Aakif Pov
Aku mengemudikan mobilku kembali. Membelah jalanan setelah mengantar adikku yang manis sekolah dan pergi berbelanja. Tak ada kata yang dapat mendefinisikan rasa sayangku padanya. Selagi aku menikmati liburan, aku juga ingin mengantarkannya sekolah seperti kakak pada umumnya. Mengingat aku dan dia jarang sekali bertemu. Sesuai Rencanaku hari ini berbelanja kemudian pulang. Aku ingin membeli beberapa pakaian untuk kekasihku Agnes.
Biar ku ceritakan sedikit tentangnya. Dia gadis yang baik. Namun sayang, bunda dan ayah kurang setuju dengannya. Begitupun Maira. Agnes adalah teman SMA ku saat di Jakarta. Memang Agnes sedikit manja namun aku sangat mencintainya. Aku tidak tau apa yang salah dari Agnes, tapi sungguh Maira sangat membencinya. Aku sering bertengkar dengannya karena Agnes.
Maira sering berdalil mengenai hukum islam tentang aurat dan seorang wanita, yang tak jarang membuat Agnes tersinggung. Tak jarang juga bunda dan ayah membaca qur'an bersama dengan dalil surat An-Nisa saat Agnes bertandang kerumah. Niatnya mungkin bagus, tapi menyadarkan seseorang memang tidak semudah membalikan telapak tangan bukan. Jangan tanya aku mengenai agama Agnes. Karena dia adalah muslim namun percayalah meski dia masih membuka auratnya terang-terangan dia adalah gadis yang baik dan aku jatuh cinta padanya.
Aku berhenti disebuah masjid. Mengingat waktu dhuhur yang sudah dekat. Bahkan Aku sama sekali lupa saat aku tengah berbelanja untuk menunaikan sholat dhuha. Untung saja ada masjid didekat sini. Aku terhenti menatap seseorang.
"Dan nabi Nuh telah mengingatkan pada anaknya, namun anaknya ingkar dan tidak mau mendengar kata-kata ayahnya,'nak, ikutilah ajaran Allah yang lurus, maka tidak akan ada bahaya yang menimpamu'.."
Aku menatap sorot mata itu. Tenang dan lugu. Dengan sepasang boneka lucu di kedua tangannya. Ia bercerita dengan indah. Dengan suara yang ia buat-buat. Dengan anak-anak yang duduk melingkari dirinya. Dengan jilbab yang mebalut kepalanya dengan indah. Aku menyalakan kamera yang tengah aku kalungkan. Gadis itu menatapku. Membuat aku salah tingkah. Dia berjalan kearahku. Namun aku malah terpaku dibuatnya.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Dia tersenyum dengan ramah. Tidak pernah aku lihat senyum seramah itu. Sejuk dan menyenangkan. Jilbabnya adalah alasan kekuatan cantik dalam dirinya terpancar begitu saja.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Hmm saya bisa sholat di dalam? Sebentar lagi dhuhur"
Gadis itu mengagguk. Sungguh, seakan para bidadari di langit akan tunduk pada cantiknya. Semoga malaikat tengah turun dan mengaminkan doaku untuk bersanding dengannya atas jalan Allah. Aku berjalan hendak bersuci agar bebas dari segala hadas saat bertemu Dengan-Nya.
"Mas?"
Aku terhenti. Kata-kata itu membuat syarafku reflek untuk berhenti. Seakan syarafku tercipta untuk dirinya. Aku membalikan tubuhku. Kembali menatapnya disana.
"Mau jadi imam?"
Imam, apakah secepat itu dia memintaku Menjadi imamnya. Jika iya aku tak masalah. Ayah dan bunda pasti setuju dengan gadis secantik dia. Agnes juga cantik, tapi harus aku akui wajah gadis ini ingin selalu aku tatap.
"Heh cepet sekali mbak?"
"Loh, sholat kan harus ada imamnya?"
"Astagfirullah, imam sholat toh. Iya mbak, iya"
Kembali lagi aku salah tingkat di Buatnya. Ya Allah parasnya begitu sempurna. Maha besar Ciptaan-Nya. Yang menciptakan dia maha sempurna.
Aku bergegas segera untuk menyiapkan shaft. Membantu si nona pendongeng merapikan barisan anak-anak. Hingga akhirnya senyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentara I'm In Love
RomanceSquel dari cerita my love pak doreng Apa jadinya Maira, gadis 16 tahun yang selalu di kejar-kejar oleh seorang tentara, ajudan dari ayahnya. Atau kakaknya Aakif yang cintanya selalu bertepuk sebelah tangan pada anak komandan polisi yang ternyata sah...