Sore itu seperti biasanya. Jogja memberikan lembayung terbaik pada penghuni kota pelajar. Rasanya indah. Tentram. Sejuk. Langit menjingga yang indah. Dua gadis tampak bercanda mengendarai sebuah sepeda motor matic. Yang tak lain adalah Azzima dan Tiara.
"Tir, ini kamu nggak papa nganter aku balik dulu?"
"Ndak papa ma, lagian rumahmu sejalur toh. Udah setengah jam kamu nunggu mamasmu itu malah ndak dateng-dateng ya aku mana tega lah"
"Tapi rumahmu jauh loh tir"
"Ndak papa ma"
Dua gadis itu melenggang di jalanan jogja yang sesak. Hampir penuh dengan kendaraan yang berlalu lalang. Hingga Tiara membelokan sepeda motornya ke sebuah jalan. Tiba di rumah ketiga, yang di cat abu-abu, ia berhentikan sepeda motornya.
Azzima turun dari sepeda motor Tiara. Begitu juga Tiara yang turun dari sepeda motornya. Terlihat seorang laki-laki berkulit putih sedang duduk di beranda teras rumah Azzima. Laki-laki itu membenarkan duduknya dan meletakan koran yang ia baca. Ia membenarkan kacamata miliknya kemudian melenggang ke arah dua gadis itu sambil tersenyum.
"Eh udah pada pulang les?"
"Sudah om"
Tiara mencium punggung tangan laki-laki itu yang tak lain adalah Farhan. Azzima hanya diam. Memasang ekspresi sinis dan cemberut. Lagi-lagi gadis itu merajuk lantaran tidak di jemput.
"Kamu kenapa kok cemberut gitu?"
"Gpp"
"Amma jangan gitu, papa nggak suka kamu marah tanpa alasan gitu"
"Tanpa alasan gimana pa? Mas Fadel janji mau jemput kan, udah setengah jam Amma nunggu nggak ada yang jemput. Untung aja ada Tiara yang nganter Amma"
"Sabar dong, mungkin mas Fadel lagi kejebak macet kan bisa aja"
Azzima masih terlihat sinis. Tiba-tiba datanglah seorang perempuan dari dalam rumah. Senyumnya mengembang ketika melihat Tiara. Entah mengapa ia suka melihat anak itu. Seakan ada sesuatu yang menariknya untuk tetap dekat dengan Tiara.
"Eh.. Eh.. Ada nona cantik datang"
"Tante,"
Tiara mencium punggung tangan Hana dengan takzim. Di buatnya wanita itu alang kepalang takjub padanya. Perangai sopan, bertingkah lembut ibu siapa yang telah mendidik anaknya sedemikian karimah.
"Tiara mampir?"
"Ndak tante, sudah hampir setengah lima. Takut kesorean"
"Yah, padahal tante tadi masak kue pisang. Kata Amma Tiara suka sekali kue pisang kan? Sama seperti mamasnya Amma. Kalo gitu Di bawa pulang aja yah"
"Ndak tante, ndak usah repot-repot"
"Nggak papa, Ayo Amma bantuin mama bungkus kue pisang. Selain kue pisang mama masakin Amma kue keju loh"
Wajah Azzima langsung berubah. Ia berjingkrak senang. Ia menghadap mamanya dengan wajah yang berseri.
"Serius ma?"
"Iya"
"Yeeee"
"Ya udah masuk. Tiara masuk sebentar yah nak"
"Hmm iya tante"
Amma merengkuh bahu Tiara. Menggiringnya untuk masuk kedalam rumah. Bau harum kue segera merebak menyusup ke hidung. Rasanya wangi sekali. Seakan membuat perut meronta ingin segera di isi.
"Tante, baunya enak banget"
"Iyalah, ayo bantuin tante bungkus"
"Yah tante ndak usah repot-repot"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentara I'm In Love
RomantizmSquel dari cerita my love pak doreng Apa jadinya Maira, gadis 16 tahun yang selalu di kejar-kejar oleh seorang tentara, ajudan dari ayahnya. Atau kakaknya Aakif yang cintanya selalu bertepuk sebelah tangan pada anak komandan polisi yang ternyata sah...