Abidzar, Why?

79 9 1
                                    

"Pahami gue sekali aja, setelahnya lo  bego lagi juga nggak apa-apa "

🍭  🍭   🍭   🍭   🍭   🍭   🍭  🍭

Bau obat-obatan mendominasi seisi ruangan.

Sejak kecil, anisa tidak pernah menyukainya.
Menurutnya bau obat seperti itu sangatlah tidak enak, membuat kepalanya pusing dan ingin muntah.

Tapi, semua itu sepertinya tidak berlaku untuk malam ini.
Untuk pertama kalinya, gadis itu merasa nyaman berda di rumah sakit. Tidak terlintas rasa ingin pulang atau ingin merengek dan menangis seperti waktu ia kecil.

Gadis itu tersenyum.

Pandangannya tak lepas dari tubuh jakung yang berbaring di atas brakas sejak bebera menit lalu.

Lelaki itu, abidzar, sudah tertidur seusai dokter menyuntikan obat ke dalam selang infus nya.
Sepertinya suntikan itu berisi obat penidur, itu terbukti dengan abidzar yang langsung menguap setelah beberapa detik dokter itu pergi.

Kondisi lelaki itu tidak terlalu baik saat ini.
Terlebih, setelah lelaki itu berkeras kepala untuk mendonorkan darahnya.

Alhasil inilah yang terjadi.

"Anisa? "

"Tante " anisa langsung menyalami tangan perempuan di hadapannya, mencium punggung tangannya lembut.

"Lama sekali tante tidak melihat kamu, kangen. Kemana saja hm? Kenapa tidak pernah main ke rumah bizar lagi? "

"Anisa juga kangen sekali sama tante. Tidak kemana-mana kok tante "
Anisa tersenyum tipis.
Pertanyaan itu sangatlah sensitive baginya.
Pertanyaan yang sama yang selama ini selalu memenuni otaknya siang dan malam.
Pertanyaan yang selalu membuatnya berpikir keras, tapi tak kunjung juga ditemukan jawabnya.

"Sudah kelas 3, sibuk dengan ujiannya ya? "

"Iya tan, apalagi kan sudah semester dua "
"Semoga sukses ya ujiannya. Terus bagaimana hubungan kalian? "

"Kalian? "
Maksutnya, ia dan abidzar?

"Iya, kamu dan rizky. Gimana masih langgeng? Tante kangen banget sama rizky, dia juga tidak pernah lagi main ke rumah. Padahal dulu hampir setiap hari nginap di rumah. Dia sudah tante anggap sebagai anak tante sendiri, kakaknya bizar "

Sorot mata Anisa berubah dengan setika.
Bahkan kedua pipinya yang sejak tadi terangkat karna sering tersenyum, kini mengendur dengan drastis.

"Sudah putus tante "
Sudah putus?

Rasanya seperti diterjang tsunami saat lelaki itu mengucapkan kalimat putus kala itu.
Padahal, sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja, bahkan terkesan sangat hangat.

Padahal juga, lelaki itu sudah berjanji, mereka sudah berjanji untuk menjaga hungan mereka sebaik mungkin.
Untuk tidak cepat mengambil keputusan, dan membicarakan baik-baik jika ada masalah di anatara mereka.

Tapi yang terjadi justru sebaliknya.
Lelaki itu yang membuat kesepakatan dan dia juga yang mengingkarinya.

"Anisa, ada apa sayang? Tante salah bertanya ya? Maafkan tante... "

Anisa mengusap setetes air yang mulai mengalir di pipinya, kemudian tersenyum tipis setelahnya.

"Tidak tante, tidak kok, anisa cuma kelilipan saja "

"Yasudah, lupakan ya nisa, yang lalu biarlah berlalu "

Anisa mengangguk.

Andai saja semua bisa semudah itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 22, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hurt From YouWhere stories live. Discover now