2

34 5 0
                                    

Sorry for typo.

-- VIONA POV --

Aku menatap Galang dengan alis yang bertaut. Aku agak heran dia datang pagi-pagi untuk menjemputku tapi seraya membawa buket bunga mawar merah di tangannya. Bukannya apa-apa, hanya saja Galang jarang memberiku bunga karena aku memang tak begitu menyukai bunga. Aku lebih suka di beri es krim dan pabriknya.

"Bunga buat siapa?." Tanyaku setelah Galang mencium keningku. Semacam morning kiss bila kami bertemu.

"Buat kamu. Ngga suka bukan berarti membenci kan? Biar aku keliatan sweet banget gitu loh, Vi."

"Kamu emang udah sweet kok. Loh, kamu bawa motor? Tumben?" Tatapanku jatuh pada motor ninja merah yang sudah jarang sekali di pakai Galang.

"Iya. Aku lagi pengen aja biar bisa di peluk sama kamu. Abis kalo pake mobil ngga bisa di peluk kamu."

"Dih, gombal. Aku kira motor itu udah di jual karena ngga pernah kamu pake."

"Ya siapa tau ini terakhir kalinya kita naik motor."

"Kok gitu sih?."

"Ya siapa tau kan? Emang kamu tau? Udah sana taruh ke dalem bunganya. Nanti kita telat loh."

Aku, Deya dan Dinar duduk di pinggir lapangan dengan tangan yang di kipas-kipaskan ke wajah kami karena kami baru saja pemanasan dengan lari keliling lapangan sebanyak 5 putaran. But, bagi aku itu kaya maraton dari Jakarta-Bali. Mengingat aku yang hanya olahraga jika di sekolah saja.

"Asad itu sebenernya ganteng kalo ngga gila dan lemot ya." Aku dan Dinar saling berpandangan setelah ucapan Deya yang meluncur begitu saja dari mulutnya. Entah ia sadar atau tidak dengan ucapannya karena sedari tadi pandangannya tertuju pada anak laki-laki yang tengah bermain sepak bola.

"Lo lagi muji dia, Dey?." Tanyaku.

"Ngga papa sih Dey. Biar lo punya pasangan dan ngga centil di depan cowok bareng si cabe Tiva."

"Ini lo lagi dukung gue apa nyela gue sih Nar? Ah, tapi Asad gila jadi gantengnya ilang."

"Eh Vio, liat ke atas deh." Aku mendongak ke atas dan menyipitkan mataku setelah apa yang Dinar ucapkan. Di depan deretan kelas IPA, aku melihat Galang tengah berdiri di sana dan melambaikan tangannya, membuatku tersenyum. Tapi detik selanjutnya aku di buat terbelalak karena tingkah Galang yang bisa di bilang cukup langka. Ia membuat simbol hati dari jari jempol dan telunjuknya, seperti artis-artis korea itu loh. Dan mengucapkan I LOVE YOU tanpa suara, membuat pipiku memanas.

"Itu beneran Galang?" Heran Deya. Jangan Deya, aku saja bingung kenapa Galang seperti itu. Soalnya Galang tak pernah bertingkah sedemikian rupa. Ia cukup cool dalam segala hal.

"Dia salah sarapan kayanya." Dinar manggut-manggut seolah ucapannya adalah benar.

"Dia emang aneh sih. Tadi pagi aja dia bawa buket bunga buat gue, terus tiba-tiba pake motor katanya biar bisa gue peluk."

"Wah Vi, cowok kalo tiba-tiba manis tuh pasti ada apa-apa. Maybe, selingkuh." Aku menatap Deya dengan alis yang berkerut, tak paham dengan omongannya.

"Ya kalo emang Galang pengen jadi lebih sweet gimana? Jadi lebih manis ngga mesti dia lagi selingkuh." Dinar menolak mentah-mentah opini Deya.

"Kok malah lo berdua yang ribut sih? Yang pacarnya aja gue! Dah ah, yang penting gue bahagia. Dia selingkuh ya gue......"

"Ikut selingkuh?" Sela Dinar dan Deya.

"Ya gue nangis sampe mampus lah!"

                            *****

KALI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang