3

26 6 0
                                    

Sorry for typo.

-- AUTHOR POV --

"GALANG!." Seru Viona yang membuat teman sekelas dan Guru yang tengah mengajar langsung menatap Viona. Tatapan itu, tatapan yang sudah 3 hari ini Viona dapatkan dari banyak orang. Tatapan kasihan yang Viona benci. Seolah hidup Viona begitu tragis dan menyedihkan. Ya walau pun memang seperti itu, Viona tak mau orang-orang menatapnya seperti itu.

"Vio, kan udah gue bilang jangan tidur di kelas. Makanya kalo malem tidur, jangan mikirin yang lain." Tegur Dinar dengan lembut, karena ia tau Viona sedang sensitif. Bahkan kini ia meneteskan air matanya untuk beberapa kali dalam hari ini.

"Ini kenapa malah pada liatin? Lanjut pelajaran lah. Yuk cus Bu, di lanjut pelajarannya." Deya sengaja mengalihkan perhatian orang-orang dari Viona. Ia tak mau sahabatnya yang sedang hancur menjadi tontonan banyak orang.

"Gue ngga bisa lupain dia. Atau mungkin ngga bakal bisa. Tiap malem gue serasa ada dia yang selalu nemenin gue sampe tidur. Tapi nyatanya ngga ada, dan itu buat gue ngga bisa tidur karena gue udah terbiasa ada dia di samping gue." Isak Viona dengan suara yang tertahan karena tak mau mengganggu yang lainnya.

"Lo ngga boleh nangis Vi, lo harus kuat. Seseorang yang datang ke lo, pasti bakalan pergi suatu saat nanti. Inget, dia ngga mau lo sedih. Dia ngga akan tenang kalo lo nangisin dia terus. Coba buat ikhlas walau itu susah. Karena lo ngga bakal kaya ginu terus kan Vi? Hiduo lo masih panjang. Buat dia bangga sama lo." Dinar mengusap bahu Viona, berusaha menenangkannya.

"Temenin gue ketemu dia." Pinta Viona yang langsung di angguki oleh Dinar.

"Hay Lang, aku dateng lagi. Jangan bosen ya? Aku bakalan sering kesini buat nemuin kamu. Ya karena ngga ada tempat lain untuk ketemu kamu kan? Aku kesini sama si selebgram alay, si cabe, sama si preman." Viona menatap satu-persatu temannya yang kini tengah menemaninya ke makam Galang. Tempat yang sudah 3 hari ini Viona datangi tanpa bosan.

"Kamu lagi apa di sana? Aku udah 3 hari ngga makan es krim. Sekarang pilek ku udah sembuh. Ayo ajak aku makan es krim. Janji deh ngga bikin kamu bangkrut.

Tes.

Air mata Viona menetes dan semakin deras hingga bahunya terguncang. Melihat itu, Deya, Dinar dan Tiva langsung memeluk Viona. Mencoba menyalurkan kekuatan yang mereka punya walau kini mereka pun ikut menangis. Turut serta merasakan apa yang Viona rasakan.

"Lang, lo jahat pergi ninggalin OSIS gitu aja. Kasian pacar gue jadi pusing harus gantiin lo." Isak Dinar.

"Ma idol, ma handsome boy. Gue mau idolain siapa setelah lo pergi? Aih, lo jahat! Bahkan gue belum minta tanda tangan lo." Tiva tiba-tiba menyesal belum meminta tanda tangan Galang. Kalau foto bareng sih sering sampe di pelototin terus sama Viona.

"Followers gue tuh banyak karena gue sering post foto sama lo. Lah sekarang? Gue yakin Followers gue nanti bakal turun drastis Lang." Deya sang selebgram jadi mengkhawatirkan jumlah Followersnya.

"Kalian kok malah kaya nyalahin Galang sih?." Geram Viona yang menatap sebal ketiga sahabatnya.

"Ya engga Vi. Ini kita lagi berduka cita. Lo ngga liat air mata sama ingus kita udah mengucur deras?" Sangkal Deya.

"Pulang aja yuk Vi, mendung nih. Nanti kalo kena hujan sakit lagi."

"Ngga Tiv, biarin aja hujan. Emang hujan peduli sama gue? Dia mah ngucur tinggal ngucur aja. Gara-gara hujan Galang jadi cari jas hujan dan kecelakaan! I hate rain so much!."

"Hey, Vio. Ini semua udah takdir. Lo ngga bisa nyalahin hujan karena itu udah kehendak Tuhan. Lagian hujan itu kan berkah. Dah ah, pulang aja yuk?" Bujuk Dinar.

KALI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang