3. Seragam Baru?

33 8 3
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak ya🙏

Oke,
Happy reading..

***

Pelangi berjalan pelan di koridor sekolah menuju ruang BP yang sebelumnya sudah diberitahu dimana letaknya oleh Nesa.

Tidak jauh berbeda dengan Pelangi, Nesa pun sama terkejutnya setelah mendengar pengumuman singkat tadi. Pelangi sempat ragu sesaat, apakah dirinya harus memenuhi panggilan tersebut atau tidak. Tetapi karena dukungan semangat dari Nesa, akhirnya ia memutuskan untuk datang saja.

Beberapa pasang mata  menatapnya, yang kebetulan bersimpangan, atau hanya melihat dari kaca jendela kelasnya, seakan guru yang mengajar mereka tak pernah ada. Mereka menatap Pelangi karena penampilannya atau kejadian di kantin tadi? Entahlah, Pelangi sudah tidak perduli lagi. Pikirannya sekarang hanya satu, bagaimana jika ia dikeluarkan dari sekolah barunya ini? Membayangkan bagaimana kecewanya orang tuanya nanti saat tau anaknya dikeluarkan dari sekolah hanya karena ketidak sengajaan saja membuatnya ingin menangis saat itu juga, walaupun Pelangi yakin seratus persen jika orang tuanya tak akan marah dan hanya akan menampilkan senyum termanisnya seakan menyemangati anaknya jika ia pasti bisa melewati semua ini, tetapi tetap saja ia tau jika hati orang tuanya lebih teriris.

Bayangan wajah garang guru BP serta otot otot yang keluar tercetak jelas di pelipis  saat mengadilinya membuat ia meneguk ludah. Juga kuah gratis pasti akan ia dapatkan nanti, saat pikirannya terlempar pada cerita Nesa tadi.

Setelah melewati beberapa kelas dan menuruni tangga, akhirnya Pelangi sampai di depan ruang BK.

Ia memperhatikan ruangan itu sebentar sebelum masuk. Ada tulisan Way Winata's Yayasan di depan kaca BP. Tadi juga ia menemukan tulisan itu di kaca perpustakaan saat berjalan kesini, bahkan juga di ruang-ruang lainnya.

Pasti pemilik yayasan ini punya marga Winata batinnya.

Ia menarik nafas dalam dalam seraya memejamkan mata, mempersiapkan mental dan hati, apa saja nanti yang akan disampaikan guru BP ia harus siap menerima.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" jawab seseorang di dalam ruangan setelah mendengar suara ketukan Pelangi.

Ceklek

Pelangi seketika berhenti di depan pintu, saat melihat bagaimana isi ruangan ini. Berbanding terbalik dengan pemikirannya yang berkhayal tempat ini seperti gudang tak terpakai, atau tempat bekas pembantaian siswa yang nakal.

Tempat ini tak pernah terbayang sebelumnya oleh Pelangi. Ini seperti bukan ruang BP atau BK, tapi lebih kearah istana mewah. Kursi memanjang yang dibalut bantal dari kain sutra, yang ia yakini empuk, bunga yang dijejer rapi di sudut ruangan dan di atas meja, dinding yang bertuliskan Way Winata's yang di sekelilingnya dihiasi stiker-stiker pemandangan alam,  karpet yang kelihatan halus dan baru, AC dan kipas angin yang menempel pada dinding, juga lemari lemari besar dan megah yang terjejer rapi di samping kursi yang pria itu duduki.

Sebenarnya ini ruang BP atau hotel VIP? Batin Pelangi.

"Duduk, Nak!" suruh seorang pria berkemeja seraya tersenyum hangat membuat hati Pelangi sedikit tenang, kelihatan sangat berwibawa dan tampan walaupun sudah sedikit berumur.

Dengan sedikit canggung, Pelangi membalas tersenyum dan melihat kesekeliling. Kira-kira kursi yang mana untuk menjadi tempat duduknya mengingat pakaiannya seperti ini. Semua terlihat mewah, dan Pelangi merasa ia tidak pantas untuk duduk disalah satu kursi itu. Lagi pula pasti pria ini juga akan memarahinya jika ia duduk di situ.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Coretan Sang BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang