Never be the same

94 10 2
                                    

🍭 🍭 🍭 🍭 🍭 🍭 🍭

"Nomor yang anda hubungi sedang sibuk silakan... "

"Nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif atau diluar batas area "

"Nomor yang anda hubungi sedang selingkuh "
Anisa segera menoleh, mendapati naela yang sudah duduk di sampingnya, cengar-cengir sambil menyeruput seplastik es jeruk di tangannya.

"Nggak lucu nel "
Anisa terlihat malas menanggapi ledekan naela.
Seakan memiliki kesabaran berganda-ganda, gadis itu kembali menekan tombol hijau untuk memanggil kontak bernama "moko " itu.

"Nelfon siapa sih? Kok kayak tegang gitu? "

Hening, hingga bermenit-menit berlau namun tidak juga terdengar jawaban dari anisa.

Naela menghela napas.

Meskipun sebenarnya ia tidak ingin ikut campur dengan urusan sahabatnya, namun wajah penuh harap dari sahabatnya itu selalu saja membuat naela merasa kesal sendiri.

Sebenarnya apa?
Siapa yang selalu berusaha mati-matian untuk dihubungi oleh anisa?

Dan yang paling penting, mengapa anisa selalu saja murung setelahnya?

"Nis, sebentar lagi masuk, dan abis ini pelajaran olahraga. Lo yakin nggak mau ngantin? "

Ini adalah tawaran naela yang kesekian kali sejak bel istirahat berbunyi.
Dan sama seperti sebelumnya, anisa hanya menggeleng, menolak.

Padahal naela tau persis jika anisa tidak pernah sarapan di rumah, dan di jam istirahat ini anisa juga tidak mau diajak makan, lalu bagaimana jika terjadi sesuatu padanya setelah ini?

Setelah ini pelajaran olahraga.
Mereka akan pengambilan nilai untuk materi bola voli, yaitu passing dan service.

Dan yang paling parah, mereka berolahraga di jam yang tergolong menyialkan yaitu pukul 10.30-12.00
Panas.
Melelahkan.

Apa anisa akan kuat jika tidak mau makan atau minum untuk mengisi perutnya?
Naela tidak yakin.

"Segitu pentingnya ya orang yang selalu lo hubungi setiap waktu itu.
Dunia emang lucu, apalagi teknologi. Berusaha mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat "

Anisa menurunkan ponselnya.
Menghela napas.
Mengelap keringat yang bercucuran di lehernya.

Seusai menyelesaikan hukumannya, membersihkan toilet, anisa langsung duduk di bangku depan kelas, mencoba menelfon seseorang itu.
Ia tidak memghiraukan apapun, termasuk rasa leleah seusai membersihkan toilet.

"Bagi dong esnya "
"Ni, tapi tinggal dikit, kalo lo mau lagi gue bisa beliin di kantin "

"Nggak usah, ini cukup kok "
Anisa meraih seplastik es jeruk yang disodorkan naela, langsung meyedotnya, hingga habis tak tersisa.

"Maafin gue ya, nel "
"Ha? Maaf? Lo kira lebaran apa? "

"Maaf karna gue sering nyuekin lo "
"Santai aja kali "

"Eh nel, ini jam berapa? Kok koridor udah sepi? "
Naela mengangkat kedua bahunya, seolah kembali bertanya 'memangnya sekarang jam berapa ya?'

"Nel, astaga, gawat, ini udah jam setengah sebelas lebih "
Anisa bangkit.
Setelah memeriksa jam di ponselnya, gadis itu menjadi uring-uringan ketakutan

"Demi got nis, kita bakal kena hukuman. Lagian kenapa sih bunyi bel masuknya nggak kedengeran? "

"Mati lampu kali. Yuk kelapangan sebelum kita dihukum "
Anisa sudah pasang strategi, siap berlari dengan kekuatan seribu kuda, namun naela menyekal sebelah tangannya.

Hurt From YouWhere stories live. Discover now