Bab 17

158 27 0
                                    

Martabak Keju Empat Bungkus

Kalau kamu mencari aku di hutan, maka aku pastikan kamu tidak akan menemukan aku. Sebab aku, berada di dasar lautan. Jadi, selamlah. Disana ada aku, yang sedang menunggu mu.

●●●

"Lusa akan ada seleksi kapten tim futsal jam empat sore di lapangan sekolah kita. Jadi, bapak harap kalian berdua datang. " ujar pak Seto kepada Bima dan Angga.

Kedua orang itu mengangguk mantap, setelah pak Seto mengakhiri perkataan nya, Bima dan Angga tampak begitu semangat. Namun, ada yang aneh dari gaya tatapan Angga kepada Bima.
Saat pak Seto sudah pergi dari lapangan futsal, Angga langsung menghampiri Bima dengan lagak angkuhnya.

Memang, Angga sudah lebih berpengalaman perihal pertandingan olahraga. Angga dulu adalah atlet sepak bola semasa SMP. Jadi, Bima berpikir itu wajar saja kalau Angga memandang remeh padanya.

Bima menyengir, ia melangkah berhadapan dengan Angga. Saat saling berhadapan, Bima mengulurkan tangannya kearah Angga sambil berkata. "Gue nggak akan jadi lawan lo, jangan tatap gue kayak gitu. Kita berdua sudah dewasa, pertandingan futsal ini cuma pertandingan biasa. "

Kening Angga berkerut, cukup lama Angga mengamati gerak-gerik Bima sebelum pada akhirnya ia membalas jabat tangan itu. "Gue kenal sama lo, lo Bima anak kelas satu ipa dua kan? "

Bima terkekeh pelan, "gue terkenal banget ya rupanya. "

"Gue sepupu Hiara. "

Bima ber-oh ria, ia mengangguk-anggukan kepalanya lalu melepaskan jabat tangan itu.

"Gue tahun kemarin gagal ikut pertandingan ini, karena gue sakit. Sekarang, gue berharap banyak supaya gue bisa ikut lagi, Bim. " ujar Angga, cowok itu tersenyum tipis. "Sorry, kalo tatapan gue tadi buat lo mikir aneh-aneh. "

Bima mengangguk, ia menepuk bahu Angga seolah mereka sudah saling kenal. "nggak perlu dipikirkan yang tadi, gue mau cabut duluan. Lo latihan terus,oke? "

Angga mendengus pelan. "Belagak jadi pelatih lo Bim."

●●●

"Rohmat,Bagas,Ardo,Yono,Ikal, Hardi,Yaman,Doni,Karyan,Lio dan Maudy,Rifki,Valno,Hemi. Kalian remedial matematika sama bu Ori. "

Bola mata cewek bernama Maudy itu membulat, ia menoleh ke depan, tepatnya di arah papan tulis. Ada daftar nama siswa yang tidak lulus ulangan harian dengan bu Ori.
Maudy mendengus, ia meremas kertas coret-coretannya lalu membuang asal.

"Kok cuma aku sih yang cewek nya nggak tuntas? " gerutu Maudy saat ia mengetahui kalau dialah siswi satu-satunya yang tidak tuntas dari empat belas siswa yang tidak tuntas.

Hiara mengernyit heran, alisnya tertaut. "Perasaan jawaban kita sama kan, Dy? "

Maudy mengangguk.

Alena yang berada di sebelah Maudy tampak berpikir keras. "Namanya aja Ori, otaknya enggak. Bu Ori sengaja kali, Dy. Dia dendam sama lo kali!"

"Dendam? Emang aku salah apa? "

"Apa yah? "

"Lo ngerasa punya salah enggak? "

VAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang