M1

2K 252 15
                                    


Arlea nggak tahu kenapa semua jadi begini. Nggak ngerti sumpah dengan kelakuan mantan cowok yang pernah deketin dia. Jadi nggak nyaman sama sekali, bahkan ketika dia makan roti banana cheese kesukaannya di kantinpun, rasanya nggak seenak biasanya. Apa gini ya akibat nolak cowok?

Nyesel nolak?

Dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. Namanya perasaan kan nggak bisa dipaksa. Apalagi dia masih kelas 2 SMA. Udah diwanti wanti sama Mama dan Papanya. Pacaran jangan tapi punya temen deket cowok nggak masalah.

"Ya, Ya ... udah dengerin gosip lum? Gosip tentang elo," tanya Khansa, teman duduk bareng di kelas sekaligus teman Eya yang paling enak buat di bully.

"Oh, bener, bener. Emang ya, tuh cowok tuh cengeng. Baru ditolak dah bales dendam." Suara Lia, teman sekelasnya terdengar mencicit di telinga Eya. Mirip anak burung kelaperan.

"Ngapain lo lo pada dengerin gosip kayak gitu?" sebal Eya mulai bosan mengunyah rotinya. Khansa mulai mendekat dan menunjukkan dengan matanya apa yang menjadi pertanyaannya pada Eya.

"Tuh, banyak cowok mulai ngeliatin lo nggak enak gitu deh. Emang lo nggak risih ya?"

Eya mau tidak mau mulai menoleh ke sekelilingnya. Pandangan beberapa anak cowok di dekatnya jelas membuatnya risih. Memandangnya seakan dia seperti apa yang digosipin. Hebat memang mulut anak dan kehebohan medsos. Baru juga kemarin Eya nolak tuh cowok sekarang hampir seisi sekolah tau berita itu dan setengahnya ikut menyebarkan gosip jelek tentang Eya.

Dan disitulah letak nggak ngertinya Eya. Salahkah dia nolak cowok? Nolak cowok yang saban hari datengin kelasnya buat nganter snack kesukaannya. Nggak ngasih kesempatan sama sekali buat cowok yang udah rajin update status di medsos tentang dirinya. Dan kini, gosip tentang dia jadi cewek gampangan dan bisa dipakai udah sampai ke telinganya. Eya berharap abangnya nggak bakalan tahu atau tuh cowok dah mati ngambang di empang.

"Ya jelas salah. Lo sih pake nolak anaknya pak pejabat bintang tujuh," protes Lia. Eya langsung tercengang, merasa sama sekali tidak menyuarakan isi hatinya tapi seakan Lia paham dan menjawab puzzle di otaknya.

"Ha?" bingung Eya menatap kedua temannya. Lia langsung menunjuk Khansa dengan jarinya. "Tadi si Khansa nanyain salah lo apa sampai digosipin nggak bener gitu."

Mendadak Eya merasa kasian dengan Khansa dan Lia. Otomatis mereka bakal kena gosip juga atau yang lebih parah kena bully an. Hiiiii.

"Gimana caranya ya biar abang gue nggak dengerin gosip ini. Takutnya malah tawur jatohnya."

Khansa dan Lia terdiam dengan perkataan Eya. Sejak masuk SMA memang Arlea dan Andra sengaja dipisah sekolahnya agar bisa lebih mengeksplor apa hobi mereka. Misal, Andra sekolah di SMA yang klub basketnya selalu juara. Andra emang suka banget main basket sedangkan Arlea lebih ke seni. Dan disinilah Arlea terdampar. Di sekolah yang terkenal menjuarai setiap FLS2N (Festival Lomba Seni Siswa Nasional).

"Kalau mikirnya sambil makan bakso gimana?" usul Eya membuat kedua temannya nyengir bahagia.

"Asyik! Traktir!" seru Lia.

Bagi Eya memang makanan tuh sebagai alat pengubah suasana. Berharap dengan makan bakso super pedas membuat moodnya membaik dan dia bisa memikirkan cara nyuekin gosip sekaligus ngamanin orang orang yang disayanginya dari gosip itu.

"Iya, gue traktir."

Kedua temannya langsung berhambur ke salah satu stand bakso di kantin dan memesan tiga porsi bakso super pedas.


***

Miss MimisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang