Pertemuan

2.2K 62 0
                                    

Maira Pov

Aku duduk di warung depan sekolahku. Hari ini tidak terlalu buruk bagiku. Teman kelas yang menyenangkan dan guru yang ramah. Meski ada satu yang tidak aku inginkan. Teman satu bangku yang cuek, sombong, dingin dan menyebalkan. Jujur saja aku takut padanya. Kali ini aku melihatnya berdiri di ujung sana. Menyeringai pada diriku dengan tatapannya yang misterius. Sungguh, aku takut padanya.

"Kenapa? Zoe?"

Aku menatap seorang gadis berjilbab di sampingku. Bibir itu tersenyum menatapku yang tengah ketakutan. Dia Tiara. Matanya bulat dan hitam. Manis sekali saat menatapnya tersenyum dengan pipinya yang chuby. Aku menatapnya dengan tatapan harap cemas meminta perlindungan.

"Dia emang gitu ndak usah takut"

"Mimpi apa semalam aku bisa satu bangku sama zoe"

"Satu kelas ndak tau loh kenapa zoe pendiam gitu, yang mereka tau ya dia sombong karna selalu jadi bintang di sekolah. Tapi aku rasa, ada sesuatu yang membuat sikapnya kaya gitu"

"Apa?"

"Entah yang jelas sesuatu itu yang kita ndak tau, dan zoe ndak ingin kita tau"

Aku mencerna kalimat itu. Entah mengapa aku tertarik pada gadis ini. Suaranya halus dan bijaksana. Saat bertemu dengannya kalian tidak akan tau bahwa gadis berwajah baby ini memiliki sifat yang dewasa. Kata-katanya penuh kharisma dengan pembawaan yang berwibawa. Aku terus menatap wajah manisnya itu. Tiara mengerjapkan mata dan menatapku. Untuk sesaat dia tertawa menatapku yang seperti orang bodoh.

"Kamu kenapa ra?"

"Nggak, cuma liatin kamu aja. Eh btw temen kamu udah pulang?"

"Aduh ra, aku bukan anak kota. Ndak ngerti btw btw kaya gitu"

"Maksudnya ngomong-ngomong"

"Owalah, ngomong toh. Temen aku yang mana? Temen banyak ra"

"Itu yang duduk satu bangku sama kamu"

"Oh ama, dia itu sahabat aku. Bukan temen. Tadi azzima udah di jemput sama kakaknya"

Aku hanya mengangguk mengiyakan. Menatap jalanan kembali. Jogja rupanya tak kalah panas dari Jakarta. Hanya saja masih sedikit teduh sehingga aku berani untuk menunggu ayah di depan warung. Kami terdiam sejenak. Tidak ada bahan obrolan lagi.

"Kamu belum di jemput ra?"

"Belum nih, kamu sendiri?"

Tiara menghela nafas panjang. Meluruskan kakinya diantara tanah. Lalu menggelengkan kepalanya dan menatapku sembari tersenyum. Sungguh aku tertarik pada gadis ini. Gadis yang amat ramah dan baik. Beruntunglah yang menjadi sahabat dunia akhiratnya. Tiba-tiba sebuah sepeda motor Vixion warna hitam melintas di depan kami. Seorang pria gagah naik diatasnya. Wajahnya tertutup helm full face nya.

"Ra aku sudah di jemput"

Namun lain, pria itu malah mematikan motornya. Ia melepas helmnya. Wajah seorang pangeran tergurat gagah disana. Betapa tidak, tubuh tinggi nan gagah berpadu dengan wajah tampan. Seketika aku terpaku. Darahku berdesir begitu nyata. Dia tersenyum menatapku memamerkan rentetan giginya yang putih.

Ya Allah, baru aku percaya seorang pangeran setelah menatap dirinya. Dia mendekati kami yang kini tengah berdiri. Seragam cokelat bertuliskan pamong praja sangat pas di kenakan tubuh gagahnya.

"Ra ini abangku. Bang Dana kenalkan"

Wajahya begitu jelas saat dia berdiri di hadapanku. Inikah arti mimpiku semalam. Seorang Pangeran tampan berdiri di hadapanku.

Tentara I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang