Salam Si Botak

1K 42 0
                                    

Maira Pov

Hari sabtu, hari dimana bunda akan mengajakku ke rumah Eyang. Entah mengapa Jogja dengan cepat mengambil hatiku. Mengambil seluruh cintaku pada kota metropolitan. Jogja tidak hanya mengambil hatiku. Dia juga mengambil hati kak Aakif. Tanpa sebab, ia memutuskan mutasi untuk pekerjaannya untuk ditempatkan di daerah istimewa ini.

Daerah tepat dimana berdiri sebuah kesultanan yang menjadi daerah istimewa di Indonesia. Yang mana masih berdiri keraton sebagai bukti warisan budaya dari negeriku. Seketika aku jatuh cinta pada Jogja. Tidak hanya Jogja, aku juga cinta magelang. Dimana disana pernah berdiri sejarah kejayaan dari mataram kuno yang turun menurun hingga Rakai Pikatan. Dimana disana berdiri sebuah kerajaan sendiri. Rumah eyangku yang mana rumah itu menyimpan sejuta masa kecil bunda.

"Ra, bunda mau tindhak ini. Kamu mau ikut ndak?"

"Loh sekarang bun?"

"Ya iya"

"Tapi maira belum nyiapin baju"

"Masih ada baju bunda waktu gadis disana"

"Ya udah yuk bun"

Bunda segera mengunci rumah. Aku masuk kedalam mobil. Menunggu bunda yang masih sibuk mengatur pintu-pintu dan jendela itu. Sesekali aku lihat bunda yang tengah mengunci gerbang. Tentu rumah dan gerbang harus di kunci, berhubungan tidak ada siapapun di dalam. Ayah menginap di batalyon dan kakak sedang mengurus surat mutasinya disemarang. Sejak pulang kemarin, ia ngotot untuk mutasi, akhirnya pagi-pagi tadi ayah mengantarnya ke stasiun.

Sedangkan mbok inem ijin selama tiga hari karena ada hajatan saudaranya. Pak udin, juga meminta cuti satu hari untuk menemani anaknya yang sakit. Bunda masuk ke dalam mobil. Mulai mengemudikan mobil kami. Tiba-tiba rasa aneh menelusup. Akankah keluarga pakdhe juga disana. Tiba-tiba aku merasa salah mengambil tindakan kali ini. Aku menyesal dengan pilihanku untuk ikut bersama bunda jika saja aku bertemu dengan anak pakdhe yang aku rasa syaraf warasnya telah terputus.

"Bun...?"

"Hmm.."

"Pakdhe ada?"

"Ndak, pakdhe mu ada penerbangan ke batam"

"Budhe?"

"Budhe fatma lagi sakit, besok habis pulang kita jengukin yah?"

"Ketemu anaknya?"

"Iyalah, emang kenapa?"

Aku menelan ludah bulat-bulat. Mencoba menerima kondisi itu. Bahwa memang harus bertemu dengan dia lagi. Si botak. Si aneh. Dan apalah itu namanya. Siapapun namanya aku benci menghafalnya.

"Emang kenapa sih?"

"Nggak papa kok bun"

Aku mulai memainkan ponselku. Rasa bosan mulai Menelusup. Aku tak bisa terus bicara pada bunda dan membuat komsentrasinya hancur. Akhirnya ku tetapkan untuk tidur. Mungkin sedikit meringankan kebosananku.
____________________________________

Perlahan mataku mulai terbuka. Tubuhku tidak lagi berada di mobil. Di sebuah ranjang dan sendirian. Suara tawa menggema pada lorong-lorong yang menghubungkan kamar dengan ruang tamu dan dapur. Jangan tanyakan bentuk rumah eyang seperti apa. Sangat nyaman menurutku. Saat pertama masuk kalian harus menaiki tangga untuk naik ke teras, hanya 3 tangga saja. Dan saat masuk kedalam, ruang tamu yang sangat luas lengkap dengan ruang tv. Jadi seakan dua ruangan menjadi satu. Sangat nyaman sekali, apalagi saat lebaran tiba. Suasananya tak bisa di lupakan. Jika kalian masuk kedalam, ada sebuah lorong-lorong kecil yang di kanan dan kirinya adalah kamar-kamar yang berhadapan. Saat kalian masuk kedalam lagi, hanya ada 3 anak tangga dan kalian akan menemukan dapur yang menurun beserta ruang makan, kamar mandi dan gudang.

Tentara I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang