Remember

169 11 2
                                    


"When you care for someone more than they deverse, you get hurt more than your deverse "


🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓

Senja selalu menjadi saat favorit bagi Anisa.

Bagi Anisa, senja adalah pertanda jika gadis itu telah berhasil melewati satu hari-hari sulit, satu hari-hari perih, dan satu hari-hari yang hampir setengah tahun ini selalu berusaha dilupakannya.

Gadis itu duduk di atas rooftop, dari jarak setinggi itu, warna ke-orenan langit begitu terasa dekat.
Menakjubkan.

Jika bagi sebagian pelajar, kelas 12 sangatlah singkat, namun tidak bagi anisa.
Banginya 8 bulan adalah waktu yang sangat lama, lama sekali, hingga gadis itu merasa jika waktu tidak pernah berputar.

Hal itu berbanding terbalik dengan 2 tahun yang lalu. Dua tahun lalu, 730 hari bagi anisa, terasa sangat singkat dan berharga.
Membekas.

Angin kencang meniup rambut panjang anisa yang dibiarkan terurai.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 10 menit lalu, namun gadis bermata coklat ini belum mempunyai niat untuk pulang ke rumahnya.

"Anjir! Curang lo! "
Anisa menatap ke bawah, saking hanyutnya dalam hipnotis senja, anisa sampai tidak sadar jika sedang ada pertandingan futsal rutinan di sekolahnya, class meeting, tepat di lapangan outdoor.

Itu suara milik abidzar, mantan sahabatnya.
Sudah lama hubungan pertemanannya dengan abidzar merenggang.
Anisa bahkan hampir tidak ingat kapan terakhir keduanya bertemu dan saling mengobrol.
Jangankan bicara, abidzar selalu membuang pandangaan saat tidak sengaja mata mereka bertemu.
Abidzar menjauh darinya.

Ini aneh .
Padahal dulu, abidzar selalu jadi bagian dari harinya.
Teman setia, penabur joke serta gombalan receh, dan yang paling penting abidzar selalu ada disampingnya, persis seperi 'guard'.

Namun kini, semua telah berbeda.
Sama halnya dengan siang yang berganti malam,
Abidzar yang hangat dan ceria berubah menjadi acuh.

Cowok itu masih lah Abidzar yang sama.
Abidzar yang nakal, abidzar yang selalu tampil acak-acakan, juga abidzar yang tidak pernah serius menganggap sekolah sebagai tempat menuntut  "pendidikan "

Abidzar selalu ada di sekelilingnya,
Mereka sekolah di tempatnya yang sama,
Mereka makan dan minum di kantin yang sama,
Mereka berolahraga di jam dan lapangan yang sama,
Tapi anisa merasa abidzar begitu jauh darinya, seperti merkurius dan pluto.

Gadis itu menghela napas berat,
Ia rindu abidzar.

"Golll!! " beberapa penonton dan pemain ikut berteriak, namun suara abidzar tetap terdengar mendominasi.

Cowok itu melepas jersey bernomor punggung 11 kebanggaannya, memutar-mutarkannya di udara, sebelum akhirnya melemparkannya pada gerombolan penonton wanita.

Tapi jangan berfikir abidzar akan memberikan Jersey kebanggaannya, karna keesokannya, setelah si cewek yang dianggap beruntung itu mencuci dan menyemprot jersey milik abidzar dengan parfum paling wangi yang dimilikinya, abidzar akan memintanya kembali.

Klise. Anisa tidak akan pernah lupa segala macam gelagat 'bulus' milik cowok itu.

Pertandingan selesai.
Kelas 12 isos 3 yang merupakan kelas abidzar keluar sebagai pemenang dan dipastikan akan masuk babak final.

Class meeting memang selalu menjadi pekan yang menggembirakan bagi seluruh siswa-siswi, karna pada pekan itu mereka resmi terbebas dari seminggu full pelajaran, merdeka.

Tapi ini malah menjadi belenggu bagi anisa, karna pelajaran yang selama ini selalu dijadikannya sebagai pelarian kini harus diliburkan,membuat anisa harus bersusah payah mencari kesibukan pengganti.

Dan namanya juga kesibukan pengganti, itu tidak akan memberi pengaruh besar.
Karna nyatanya gadis itu masih saja memikirkan dua masalah terbesarnya.
Abidzar, juga perasaannya yang masih belum menemukan titik terang.

Meski sudah setengah tahun berlalu, saat dua orang itu tiba-tiba mendatanginya dan tanpa angin tanpa hujan memberikan kabar yang   berpengaruh besar pada kehidupannya kini.
Anisa masih saja belum bisa melupakannya.

Abidzar datang bersama Rizky.
Wajah keduanya tidak menunjukan baik-baik saja.
Abidzar lebam di sudut bibirnya, sedangkan rizky, bukan hanya lebam bibir, seluruh wajah lelaki itu lebam, lengkap dengan jalannya yang sedikit pincang.

"Ada apa? "
Anisa bertanya dengan suara yang bergetar, kedua tangannya siap meraih tubuh rizky, ingin memapahnya.
Namun abidzar memberi isyarat agar anisa tetap diam di tempatnya.

"Si Brengsek ini mau ngomong sama lo, katanya penting "
Rahang abidzar tampak mengeras, jari tengahnya menunjuk ke arah rizky.

Cowok bernama Rizky itu terbatuk sejenak, membuat darah ikut keluar bersamaam dengan suara dehamanya.

Mata anisa sudah berkaca, melihat Rizkynya seperti itu benar-benar sangat melukai hatinya.

"Aku loncat kelas, langsung ikut ujian nasional minggu depan "

Itu kabar baik, kekasih tercintanya itu selalu saja membuat anisa bangga dengan semua prestasinya.

"Kita harus... putus "
Rizky mengatakan itu tanpa menatapnya, mentap langit-langit kelas.

"Kenapa? "
Rizky hanya tersenyum singkat, sebelum akhirnya Abidzar kembali melayangkan bogeman mentah dan membuat tubuh rizky tersungkur.

Sejak hari itu, baik rizky maupun abidzar, menjauh darinya.
Dan anisa benar-benar merasa kehilangan hidupnya.

Air mata gadis itu menetes.
Mengingat kenangan selalu saja menyesakkan.

"Nisa " tiba-tiba saja naela, teman sebangkunya sudah ada di sampingnya.

"Bagus ya sunsetnya, dan akan lebih bagus lagi kalo kamu bgeliatnya pake senyuman. Smile "
Naela tersenyum lebar, persis seperti mengajari anak kecil pose berfoto yang lucu.

Anisa tersenyum tipis.
Ia mengenal naela tepat setelah abidzar menjauh dari kehidupannya,
Dan meskipun gadis itu tidak bisa melucu layaknya abidzar, tapi naela selalu saja mencobanya.

Dan yang paling penting naela tidak pernah ingin ikut campur dengan urusan masa lalunya, naela bilang, gadis itu datang untuk mengukir masa depan bersama anisa, bukan menggorek masa yang sudah berlalu.

Itu sama sekali tidak bervaedah, menurut naela.

🍭   🍭   🍭    🍭  🍭   🍭    🍭

-Tbc-
Mrs mendes💋

Hurt From YouWhere stories live. Discover now