

12.5K 1.3K 176
                                    

Dhila berkali-kali mengetuk pintu kamar putri bungsu nya, namun putrinya itu masih saja asik dalam alam mimpi. "Anna! Bangun nak!" Dhila kembali mengetuk pintu kamar Anna dengan keras.


S

ementara itu di dalam kamar, Anna melirik nakas dan melihat jam disana, Jam setengah 7. Ia kembali menutupi kepalanya menggunakan bantal. "Anna! Buka pintunya!" Itu Ayahnya, Minhyun.


Anna pun segera bangkit dari tidurnya. "Iya iya, Anna sudah bangun. Ayah duluan saja. Nanti Anna bisa naik bus kok." kata Anna sedikit berteriak lalu ia kembali merebahkan badannya.


"Ayah tau kamu masih rebahan Anna! Cepat mandi Ann. Ayah tunggu dibawah." Anna hanya mendengus sebal mendengar celotehan ayahnya.


"Kita berangkat bersama, 15 menit waktumu untuk bersiap. Lebih dari itu uang saku mu ayah potong 50%." lanjut Minhyun yang membuat Anna segera menegakkan badannya.


"Iya ayah. Anna mandi!!" teriak Anna. Ia segera mengambil handuk dan mandi dengan secepat kilat. Ia selalu menuruti perkataan Minhyun, Itu karna ayah nya itu selalu mengancam akan memotong uang sakunya.


Jika Minhyun mengatakan 15 menit maka harus 15 menit. Telat 1 menit pun tidak ada ampun. Uang sakunya akan tetap dipotong


Anna memakai seragamnya tergesa-gesa, ia segera mengambil sisir dan memasukkan nya kedalam tas sekolahnya. Itu karna ia tidak sempat untuk menyisir rambutnya, ia harus melakukannya nanti di mobil ayahnya.


Ia melirik jam tangannya. Jam 06.48, 2 menit lagi dari waktu yang Minhyun berikan. Ia segera bergegas mencangklong tas ranselnya. Ia segera berlari menuruni anak tangga.


"Anna siap!" ucapnya cepat, lalu ia memegangi lututnya sendiri, menghirup udara sebanyak-banyaknya.


"Bagus! Kamu tepat waktu sayang.." kata Minhyun enteng.


"Jangan gitu lah mas. Kasian itu anakmu." kata Dhila prihatin.


"Sini Ann, sarapan dulu." lanjut Dhila lalu menarik kursi yang ada di samping nya, Anna pun menurut dan segera duduk di kursi dekat ibunya berada.


Dhila mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk anak bungsunya itu. Minhyun sudah selesai makan dan bergegas pergi "Aku berangkat dulu ya sayang.." Minhyun mendekati kursi Dhila lalu mencium bibir Dhila sekilas, ia melirik Anna yang masih makan dengan lambatnya "Cepat selesaikan. Ayah tunggu di mobil. 5 menit, oke?" Minhyun segera pergi tanpa peduli protes yang Anna lakukan


"Bunda...Ayah kenapa sih disiplin sekali.." Keluh Anna, Dhila membelai lembut rambut anak bungsunya itu.


"Karna dulu ayahmu seorang guru BK, dia memang seperti itu dari dulu sayang..," kata Dhila lembut, Anna pun mengangguk.


"Kenapa guru BK itu selalu tampan tapi menyebalkan sih bunda?"


"Hahaha, dulu bunda juga mikir gitu sayang.. Pas pertama di jodohin syok berat. Eh lama kelamaan kecantol juga akhirnya sama guru BK. Wkwkwk."


"Kita ngga sependapat bun."


"Kenapa?"


"Kalo aku dijodohin sama guru ganteng kaya Ayah sih mau banget. Ngga harus sok nolak dari awal, wkwkwkwk."


"Kamu ngga tau rasanya sih! Kalo kamu dijodohin pasti ngerasain sebel yang sama kaya bunda."


"Aku ngga bakal nolak bun kalo dijodohinnya sama guru BK atau guru bahasa Indonesia di sekolahan aku, abis ganteng parah, hehe."


"Hmmm..." Dhila cuma bisa geleng-geleng kepala mendengar celotehan anaknya.


"Cepetan, itu ayahmu udah nunggu. Jangan sampai telat, nanti ketemu guru BK yg kamu suka, rusak deh reputasi kamu." lanjut Dhila memperingatkan.


Anna justru nyengir. "Aku tiap hari sengaja telat bun! Kan biar bisa memandangi ciptaaan tuhan yang begitu indah, hahaha."


"Dasar anak jaman sekarang.."


Setelah itu hening, hanya ada suara dari sendok dan piring yang beradu yang terdengar.


"Anna berangkat dulu ya bunda. Assalamualaikum." Anna segera mencium tangan Dhila.


Dhila pun mengantar Anna hingga sampai di pagar.


"Telat 1 menit. Uang saku mu ayah potong 50%."


"Ayah! Ngga bisa gitu ih...."


"Cepet naik atau ngga dapet uang saku hari ini!"


Anna pun segera masuk ke dalam mobil dengan wajah kusutnya. Di mobil keadaan begitu hening, Minhyun fokus mengemudikan mobilnya, sementara Anna sibuk menyisir rambutnya.


"Jangan menekuk muka mu seperti itu Anna. Kamu terlihat semakin jelek." kata Minhyun membuka percakapan.


Anna hanya diam tanpa berniat menanggapi perkataan Minhyun. "Jadi... Anak ayah marah? Hm?"


"Menurut ayah gimana?!"


"Jelek ih kalo marah."


"Bodo ahh.."


"Jangan marah lagi dong. Ayah lakuin ini karna ayah sayang kamu nak."


"Sayang? Ngga yakin ayah saya Anna. Kayanya ayah sayang nya sama Mina+Hyuna doang." celetuk Anna yang masih setia melihat kearah luar kaca mobil.


"Hush! Ngomong apaan sih? Mana embel-embel kakak nya? Mereka itu kakak kamu sayang.."


"Tau ah gelap."


"Muka ayah terang kaya gini di bilang gelap? Apa kabar muka Mingyu suami kakakmu? Hahaha."


Minhyun tertawa sendiri, sementara Anna masih saja diam tak menanggapi apapun, akhirnya Minhyun pun ikut diam.


Mobil Minhyun berhenti di depan gerbang sekolahan Anna. Anna pun mencium telapak tangan ayahnya, walaupun masih sebal dengannya.


"Ini uang saku nya." kata Minhyun sambil memberikan selembar uang 50 ribu ke Anna.


"Buat 2 hari?"


"Buat sehari lah, besok ayah kasih lagi, ayah ngga tega mau motong uang saku kamu, abis anak ayah terlalu imut kalo marah gitu. Ntar kalo di culik orang ayah yang bingung." kata Minhyun lembut lalu mengelus rambut putrinya itu.


"Ayah! Aku sebentar lagi 17 tahun, aku sudah dewasa yah. Jangan perlakukan aku seperti anak kecil seperti ini. Assalamualaikum." Sebelum Anna membuka seatbelt Minhyun segera membantu putrinya itu "Ayah aku bisa sendiri!"


Anna pun segera keluar dari mobil setelahnya "Hati-hati putri ayah.."


Minhyun melihat anaknya berlari menuju gerbang sekolah yang hendak di tutup, Minhyun masih sama. Terlihat dingin tapi sebenarnya ia sangat hangat dan sangat menyayangi keluarganya.


Meskipun umur putri bungsu nya sebentar lagi 17 tahun, di mata Minhyun. Anna masih gadis kecil berusia 7 tahun yang sangat ia sayangi dan ingin selalu ia jaga sampai hembusan nafas terakhirnya.









Tbc.

Dijodohin | Jeon WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang