Goodbye, Thomas.

171 19 7
                                    

    "What are you doing here, Greenie?"

     Kepalanya berputar ke sekeliling, memperhatikan dimana ia berada. Sebuah tempat luas bewarna putih terang. Matanya belum bisa terlalu memperjelas pandangan. "Halo?"
     Suaranya bergema, tidak ada balasan. Thomas bingung ia ada dimana.
     Samar-samar ia dapat mendengar suara tawa ceria dari kejauhan. Membuatnya berbalik mencoba menemukan asal suara. Namun, suara tawa itu sudah hilang.
     Ia entah kenapa merasa takut, merasa sendiri. Bayangan akan orang-orang yang mengorbankan diri hanya untuknya, bagai merayap-rayap di pikirannya. Membuat ia jatuh terduduk di lantai dingin tempat itu sambil merengkuh lututnya, membenamkan kepala. Kata-kata terakhir mereka bagai kaset rusak di kepalanya. 'Maafkan aku! Ini semua salahku!'
     "Hei," sapa sebuah suara di samping bahu Thomas, membuatnya spontan mendongakkan kepala.
     Bukan main terkejutnya ia saat mengetahui siapa yang menepuk bahunya barusan. Matanya tidak bermasalah kan? Ia tidak salah lihat bukan?
     Teresa.
     Gadis itu membungkuk mencoba melihat wajah Thomas. "Teresa..." Suaranya tercekat saat mencoba mengucapkan nama gadis itu. Ingin rasanya Thomas merengkuh tubuh gadis itu di pelukannya, namun ia hanya membeku, masih tidak mempercayai ini.
     "Apa yang kau lakukan disini, Greenie?" Sebuah suara kembali muncul. Disusul seorang lelaki berkulit hitam dengan anak lelaki berambut ikal gembul disampingnya.
     "Thomas? Kenapa kau disini?" tanya anak lelaki yang sangat familiar pada Thomas.
     Thomas masih membeku di tempatnya, tidak tahu ingin bereaksi seperti apa. "Kurasa dia tersasar kesini, Alby," ujar suara lain—lelaki berambut hitam dengan hidung mancung.
     Mereka ada disini. Orang-orang yang sangat ia rindukan. "Alby, Chuck, Winston—" nafasnya terpenggal saat mengetahui orang yang benar-benar mengisi relung hatinya tidak disana.
     "Kenapa kau tidak menyebut namaku?" ujar suara berat dengan aksen berat di dekatnya. Matanya langsung tertuju pada lelaki itu.
     Lelaki berambut pirang itu mendekat dengan senyum khasnya. Thomas memperhatikannya dengan baik; tidak ada lagi kaki yang pincang disana. Wajahnya berpendar senang. "Newt,"
     Thomas tak dapat menahannya lagi, ia langsung berdiri dan memeluk mereka semua, sambil menangis tersedu-sedu. "Maafkan aku, maafkan aku tidak dapat menyelamatkan kalian."
     "Shh, Tom itu bukan salahmu, kami sangat bangga padamu karena kau telah menyelamatkan dunia." ucap Teresa sembari mengusap bahu Thomas.
     "That's not your bloody fault, Tommy. Can't you see I'm happy here with the others." Newt tersenyum dibalik bahu Thomas.
     Mereka pun melepas pelukan saat Thomas mulai tenang. "Kami harus pergi Tommy, ingatlah pesanku agar kau harus selalu bahagia dan jagalah Minho, Frypan dan yang lain untukku, okay?"
    Thomas mengangguk menanggapi pinta Newt. "Ya, Newt."
     "Goodbye Thomas," ucap mereka bersamaan.
     Bersamaan mereka berkata demikian, perlahan mereka pergi menjauh dengan senyum menghias wajah mereka. Dan perlahan memudar.

***
     Thomas bangun dengan jantung berdegup kencang. Kejadian masih terekam baik di ingatannya. Ia bertemu mereka, mereka yang ia sayangi dalam mimpi. Saat ia benar-benar sadar bahwa itu semua hanya bunga tidur, ia menangis dalam diam sambil menggumamkan nama-nama mereka, "Newt, Teresa, Chuck, Alby, Winston... Aku merindukan kalian..."
***

-Gladers

Credit to : https://timeline.line.me/post/_da2V9J5nay39FMqIwJ7BBabP1FJjryfXYWv6o0Y/1152086531108070236

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAZE RUNNER FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang