PART 3

89 0 0
                                    

Sesampai di dalam kamar, Gildarts mengeluarkan semua barang-barang yang ia bawa dalam karungnya. Memilah satu per satu dan menatanya.

*Tok tok tok*

"Permisi...."

"Masuklah."

Pintu terbuka dan masuklah seorang gadis pelayan membawa nampan yang diatasnya terdapat teko dan juga cangkir teh. Pelayan tersebut memakai pakaian maid berwarna merah dengan campuran putih. Gadis ini berbeda dengan gadis yang ada di bawah, yang di temui oleh Gildarts sebelumnya. Gadis di depan matanya sekarang berambutkan merah seperti merah mawar, yang digerai panjang sampai ke pinggul, warna matanya biru langit, dan wajahnya yang terlihat lebih manis saat sesudah menaruh cangkir teh dan teko di atas meja.

"Silahkan dinikmati, Tuan." Dia tersenyum manis kepada Gildarts. Sesudah itu ia hendak keluar.

"Tu—Tunggu dulu...!" Seketika Gildarts bereaksi dengan cepat. Gadis itupun langsung menghentikan langkahnya dan menengok ke arahnya. "A—Anu... kalo boleh tahu, siapa namamu...?" Gildarts menanyakan dengan malu-malu.

Gadis itu tersenyum kembali dengan manisnya. "Namaku adalah Rose Marry, pemilik penginapan ini."

Gildarts terkejut dengan kalimatnya. Ternyata tak disangka-sangka, pemilik penginapan ini juga bekerja sebagai pelayan tamu. Gildarts merasa beruntung dengan hal itu. Melihat wajah Rose memang seperti bunga mawar merah yang sedang merekah, membuat ia terpesona dan hatinya menjadi gundah-gulana. Lalu ia mulai 'iseng' ingin menanyakan banyak hal tentang desa yang dia datangi dan tentang... dirinya.

"Kalau boleh lagi... apa kau bisa di sini sebentar? Karena aku seorang perantauan, aku mau menanyakan beberapa hal tentang desa di sini." Wajah Gildarts tampak memerah sedikit, mungkin dia sengaja untuk 'memalukan' diri.

Gadis itu juga nampaknya tidak sedang sibuk. Lalu dia menanggapi ucapan Gildarts. "Ooh... seorang perantauan, ya?" Kemudian dengan inisiatif, ia duduk di sampingnya. "Akan aku jawab semua pertanyaanmu tentang desa di sini." Tangannya masih saja membawa nampan kosong itu.

Gildarts sangat beruntung memiliki kesempatan untuk mengobrol dengan gadis itu, dan sepertinya bakalan lama.

Seiring berjalannya waktu, mereka berdua tampak asyik berbincang-bincang bersama, sampai mereka sempat tertawa karena suatu hal. Hingga saatnya di penghujung sebuah pertanyaan.

"Ohya Rose..."

"Apa?"

"Apakah kau pernah berpikiran, kalau seandainya kau bisa sihir dan masuk di salah satu guild di kota lain, guild mana yang akan kamu pilih?"

"Untuk hal itu... aku belum berpikiran..." Tiba-tiba pintu kamar diketok oleh seseorang.

"Permisi...." Dan orang tersebut masuk ke dalam kamar, memandang Rose sedang berduaan dengan orang asing, seorang pelanggan pula. "Eeee... Rose...?"

"Eh?? Zola..." Rose terkejut saat melihat pria berambut pirang tersebut.

"Kenapa kau ada di sini?"

"O—Ohh... tadi aku mengantarkan teh kepadanya, lalu dia mau menanyakan tentang desa di sini, jadinya ya... aku jelaskan semuanya." Kemudian ia berdiri. "Oya perkenalkan, dia namanya Gildarts, orang yang diajak langsung oleh Shamgar."

"Hah?! Diajak Shamgar??" Dia terkejut saat mendengar kata 'Shamgar.'

"Iya... benar...." Rose tersenyum kepadanya.

"Padahal... sudah lama Shamgar tidak mengajak orang asing masuk ke sini." Dia tampak curiga dengan Gildarts. "Kalau begitu perkenalkan, namaku Zola Viegls, panggil saja aku Zola." Pakaian yang ia kenakan berupa blazer hitam rapi dengan dalaman kemeja putih dengan memakai aksesoris tambahan warna putih pada bagian bawah kerah dan bersetelkan celana kain panjang hitam.

"Aku Gildarts Clive, salam kenal." Mereka berdua saling berjabat tangan.

"Namamnu keren juga, Gildarts." Puji Zola dengan senyum tipisnya.

"Dulunya dia juga seorang perantauan, sama sepertimu, Tu—Ehh maksudku, Gildarts." Rose menambahkan.

"Oh... jadi dia adalah orang tertua ketiga, ya?"

"Iya... betul...."

"Lalu, dimana yang termuda? Katamu ada empat orang perantauan, kan?"

"Jadi kau sudah tahu semuanya, ya? Hmmm...." Zola memandang Gildarts masih dengan tatapan waspada. Dia masih belum 100% percaya dengan maksud kedatangan Gildarts di desa itu, meskipun Shamgar, sebagai kakak tertua mereka, mengajak sendiri anak muda itu.

"S—Soalnya... Tu—Ehh, Gildarts juga penasaran dengan Tuan Shamgar...." Rose malahan menjadi sedikit gugup di hadapan Zola.

"Yang termuda sedang berburu di hutan. Kau, Gildarts... ikut aku ke bawah. Kita akan membicarakan suatu hal yang menarik."

"Umm... baiklah...." Gildarts menerima ajakan Zola dengan santai dan tenang.

Sedikit cerita tentang mengapa Rose yang sedikit gugup dengan Zola saat menatapnya. Karena jujur, Rose pernah dilamar langsung olehnya, tetapi gara-gara kakaknya, Plumeria yang menolak dia, akhirnya Zola merelakan dirinya untuk bekerja di tempat itu dan 'menyeret' ketiga temannya untuk ikut juga bekerja di situ.

Mereka berempat adalah perantauan yang datang dari negeri jauh. Shamgar adalah yang tertua, tetapi bukan pemimpin mereka. Justru orang yang ditemui oleh Gildarts di meja kedai itulah pemimpinnya. Namanya Wei Feng, seorang jendral sekaligus kapten kapal perang di negerinya. Namun dikarenakan kondisi negeri dan kerajaan sudah aman tentram, Wei Feng mengajak Shamgar untuk pergi menjadi penjelajah dunia. Pada waktu itu juga, Shamgar sebagai sokoh guru seni bela diri di kerajaan, sudah memiliki banyak penerus baru yang sudah bisa dilepas dengan mandiri. Maka dari itu, Wei Feng mengajaknya.

Dari barat menuju ke timur, ke sebuah kerajaan asing bagi mereka berdua yang pada waktu itu sedang dilanda kerusuhan dan perbudakan. Tapi Wei Feng tak pusing-pusing ikut campur dalam hal itu, dia justru menemukan seorang pemuda yang sedang terluka membawa pedang legendaris. Wei Feng tahu pedang itu dan ia langsung menghampiri pemuda itu yang terbaring terluka pada sebuah tembok. Terdorong oleh rasa penasaran, akirnya pemuda tersebut ditolong dan dirawat oleh Wei Feng dan juga Shamgar. Pemuda itu adalah Zola Viegls, seorang bangsawan dari negeri Violtse, keluarga Viegls. Semua saudaranya mati terbunuh, sedangkan ayah dan ibunya—yang menjabat sebagai Raja dan Ratu negeri Violtse—entah menghilang pergi kemana. Zola ditinggal sebatang kara dalam medan pertempuran antar bangsawan. Tapi pada akhirnya, ia terselamatkan, dan juga pedang legendaris miliknya itu bernama Sabertooth, yang dijuluki sebagai pedang pembatal sihir, cancelation magic sword.

SetelahZola dibawa ikut bersama menjelajahi dunia, tibalah mereka bertiga di suatunegara asing di bagian selatan, Joya. Disanalah Shamgar menemukan anak termudadari mereka berempat bernama Liu Han. Dia adalah seorang budak buangan yangdibuang oleh kerajaan dari Wei Feng sendiri yang tak pernah diketahui bahwaternyata ada budak yang dibuang ke negara tersebut. Karena Shamgar merasakasihan, akhirnya ia mengajarinya beberapa seni bela diri dan Liu Hanbenar-benar memiliki tekad yang besar untuk belajar hal itu. Seiring berjalannyawaktu, Liu Han tumbuh menjadi seorang pendekar tongkat yang sangat kuat dansangat hebat sampai mereka semua tiba di Iris village.

FAIRY TAIL - FAIRY QUEST (Doujinshi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang