Bab 3

8.8K 1.2K 290
                                        

Kamu boleh tidak mempercayaiku kini. Namun suatu saat kamu akan tahu, aku tidaklah sama dengan laki-laki diluaran sana yang sering kali kamu agung-agungkan.

Masih pagi namun antrian suduh cukup panjang. Apalagi untuk dokter spesialis obgyn di rumah sakit ini benar-benar banyak penggemarnya.

Sarah cukup terkejut ketika Lian benar-benar mengajaknya untuk mendiskusikan tentang alat kontrasepsi. Dia pikir Lian hanya bercanda pada awalnya. Namun ketika kenyataannya sama sekali tidak bercanda, Sarah mulai memahami jika sesantai-santainya pemikiran Lian, laki-laki itu cukup serius memikirkan hal-hal penting dalam hidupnya.

"Kamu jangan tersinggung aku ajak ke sini." ucap Lian.

"Kenapa aku harus tersinggung?"

"Kan biasanya perempuan gitu. Diajak ke dokter kandungan suka kesel. Padahalkan aku mau memastikan semuanya hadir tepat pada waktunya."

Sarah mencibir. "Ada juga kamu yang seharusnya waspada. Jangan-jangan kamu yang nggak bersih. Anak muda jaman sekarang kan nggak bisa dipercaya. Bilangnya nggak merokok tapi narkoba atau minum-minuman keras."

"Siapa anak muda?" lirik Lian ke kanan dan kiri. Bahkan dia memastikan laki-laki yang duduk di sampingnya bukan anak muda. "Dia bukan anak muda, Sarah. Dia ke sini temani anaknya buat cek kesehatan cucunya di dalam perut." goda Lian.

"Tahu ah, bodo amat. Kamu diajak ngomong serius tapi bercanda terus."

"Lagian kamu nggak ada pembahasan lain? Ngomongnya tentang usia terus. Emang kamu bisa tahu usia berapa kita meninggal? Nggak kan. Dari pada repot-repot ngomongin usia yang hanya berupa angka. Mendingan ngomongin saldo angka di tabungan yang lebih berfaedah. Asal kamu tahu, bayaran untuk sekali pertemuan dengan dokter obgyn lebih mahal dari harga pakaian dalam laki-laki." ucap Lian dengan gaya yang begitu tengil.

"Kenapa bawa-bawa pakaian dalam sih?"

"Cuma mau kasih tahu kamu aja. Aku nggak biasa pakai yang merk abal-abal. Jadi jangan samakan gaya kita ya." lirik Lian pada tali pakaian dalam Sarah yang terlihat di bahu perempuan itu. "Lain kali beli yang mahalan biar akunya napsu."

"LIAN!!!!"

"Hahaha...,  kenapa? Kita ini kan udah nikah. Kenapa pakai malu-malu segala, Sarah. Pembicaraan kita ini bukan hal tabu lagi. Masa kamu bisa membicarakan tentang usia dan kematian, tapi nggak berani ngomong tentang reproduksi. Curiga aku. Waktu bab reproduksi kamu nggak masuk ya?"

Sarah diam. Kekesalan Sarah semakin menjadi. Sekarang Lian bisa-bisa berbicara mengenai kematian. Memangnya anak muda seperti Lian tahu apa tentang kematian? Dia saja baru 20 tahun hidup di dunia, seolah sudah mengetahui segalanya.

Karena itulah sejak awal Sarah paling benci berhubungan dengan laki-laki yang lebih muda darinya. Pastinya Sarah yang harus bersabar dan mengerti tingkah laku laki-laki seperti itu.

"Atas nama Ibu Sarah." panggil seorang suster.

Lian nampak berdiri. Berjalan santai lebih dulu menuju ruangan dokter kandungan tersebut.

Sedangkan Sarah yang berjalan di belakangnya sibuk menggerutu. Dia seakan tidak rela bila hidupnya diatur oleh anak kecil seperti Lian.

"Pagi Dok," sapa Lian ramah pada dokter laki-laki bertuliskan Fatah Al Kahfi di atas meja kacanya.

Laki-laki itu segera duduk. Dan menarik kursi di sampingnya agar Sarah segera menyusulnya.

"Ada keluhan apa?" tanya Dokter tersebut dengan senyum ramahnya.

Lian tersenyum sejenak. "Kebetulan saya dan istri mau berkonsultasi masalah alat kontrasepsi. Apa ada alat kontrasepsi yang baik untuk kesehatan?" tanya Lian hati-hati.

My Younger Husband #WATTYS2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang