20 : Sarah Muntah

236K 9.4K 362
                                    

Sarah menggeliat sedikit merintih saat dirasakan perut bagian bawahnya terasa sakit dan perih secara bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sarah menggeliat sedikit merintih saat dirasakan perut bagian bawahnya terasa sakit dan perih secara bersamaan. Sarah pelan-pelan mulai membuka mata dan sinar matahari pagi menyambut kesadarannya yang belum terkumpul penuh. Sarah mengerjap untuk menyesuaikan silau matahari yang mengenai kornea mata.

Sarah mengalihkan kepala ke samping, tangan meraba halus dan merasa ada sesuatu yang kosong di sana. Steve tidak ada. Rasa sedih dan kecewa perlahan mulai menyelimuti hati dan dada. Di saat kesuciannya diambil oleh Steve, Sarah berharap, setidaknya saat Sarah terbangun, dia melihat Steve tidur di sampingnya. Steve sepertinya menganggap malam pertama itu hanya hal biasa.

Tanpa terasa mata Sarah mulai memanas. Butiran kristal bening perlahan keluar dari sudut mata dan meluncur turun membasahi pipi. Sarah tidak bermaksud menangis, tetapi mengingat perlakuan Steve kepadanya tadi malam, membuat Sarah sedih. Apa Steve akan membuangnya setelah berhasil mengambil kesuciannya? Sarah tahu, itu adalah hak Steve mendapatkannya, tetapi Sarah benar-benar belum siap. Steve melakukannya di bawah pengaruh alkohol dan Steve memaksanya.

Sarah tidak bisa menahan tangisannya. Semua itu makin berat saat perutnya mulai bergejolak dan rasa mual mulai melanda. Suhu badannya cukup tinggi. Lalu selangkangan yang begitu nyeri saat Sarah berusaha bangun. Seluruh tubuhnya terasa sakit, terbukti dengan memar merah di area pergelangan tangan dan dada. Sarah merasa Steve melakukannya tanpa memikirkan perasaannya. Steve tidak mencintainya.

"Ibu, sakit sekali." Sarah meratapi kemalangan dengan air berlinang hingga sebuah cairan tiba-tiba memaksa keluar dari dalam mulut. Sarah muntah memenuhi sebagian selimut, bersamaan dengan kedatangan Steve yang membuka pintu. Steve yang semula tenang mulai memasang wajah menakutkan seperti yang selama ini Sarah lihat.

"Sarah, kau muntah!" Steve menghampiri Sarah dan berusaha memegang bahu Sarah, tetapi Sarah malah berteriak histeris dan bergerak menjauh.

"Tidak! Jangan sentuh, ja-jangan!" Sarah tidak bisa bergerak lebih jauh karena rasa sakit di bawah perut dan kakinya. Sarah memeluk selimut yang terkena muntahannya erat-erat, berusaha menutupi tubuh yang saat ini telanjang. Air matanya masih mengalir di sela-sela rasa takut karena kedatangan Steve. Wajah Steve berubah sinis karena penolakan Sarah. Steve tersinggung.

"Kau mengotori ranjang ini dengan muntahanmu, Sarah!" Steve menarik selimut yang menyelimuti tubuh Sarah dan membuangnya ke lantai dengan kasar.

"Hiks! Steve!" Sikap kasar Steve membuat Sarah semakin takut. Tangisnya pecah pada saat itu juga. Kenapa Steve tidak bisa lembut kepadanya?

"Argh! Sialan!" Steve mengumpat dan menendang tepian ranjang dengan kakinya, membuat Sarah makin keras menangis. Sarah menutup wajah dengan kedua tangannya, menangis makin keras karena umpatan kasar Steve, hingga tubuhnya tiba-tiba terangkat dari tempat tidur. Steve meraih tubuhnya dan menggendongnya ke depan.

"Tu-turunkan aku." Sarah memukul bahu Steve, tetapi laki-laki itu tidak terpengaruh sama sekali. Steve masih kuat menggendongnya.

"Tutup mulutmu atau kau ingin aku melakukannya lagi?" ancam Steve serius.

Sarah memelotot dan segera membekap mulut dengan kedua tangan. Sarah berusaha menghentikan tangisan, tetapi semua itu di luar kendali. Steve terlalu menakutkan untuknya.

"Hiks. Ibu ..." Sarah menangis di bawah gendongan Steve dengan tidak henti-henti menyebut ibunya. Sarah begitu ketakutan dan hanya ibu yang selalu Sarah ingat.

"Ya Tuhan, aku hanya ingin membantumu membersihkan diri. Jadi berhentilah menangis, Sarah." Steve mengerang frustrasi lalu melangkah masuk kamar mandi.

Steve kemudian menurunkan Sarah di bathtub, lalu diaturnya suhu air. Sarah melihat gerakan tangan Steve yang gesit saat lelaki itu menyiapkan peralatan mandi untuknya. Sarah kemudian membuang wajahnya saat mata Steve bertemu dengannya. Sarah tertegun saat Steve menempelkan tangannya ke kening.

"Sepertinya kau demam." Lalu diusapnya pipi Sarah dengan sapuan lembut yang mengejutkan, "Selagi kau mandi, aku akan menyiapkan sarapan untukmu." Sikap Steve yang berubah lembut, dan berhasil membuat Sarah terpana sesaat. "Mandilah."

Sebelum Steve benar-benar pergi meninggalkannya sendirian, sekali lagi sikap Steve membuat Sarah terlena. Steve memberikan ciuman di pipinya. Sarah sempat bertanya-tanya, kenapa Steve selalu mencium pipi? Dari seluruh anggota tubuh, Steve selalu memberikan ciuman di sana. Selalu.

Sikap Steve tersebut mengingatkannya dengan sosok laki-laki kecil yang dulu sempat menjadi cinta pertamanya. Cinta pertama yang kemudian hilang karena Sarah tak tahu identitas lelaki itu. Anak lelaki yang dulu selalu memberikan ciuman di pipi.

Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang