Plot twist.
Pagi tadi Jimin berjanji pada Yoongi akan pulang sebelum gelap, atau dengan kata lain akan menjemput Yoongi dari rumah orang tuanya di waktu petang.
Tapi nyatanya, Jimin baru tiba di rumah orang tuanya jam 10 malam.
Kebetulan seisi rumah minus Yoongi sedang berkumpul di depan TV menonton acara keluarga, meskipun Jungkook sibuk dengan ponselnya sendiri. Ketika Jimin masuk, semua perhatian lantas terpusat pada si sulung Park itu. Dan yang pertama kali menunjukkan reaksi adalah ibunya.
"Jimin, darimana saja kau?"
Melihat raut wajah ibunya yang berbeda dari biasanya membuat dirinya total beku. "Bu, aku tadiㅡ"
"Yoongi merasakan kram perut tadi." jawab sang ibu sambil berdiri dari posisi duduknya di sofa.
Jimin semakin membeku hingga menjatuhkan tas ranselnya ke lantai. Tanpa basa-basi ia langsung berlari ke kamarnya untuk melihat sang istri. Dan pemandangan yang pertama kali terlihat matanya saat membuka pintu adalah figur sang istri yang terlelap di atas ranjang. Perlahan ia berjalan mendekati sang istri dan berjongkok di sampingnya.
Rasa bersalah segera memupuk dan semakin tumbuh di hati Jimin tatkala ia mendengar suara nafas teratur sang istri di kala tidur. Spontan tangannya bergerak naik untuk membelai rambut sang istri. Ia sangat tahu bagaimana tersiksanya Yoongi dikala kram perutnya kambuh.
"Kenapa kau tidak menelfonku, sayang? Aku bisa saja lari dari kampus kesini jika memang kau kesakitan."
"Dia tidak mau kau repot, Jimin."
Jimin sedikit tersentak ketika suara sang ibu mengalun tepat di belakangnya. "Bu, kau kan bisa menghubungiku sesegera mungkin."
Sang ibu menghela nafas, "Yoongi yang tidak mengijinkan ibu memberitahumu. Untung saja kenalan ibu seorang bidan, dia langsung kemari untuk memeriksa Yoongi dan memberinya obat."
Jimin kembali menatap sang istri yang terlelap karena pengaruh obat. Yoongi memang begitu, terkadang dia menyembunyikan rasa sakitnya sendiri agar tidak membuat semua orang khawatir.
"Apa ini semua membebani hidup Yoongi hyung, bu?" Jimin menarik tangannya dari pucuk kepala Yoongi. Rasa bersalah di hatinya semakin membesar rasanya ketika ia tahu Yoongi seperti ini karena dirinya. Yoongi ingin Jimin menikmati waktunya di kampus tanpa harus terbebani masalah Yoongi di rumah.
"Jimin, jangan begitu. Ini semua proses, maka harus dijalani."
"Tapi Yoongi hyung selalu seperti ini, bu. Terkadang dia kesakitan di tengah malam, tanpa mau memberitahuku." Jimin melayangkan tatapan protes pada sang ibu.
Sang ibu hanya tersenyum, "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Aku pernah samar-samar mendengar suara rintihannya. Aku pikir aku hanya bermimpi karena setengah sadar, tapi setelah kupikir-pikir lagi ternyata itu memang benar. Dan pernah suatu pagi ketika Yoongi hyung bangun lebih dulu daripada aku, aku mengintipnya di kamar mandi dia sedang menahan rasa sakitnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jimin's Little Breath ㅡMy
FanfictionKehidupan Park Jimin, si anak kuliahan, dengan istrinya Park Yoongi yang tengah memasuki triwulan 3 kehamilannya.