PART 2

224 1 0
                                    

"Adu-du-du-duh... sakitnya...." Gildarts mengerang kesakitan sambil memegang wajahnya. Lalu ia mencoba untuk bangkit berdiri namun kesulitan. Tanpa berlama-lama, Vincent langsung membantunya.

"Bangunlah," Vincent mengulurkan tangan kanannya dan tersenyum dengan ramah. Gildarts pun meraih tangannya sampai berdiri tegap.

"Kenapa, kau bisa membaca seranganku?" Gildarts bertanya dengan penasaran.

"Bukan, aku tidak bisa membaca serangan seseorang, tapi hanya memprediksinya." Vincent membalas dengan meletakkan tangan kirinya ke samping.

"Apa kemampuanmu berkat latihan ini?"

Kemudian, Shamgar datang mendekati Gildarts dan berdiri tepat disampingnya. "Tak hanya itu Gildarts, kami semua juga punya alasan khusus."

"Apa itu?" Gildarts menatap dalam Shamgar.

"Kami tidak suka dengan manusia yang menggunakan kekuatan sihir," sambil Shamgar menatap Gildarts dengan tatapan serius.

Gildarts merasa 'tertusuk' dalam benaknya, "Berarti, mereka semua tidak suka dengan para penyihir?"

"Tapi..." Shamgar melanjutkan ucapannya, "Tidak semua penyihir kami membencinya, hanya kami tidak suka dengan mereka yang suka menggunakan kekuatan shirnya dengan sembarangan, yang bertujuan untuk kehancuran. Kami sangat menentang akan hal itu." Kemudian, dia merangkul pundak Gildarts dan tersenyum ringan. "Tidak denganmu, Gildarts."

Gildarts merasa lega dengan hal itu. Dia benar-benar terkejut saat mendengarkan ucapan Shamgar yang begitu menenangkan hatinya setelah dia 'tersentak' sebelumnya.

Sesudah percakapan yang singkat itu, Shamgar mengajak Gildarts untuk masuk ke dalam penginapan yang berada sangat dekat dari tempat para murid Shamgar berlatih. Terlihat papan nama berukirkan 'Rose Inn', sebuah penginapan sekaligus kedai sekaligus tempat tinggal bagi si pemilik. Saat masuk, mereka berdua disambut hangat oleh seorang gadis cantik yang sedang membawa nampan.

"Selamat datang kembali Shamgar.... Ohhh... ada tamu baru rupanya...?" Lirik gadis itu yang perawakannya lebih tinggi dari Gildarts. Gadis itu mengenakan pakaian pelayan—maid—berwarna hitam bercampur putih. Pada rambutnya dipakaikan semacam 'serbet' dengan warna hijau muda, dan rambutnya sendiri berwarna coklat terikat pendek. Matanya yang berwarna hijau dan senyumannya yang menawan, membuat mata Gildarts menjadi sedikit 'nakal'. Sudah hal biasa, jika Gildarts adalah seorang penyuka gadis-gadis muda.

"Dadanyaaa...." Bahkan setelah gadis itu lewat pun, Gildarts masih saja terbayang-bayang dengan 'dada'nya, sampai dia menjadi ngiler.

"Ayo kita jalan." Shamgar mendorong Gildarts untuk maju ke depan, dan kemudian Gildarts tersentak melangkah ke depan.

"Gadis itu siapa, ya?" Tanya Gildarts kepada Shamgar.

"Dia namanya Plumeria, kakak dari pemilik penginapan ini. Kenapa?"

"O—Oh! T—Tidak apa-apa...." Dengan meringis-ringis tidak jelas.

Setelah sampai di tempat duduk, Shamgar menyuruh Gildarts untuk menunggunya. "Kau duduk di sini dulu, aku mau ke atas sebentar."

"Baiklah." Kemudian berpalinglah Shamgar.

Lalu Gildarts duduk di salah satu bangku yang di hadapannya ada seorang pria dengan pakaian mencolok berwarna biru pekat. Pria tersebut sedang membaca buku dan menulis-nulis sesuatu yang membuat Gildarts penasaran dengan hal itu.

"Yang sedang aku lakukan ini adalah menulis sebuah cerita." Ucap pria tersebut tanpa dia ditanyai terlebih dahulu oleh Gildarts. Gildarts pun heran setelah dia sedikit mengintip apa yang ditulis oleh pria itu. "Itu kan yang ada di benakmu?" Dia berhenti menggoreskan penanya dan menatap Gidarts dengan memiringkan sedikit kepalanya.

"Y—Ya... kurang lebih seperti itu." Gildarts tertawa getir. Kemudian pria tersebut melanjutkan menulisnya.

"Nak, kamarnya sudah siap!" Shamgar sambil berjalan mengarah kepadanya.

"E—Eh?! Aku belum mengatakan apa-apa lho sebelumnya...." Gildarts nampak bingung karena dia memang belum berencana untuk menginap di penginapan itu. Dia hanya kebetulan sedang melihat orang-orang desa yang sedang berlatih bela diri lalu Shamgar melihatnya. Lagi pula, dia juga diajak—secara sengaja—oleh Shamgar untuk masuk ke tempat itu dengan tiba-tiba. Jadi sebenarnya Gildarts tidak tahu apa-apa soal sudah disediakan kamar di lantai dua.

"Mereka sudah tahu jika aku mengajak seseorang untuk masuk ke tempat ini, berarti aku menyuruh orang tersebut untuk menginap di sini." Shamgar tersenyum lebar.

"Tapi aku belum bilang mau menginap dimana dan berapa lam—"

"Sudah... ayo lekas naik!" Lengan kiri Gildarts langsung di genggam oleh Shamgar.

"Huh...baiklah...." Dia hanya pasrah.

FAIRY TAIL - FAIRY QUEST (Doujinshi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang