4

26 7 0
                                    

Sorry for typo.

Viona duduk di kantin seorang diri dengan suasana kantin yang sepi. Tentu saja, karena jam istirahat masih lama dan Viona kabur dari kelasnya begitu saja tanpa peduli pada guru yang sedang mengajar.

Viona jadi gelisah dan gusar. Ia tak tau apakah yang ia lihat itu nyata atau hanya halusinasinya karena ia terus memikir Galang. Sungguh, orang itu mirip sekali dengan Galang. Hanya saja penampilannya tak serapi Galang dan ia terlihat murah senyum karena saat Viona lihat, ia melempar senyum ke temsn sekelasnya.

Viona menghembuskan nafas kasar begitu teman-temannya menghampirinya dan berarti ini sudah waktunya istirahat.

"Lo harus terima kenyataan, Vi. Dan yang lo liat itu nyata, bukan hasulinasi."

"Eh, jalang! Halusinasi!." Tiva menggeplak kepala Deya yang agak eror. Tapi ya tentu tak begitu keras karena masih punya perasaan. Dan kini Deya sibuk dengan sumpah serapahnya pada si laknat Tiva.

"Galang kayanya ngga pernah cerita tentang ini semua ke lo, makanya lo ngga tau. But its true, darling." Dinar meraih tangan Viona dan mengusap punggung tangannya untuk menenangkan Viona.

"Maksud lo Galang hidup lagi? Ya ampun Mama! Kisah hidup macam apa ini?." Viona menggelengkan kepalanya yang terasa hampir pecah.

"Viona!." Tubuh Viona menegang begitu sosok yang sedari tadi di perbincangkan tengah berjalan ke arah Viona. Refleks ia meremas lengan Dinar yang ada di sampingnya.

"Gue ngga mimpi kan? Gue ngga lagi tidur kan?."

"Ini nyata, Vio. Lo harus terima dia sebagai kembarannya Galang." Jawab Tiva.

"Tuhan kabulin permintaan lo, Vi." Hibur Deya.

"Viona. Lo Viona Vevila pacarnya Galang kan?." Viona tak berkedip memandang orang di depannya. Ada perasaan rindu yang begitu besar di matanya, ada rasa sayang yang masih dan akan selalu ada.

Tes.

Air mata Viona menetes dengan pandangan yang tak lepas dari sosok di depannya. Ia rindu, dan teramat rindu. Apa inj jawaban dari doanya pada Tuhan? Tapi tetap saja itu bukan orang ia inginkan walau wajah dan tubuhnya sama. Viona ingin Galang, bukan yang lainnya. Viona ingin Galang kembali, bukan orang baru yang datang di kehidupannya. Viona ingin bersama Galang, hanya Galang.

Tanpa sadar tangan Viona mengusap pipi orang itu dengan lembut. Membuat orang-orang menatapnya bingung, terlebih orang tersebut. Viona terus melakukan itu dengan air mata yang berderai. Ingin sekali rasany Viona memeluk orang itu. Tapi ia segera tersadar.

"Wajah lo...... tapi tetep aja gue lo bukan Galang! Gue maunya Galang!" Isak Viona dengan tangan yang sudah tak lagi di wajah orang itu.

"Gue Elang, kembarannya Galang. Ya mungkin Galang ngga pernah cerita sama lo jadi lo shock waktu liat gue." Jelasnya.

"Inget permintaan lo sama Tuhan kan Vi?."

"Tapi itu cuma permintaan bodoh gue, Deya."

"Gue emang bukan Galang, jadi gue harap lo bisa terima gue sebagai Elang."

"Gue mau sendiri, jangan ganggu gue!." Viona berlalu meninggalkannya teman-temannya dan orang yang mengaku sebagai kembaran Galang itu. Yang ia ingin saat ini adalah menenangkan pikirannya.

                       *****

"Aku kesel sama kamu! Masa kamu ngga ngomong kalo kamu punya kembaran! Padahal kamu yang selalu bilang, ngga boleh ada yang di tutup-tutupi, harus saling terbuka. Haish, kalo kamu ada di sini pasti udah aku cubit sampe biru-biru!" Viona mengeluarkan unek-uneknya di makam Galang. Mungkin kini mengunjungi makam Galang adalah kewajibannya setiap hari.

KALI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang