Pagi hari, kebiasaan Jimin sekarang akan bangun lebih awal daripada istrinya. Sebenarnya baru akhir-akhir ini istrinya bangun sedikit terlambat. Kata dokter, dampak memasuki triwulan 3 kehamilannya.
Jimin tersenyum, melihat istrinya yang masih bergumul di pelukannya. Sedikit menunduk, bisa Jimin lihat perut istrinya yang mulai membesar.
"Morning, dear."
Dia berbisik, lembut sekali. Jimin menyingkirkan rambut-rambut halus yang menutupi dahinya. Sebuah ciuman kemudian didaratkannya disana.
Tubuh Yoongi merespon, sedikit bergerak untuk menyamankan posisinya sendiri. Semakin merapatkan dirinya mencari kehangatan pada tubuh sosok yang dipeluknya.
Rasanya Jimin semakin malas untuk bangun. Bergumul dengan istrinya seperti ini selalu menyenangkan baginya. Tapi pagi ini dia ada kuis statistik. Kalau dia tidak dapat nilai bagus, resiko mengulang tahun depan.
Jimin melirik meja nakas, untung semalam dia meletakkan bukunya disana. Sedikit membaca tidak masalah. Sambil menunggu bidadari cantiknya bangun.
Jimin membenarkan posisinya bersandar di kepala ranjang. Di pangkuannya, buku statistik sedang terbuka lebar menunggu untuk dibaca. Tak lupa kacamata baca bertengger manis di hidung bangir semi bengkoknya dan bibirnya beberapa kali bergumam menghafal materi yang memungkinkan untuk keluar di kuisnya pagi ini.
Perlahan, tubuh yang meringkuk di sampingnya menggeliat sambil mengucek matanya perlahan. Didapatinya figur sang istri yang menatapnya dengan mata sipit khas orang bangun tidur. "Pagi sayang."
Hanya lenguhan pelan yang didapat Jimin setelahnya, ia tahu Yoongi masih enggan bangun. Kehamilannya membuat kadar kemalasannya bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Dan kini tubuh itu justru meringkuk dan membenamkan diri di balik selimut tebalnya. "Bangun, sayang. Jangan mengajarkan anak kita untuk bermalas-malasan."
"Dia masih di dalam kandungan, sialㅡ"
"Ohoo! Apa yang aku bilang tentang mengumpat?" Jimin menutup bukunya dengan keras dan menatap Yoongi dari balik kacamatanya. Yang ditatap justru hanya mendelik.
"Ayo turun, aku ada kuis pagi ini. Kita harus sarapan sesegera mungkin." Jimin menarik kacamatanya dan bergerak turun dari kasur, menaruh kedua benda di tangannya ke meja nakas kemudian meminum sedikit air putih di atas nakas itu.
"Jimin..."
Panggilan itu membuat yang dipanggil berhenti meminum airnya. Jimin melirik dari balik mug airnya dan mendapati raut istrinya yang sendu. "Hmm?" hanya gumaman di sela minumnya.
"Kebawah gendong, ya?"
Jimin mendengus dan menaruh mug nya di nakas. "Apapun untuk istriku yang manja ini. Ayo." Jimin tersenyum dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut sang istri. Sedikit mengeryit karena merasakan tubuh Yoongi yang mulai bertambah berat dengan perut buncitnya yang semakin membesar.
Kemudian kekehan pelan terdengar tepat di telinganya. Yoongi melingkarkan kedua tangannya di sepanjang bahu Jimin dan menyandarkan kepalanya di atas bahunya.
"Pagi Jimin. Salam sayang dari Jimin kecil di dalam perutku."
Bisikan Yoongi disamping telinganya itu sanggup membuat Jimin tersenyum senang. Ya, tidak bisa dipungkiri kalau ia merasa bahagia berkali-kali lipat semenjak ada Jimin kecil di perut Yoongi. Meskipun kehidupannya yang baru memasuki tahap kedewasaan itu harus terenggut cepat untuk menjadi seorang calon ayah muda, yang harus jungkir balik bukan kepalang menghadapi istri mudanya yang dua tahun lebih tua darinya itu setiap hari. Tapi ia senang, menjalani harinya dengan Yoongi, dengan pahit asam manis kehidupan rumah tangga pasangan muda yang bisa dibilang baru dimabuk asmara.
"Terimakasih karena telah memberikan kesempatan hidup kepada nafas kecilku di dalam perutmu, sayang."
Dan mereka berjalan menuju ruang makan dengan Yoongi yang berada di dekapan Jimin untuk sarapan bersama.
Kalian baca curhatan saya di conversation?
Hmm, nothing I can say.
Semoga aja kalian tetep betah dengan saya sampai kapanpun.
Nantikan keabsurdan saya di work ini maupun di work lainnya.
Salam sayang ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin's Little Breath ㅡMy
FanfictionKehidupan Park Jimin, si anak kuliahan, dengan istrinya Park Yoongi yang tengah memasuki triwulan 3 kehamilannya.