Intuisi hati

101 8 3
                                    


"Separah-parahnya broken heart, nggak akan ada apa-apanya jika dibandingkan dengan broken home "

🍭 🍭 🍭 🍭 🍭 🍭 🍭 🍭

Ada yang aneh dari lapangan futsal sore ini.
Lapangan tampak ramai, penuh, seperti biasanya.
Hanya saja kali ini, suara teriakan "alay " tidak terdengar seheboh biasanya.

Tournamen rutin antara senior's dan junuior's itu diadakan setiap hari sabtu.
Tidak ada yang namanya membawa "nama kelas ", karna hanya ada 2 tim yang akan bertanding, yaitu kubu senior dan kubu junior.
Anggota pertim-nya pun hanya orang-orang pilihan yang dianggap bisa mempertahankan gelar gengsi antara kakak-beradik kelas itu.

Anisa duduk di bangku paling depan, tentu dengan naela di sampingnya.
Sebenarnya, anisa sudah mati-matian menolak ajakan sahabatnya, tentu karna gadis itu tidak ingin bertemu dengan abidzar.

Tapi karna naela memaksa, dan bahkan juga mengancam, akhirnya anisa hanya bisa pasrah.
Duduk, dengan kedua tangan yang saling meremas satu sama lain.

Ada alasan tersendiri mengapa gadis itu tidak mau bertemu dengan abidzar meskipun ia sangat menginginkannya.

Bukan karna apa-apa.
Ia hanya benci.
Ia sangat membenci dirinya sendiri yang hanya bisa diam seribu bahasa saat mulutnya ingin mengungkapkan sejuta kata.

Ia tidak bisa berkata "hallo "
Ia tidak bisa bertanya "apa kabar? "
Lagi lagi ia hanya bisa diam, diam, dan diam.
Seperti orang bodoh.
Bodoh sekaligus menyakitkan.

"Arif ganteng banget "
Naela tampak girang, lain halnya dengan anisa yang mulai berkeringat dingin.

Kedua tim mulai memasuki lapangan, saling berhadapan, menatap dengam tatapan saling meremehkan satu sama lain.
Membuat lapangan riuh seketika.

Hampir saja Anisa ingin berpamitan untuk menuju toilet kepada Naela, sekedar ambigu untuk melarikan diri dan segera pulang ke rumah.

Tapi niatan itu hilang seketika saat kedua matanya tidak bisa menangkap gambaran abidzar dari atas sini.

Biasanya, tubuh jakung abidzarlah yang pertama kali mencolok mata, terlebih dengan tanda kapten team yang biasanya melekat di sebelah lengannya.

Tapi kali ini, tidak ada pemandangan seperti itu.

Akbar berdiri di samping kanan dengan tanda kapten team dilengannya, menggantikan posisi abidzar.

Dan di jajaran tim seniors pun lelaki itu tidak terlihat.
Hanya ada Arif, Galen, Rio, dan Dafa.
Tidak ada abidzar di sana.

Anisa menghela nafas lega.
Sedikit menipu hatinya yang saat ini justru bertanya-tanya mengenai ketidakberadaan lelaki itu.
Cemas.

"Arif!!! " naela beteriak, histeris, membuat anisa sedikit menjauhkan tubuhnya dari naela.
Menutup kedua telinganya.

Anisa tidak tau sejak kapan sahabatnya itu menjadi sangat fanatik terhadap arif, teman sebangku abidzar.
Ia bahkan tidak menyangka jikagadis. sebaik dan secantik naela bisa memiliki sisi alay juga.

Pluit tanda pertandingan dimulai berbunyi.
Lapangan kembali riuh saat aksi brutal dimainkan oleh tim seniors, mau tak mau tim juniors yang belum semahir tim seniors harus berusaha mati-matian menginmbangi gaya main seniornya.

"Sebel, pulang aja yuk, yayang bidzar nggak main "
"Kenapa ya? Ah nggak asik "

Entah siapa yang sedang berbicara dibelakangnya, tapi hal itu mungkin ada benarnya juga.

Hurt From YouWhere stories live. Discover now