5

33 5 0
                                    

"Viona, lo baik-baik aja kan?" Tanya Dinar yang khawatir Viona mendadak lupa ingatan, atau jangan-jangan dia sudah jatuh cinta pada Elang? Sedangkan yang di pikirkan alias Viona, tengah menopang dagunya seraya memandangi Elang yang duduk di barisan sebelahnya tepat di samping Viona. Ia tak hentinya tersenyum seperti baru dapat undian berhadiah pabrik es krim.

"Woy Viona! Kalo di tanya tuh jawab! Bukan malah mesam-mesem!" Kesal Deya yang geli dengan tingkah Viona yang aneh itu.

"Apa sih Deyaku sayang?" Viona menoleh ke Deya dengan mengedipkan sebelah matanya, membuat Deya ingin sekali mencekik Viona.

"Eh pren, sejak kapan Galang satu kelas sama kita? Ada pertukaran pelajar antar kelas?" Dinar dan Deya sama-sama menghembuskan nafas kasar. Tak habis pikir dengan Viona yang kini jadi pikun. Apa rasa kehilangannya membuat ia menghidupkan sosok Galang pada Elang?

"Lo dengerin baik-baik ya, lo buka kuping lo selebar-lebarnya lebar! Sekolah kita ngga ngadain pertukaran pelajar antar kelas apa lagi antar jurusan yang itu amat ngga mungkin. Karena yang di kelas kita itu Elang, E-L-A-N-G! Kembarannya Galang." Jelas Deya yang membuat Viona terbelalak dan langsung menatap Elang yang tengah bercanda dengan Asad dan Iza.

"Keliatan goblok banget pasti gue tadi pagi, ye kan? Gue dengan PDnya panggil dia sayang, gandeng dia, senyum-senyum ke dia. Muka gue! Muka gue mau gue pindahin ke mana?" Heboh Viona yang dengan dahsyatnya menggemparkan kelas. Ia bahkan sudah berdiri dari duduknya. Sampai Elang pun ikut menatap Viona. Elang sendiri tak memusingkan kejadian tadi pagi, ia tau Viona masih tak bisa menerima kepergian Galang walau Viona berpura-pura tegar.

"Transmigrasiin  aja ke Sumatera kalo muka lo mau di pindahin. Sekalian suksesin program pemerintah." Elang mengeluarkan cengiran khasnya sedangkan Viona menatapnya sebal. Dan kini mereka sudah menjadi pusat perhatian di dalam kelas. Ya itung-itung nonton live drama lah.

"Lo pasti ngefly sampe lo ngga tau caranya turun, karena ke-sweet-an gue kan? Lagian itu muka kenapa harus fotokopian sih?"

"Lah, udah di kasih muka aja bersyukur. Lagian gue juga biasa aja kok lo gituin. Makanya pikun tuh jangan di pelihara!"

"Wah, gue gini-gini ipar lo ya! Awas aja lo gue aduin Galang biar lo di labrak!"

"Aduin aja sana!"

Viona melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas tanpa peduli pada kebingungan yang melanda teman-temannya. Seolah yakin dengan apa yang Viona lakukan, Deya dan Dinar segera memotong jalan Viona saat ia baru sampai di ambang pintu kelas.

"Ngapa lo pada pose depan gue? Gue mau ke kelas Galang, mau aduin kembarannya yang laknat yang berani nistain iparnya." Viona mencoba menyingkirkan Duo D di depannya, tapi tentu saja tenaganya kalah dengan Dinar si atlet bela diri.

"Vio, Galang ngga berangkat sekolah, dan ngga akan berangkat sekolah." Tegas Dinar.

"Vio, sadar sayang." Deya mengusap pundak Viona dengan lembut. Namun detik berikutnya Viona hanya menunduk, ia baru tersadar akan kebodohan yang ia buat lagi. Ia tak tau apa yang terjadi pada dirinya. Yang jelas bayangan Galang seakan nyata baginya. Ia masih bisa merasakan Galang ada di sampingnya.

Viona menyeka air matanya yang tiba-tiba menetes. Ia tak mau orang-orang melihat tangisnya dan menatapnya dengan tatapan kasihan dan prihatin. Namun Viona di buat terkejut dengan sebuah tangan yang tiba-tiba menariknya. Viona sedang tak ingin berteriak memaki atau sekedar menepis tangan itu. Yang ia bisa hanya diam dan mengikuti langkah lebar dari pria tinggi di depannya.

Viona menyergitkan alisnya begitu ia di tarik masuk ke UKS dan di dudukan di tepi ranjang yang ada. Mereka sama-sama terdiam, hanya saling menatap tanpa tau harus berkata apa untuk memulai obrolan mereka.

KALI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang