02

40 8 0
                                    

Chrystal melotot. Entah sudah berapa ratus kali tuh pembantu dibilangin, kalo ada telepon, tanya dulu dari siapa, kalo perlu dicatat, biar nggak lupa. Apa gunanya ada buku memo di sebelah pesawat telepon, kalo nggak buat nulis. Dasar Bik Inem, si susah banget ingat gampang lupa!

"Makanya kalo ada telepon tuh ditulis" geram Chrystal lalu masuk ke dalam kamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Masalah telepon sudah tidak ia pedulikan. Biar saja, kalo memang perlu, nanti juga tuh orang nelepon lagi, batinnya.

"Tapi tadi Bibik udah ngasih nomor telepon non Chrystal ke dia" kata Bik Inem melonggokkan wajah di sela-sela pintu kamar Chrystal yang terkuak sedikit.

"Hah? Ngasih nomor telepon?" Kaget Chrystal langsung bangkit dari tiduran dan membuka pintu kamar menatap wajah Bik Inem di depannya dengan mata melotot. "Kok Bik Inem ngasih nomor ke sembarang orang sih? Ya ampun, Bik!.... Kan Chrystal udah puluhan kali bilang, jangan suka ngasih nomor  ke sembarang orang, gimana sih? Nanti neror gue, terus nipu gue, terus menghipnotis gue? Apa Bik Inem mau tanggung jawab?!" Cerocos Chrystal meledak-ledak seperti petasan.

"Tapi..." Lirih Bik Inem penuh rasa bersalah. Ia memang pernah dibilangin seperti itu sama Chrystal. "Tapi orang yang nelepon tadi maksa banget. Katanya dia bukan orang jahat."

Chrystal tambah melotot geram. "Aduh, Bik! Mana ada sih orang jahat yang ngaku!"

"Iya, tapi..."
"Udah akh" potong Chrystal cepat.
"Ngomong sama Bik Inem tuh sama aja ngomong sama tembok!"
"Tapi Non, dia maksa minta" Bik Inem tetap membela diri.
"Walaupun minta, nggak usah dikasih, kali Bik Inem nggak kenal" potong Chrystal sengit. "Nggak tahu apa, kali sekarang banyak penipuan!"

"Tapi..." Kata Bik  Inem lagi. Tiba-tiba ia ingat sesuatu.

"Apalagi?" Pelotot Chrystal hendak menutup pintu kamar tapi nggak jadi, karena sebagian tubuh Bik Inem ada di dalam. Kali Chrystal nekat nutup pintu pasti Bik Inem bakalan putus. Ihhh serem deh.

"Bibik baru ingat, namanya mikel..." Seru Bik Inem semangat. Akhirnya ia ingat juga nama sih penelepon.

"HAH?!" Chrystal melotot
"Hah?" Bik Inem ikut melotot latah. "Iya, Bibik baru inget. Namanya Mikel"
"Hah?" Chrystal bengong
"Namanya Mikel" Bik Inem yakin.
"Mikel?"
"Iya, Mikel" Bik Inem manggut-manggut serius.
"Mikel, Bik? Namanya Mikel?" Pelotot Chrystal.
"Iya Non, namanya Mikel" Bik Inem jadi kebingungan sendiri melihat Chrystal yang tiba-tiba jadi kayak orang aneh begitu. "Nggak salah lagi namanya Mikel"
Yakin Bik Inem senang.

Chrystal tersenyum. Tiba-tiba Ian ingat seseorang dari masa lalunya.
"Bukan Mikel Bik, tapi Michael" tandas Chrystal dengan suara melemah.
"Tapi Bibik dengarnya Mikel" elak Bik Inem ngotot.
"Kali memang benar dia Michael..." Chrystal membayangkan sesuatu. "Dia itu mantan pacar gue dulu sebelum Bibik kerja di sini."

"Oh" Bik Inem membulatkan bibirnya seperti kue donat.

"Terus dia nanya apa?" Desak Chrystal penasaran.

"Nggak nanya apa-apa sih, cuma nNyain Non Chrystal ada apa enggak. Bibik bilang aja nggak ada".

"Terus?" Chrystal semakin penasaran.
"Udah itu aja".
"Ya udah sana Bibik ke dapur lagi, masak yang enak." Suruh Chrystal sebelum menutup pintu kamar.

"Masak apa lagi, Non? Kan Bibik udah selesai masaknya." Protes Bik Inem.

"Ya udah pokoknya sana, nau masak apa kek terserah Bibik. Yang penting Bibik pergi dan jangan ganggu gue, gue mau tidur." Alasan Chrystal supaya Bik Inem nggak mengganggunya lagi.
Bik Inem mengangguk lalu pergi.

👫👫👫

*Michael itu nama tengah Rino yah😅
Gimana ceritanya?😅
Maaf yah ini baru pertama kalinya gue bikin novel😅
Sudah dulu yah... Nanti updatenya kalo gue ada jam lowong😂
Bye"💕💕
Good night💕💕💕

I'm Sorry Dear[Very Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang