1.3

6.1K 720 49
                                    

Jimin memutuskan untuk membawa Yoongi ke rumah orang tuanya yang berada di Sekang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin memutuskan untuk membawa Yoongi ke rumah orang tuanya yang berada di Sekang. Siang ini, Jimin harus menghadiri mata kuliah wajib dan akan berlanjut sampai sore. Sedangkan Yoongi sedang dalam masa cuti dan tidak memiliki jadwal apapun. Sebenarnya ia bisa tinggal di rumah sendirian saja, tapi Jimin sama sekali tidak mengijinkannya. Jimin takut terjadi apa-apa padanya.

Akhirnya Jimin memutuskan untuk membawa istrinya ke rumah orang tuanya, untuk dititipkan. Yoongi sendiri sempat protes karena menganggap perlakuan Jimin ini seperti menganggapnya bayi.
 
 
Hey, dia kan ibunya bayi. Bukan si bayi.
 
 
Tapi Jimin beralasan, ibunya memang ingin bertemu dengan Yoongi. Jadilah Yoongi menurut karena kalah berargumen.

Setelah membuka pintu, Jimin membimbing Yoongi masuk ke kediaman Park dengan membawa beberapa barang bawaan. Yoongi mententeng tas hitam yang isinya pakaian dan keperluan pribadinya, termasuk susu khusus ibu hamil dan beberapa vitamin wajib selama periode kehamilannya ini. Sedangkan Jimin mententeng satu pak tisu toilet dan buah-buahan kesukaan ayah dan ibunya.

"Astaga, kalian datang? Kenapa tidak mengabari dulu?" Ny. Park berjalan tergesa-gesa dari dapur setelah merapikan meja makan yang telah selesai digunakan sarapan.

"Maaf, bu. Kami buru-buru karena aku harus segera menghadiri kelas. Aku akak menitipkan Yoongi disini."

Sebuah sikutan lengan mengenai perut sisi kiri milik Jimin. Dan pelakunya tentu saja adalah sang istri. "Kau pikir aku bayi, ha?" bisik Yoongi dengan tatapan sengit. Jimin hanya membalasnya dengan cengiran seperti biasa.

"Ah, begitu. Tentu saja. Kebetulan aku sudah selesai beres-beres. Aku bisa menjaga Yoongi hingga kau pulang nanti." Sang ibu tersenyum maklum pada pasutri di hadapannya, yang memang selalu bertengkar untuk setiap hal kecil. Tapi itulah sisi harmonis yang mereka bangun, itu ciri khas mereka.

"Terimakasih, bu. Tolong jaga Yoongi selama aku pergi."

"Memangnya mau kuapakan menantuku yang sangat lucu ini, hingga kau memohon seperti  itu, hmm?"

Jimin hanya tersenyum. "Ayah dan Jungkook sudah berangkat, bu?"

Sang ibu yang sedang memindahkan tisu toilet dan buah-buahan menoleh dari meja makan. "Tentu saja. Rumah sudah sepi begini. Lagipula ayahmu lebih memilih berangkat bersama adikmu sekalian mengantarnya. Menghemat waktu katanya."

Jimin hanya mengangguk berulang kali tanda mengerti. Sebelum sebuah rematan pada lengan hoodie hitamnya samar terasa. Tatapannya beralih pada sang istri yang sedang menatapnya sendu. Ah tatapan ini, Jimin bahkan paham apa artinya.

"Ada apa sayang?" Jimin mencoba mencari tahu, meskipun dia sendiri sudah tahu apa artinya.

"Jimin.." Suara itu keluar begitu lirih. Jimin tersenyum kecil mendengar istrinya merengek, meskipun lirih. Yoongi memang susah ditinggal setiap kali Jimin akan berangkat kuliah.

Jimin meraih kedua pundak istrinya dan menghadapkannya hingga mereka bisa bersitatap. "Hyung sayang, aku hanya sebentar pergi kuliah. Nanti sore juga sudah pulang."

Entah kenapa Yoongi mengalami perasaan yang aneh. Ia merasa berat melepas Jimin pergi ke kampus. Ia tidak rela Jimin meninggalkannya, meskipun ia sendiri sudah tahu kemana dan untuk apa Jimin pergi.

Jimin pun merengkuh tubuh sang istri, sedikit terganjal perutnya yang semakin membuncit. "Kau masih ingin bersamaku? Apa Jimin kecil masih ingin bermanja-manja dengan ayahnya?"

Yoongi membalas pelukan itu dengan melingkarkan kedua lengannya melingkari pinggang Jimin. Ia tidak mengatakan apapun untuk menjawab pertanyaan Jimin. Tapi ia yakin Jimin sudah tahu bagaimana perasaannya saat ini.

"Baiklah, peluk aku sampai puas."

Maka Yoongi semakin mengeratkan pelukannya dan menyandarkan kepalanya di atas pundak Jimin. Perlahan hatinya menemukan kenyamanan dan perlahan rasa aneh di hatinya berkurang. Rasa nyaman yang membuatnya selalu betah berlama-lama bersama Jimin. Dan rasa nyaman itu juga dulu yang membuatnya jatuh pada Park Jimin si adik tingkat 2 tahun di bawahnya.

Sang ibu tersenyum dari balik meja dapur melihat keduanya. Ia sangat bersyukur Jimin mampu mengemban tanggung jawab sebagai suami di usia yang masih sangat muda ini. Apalagi sebentar lagi bebannya akan bertambah dengan kehadiran Jimin kecil diantara mereka.

Disisi lain, ia jadi teringat masa mudanya dulu. Jimin begitu mirip Tn. Park, pribadinya yang menyenangkan dan penyayang, meskipun terkadang begitu tegas.

"Ah, jadi teringat masa muda."
 

   

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 
 

Haiiiii.....

Book ini lama gk update ya?

Tiba-tiba aku kehilangan ide ditengah-tengah pemikiranku tentang book ini.

Semoga setelah ini inspirasi jalan terus ya huuhuu T.T

Big love 💕

Jimin's Little Breath ㅡMyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang