"kak.. awass!!!"
Jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin terlihat bercucuran membasahi tubuhnya. Nafasnya pun tampak tak beraturan.
Mimpi.
Mimpi itu lagi.Afaleah Bulan Putri. Ia kerap disapa Bulan. Gadis cantik berpostur tubuh agak pendek dengan rambut panjang yang selalu ia biarkan terurai. Iris mata coklat yang akan membuat setiap orang jatuh cinta dengan tatapannya. Namun kali ini tatapan indah itu telah menjadi sebuah tatapan sendu.
Tiba-tiba terdengar sebuah suara ketukan dari luar. Dengan langkah yang gemetar, Bulan berusaha berjalan menuju knop pintu untuk membukanya. Terlihat seorang wanita tua yang sedang memegang sebuah nampan dengan sepiring nasi goreng dan segelas susu.
"Mimpi lagi neng?" tanya wanita tua yang selalu disapa Mbo Mimas itu.
"Ee.. iya Mbo" jawab Bulan gugup.
Mbo Mimas memang sudah tau tentang kebiasaan mimpi Bulan. Ia telah menjadi asisten rumah tangga selama kurang lebih 20 tahun di rumah itu.
"Yasudah neng, tak usah dipikirin. Ini Mbo bawakan sarapan seperti biasa" ujar Mbo Mimas seraya menyodorkan nampan itu.
"Makasih Mbo. Ohiya, tumben bawain sarapannya cepet" kata Bulan.
"Cepet? Neng Bulan teh naon? Kok jam 7 dibilang cepet?" Tanya Mbo Mimas dengan raut wajah yang terlihat kebingungan.
"Hah!!??" Suara 5 oktaf keluar dari mulut Bulan.
Mbo Mimas hanya menutup telinga dengan tangannya. Ia sudah biasa melihat kejadian seperti ini."Mbo kenapa gak bangunin Bulan??" Tanya Bulan sambil berlari menuju kamar mandi kamarnya. Mbo Mimas hanya menggeleng kepala gemas dengan sikap Bulan yang masih kekanak-kanakan diumurnya yang hampir menginjak 17 tahun.
Dalam kurun waktu 15 menit, Bulan telah siap dengan baju seragam dan tas ransel kecil kesayangannya.
"Mbo, Bulan berangkat yah! Oiyaa, bilangin yah ke bang Andras kalo Bulan pulangnya rada telat" ujar Bulan sambil berlari keluar rumah.
Tampaknya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Bulan. Terlihat sebuah angkot lewat di depan gerbang rumahnya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera memberhentikan angkot itu dan masuk kedalamnya.
🌜☁🌠
"Hufft.. untung gerbangnya belum ditutup sama Mang Ujang" seru Bulan dalam hati saat telah memasuki area sekolah.
Ia lalu berlari melewati koridor sambil sesekali melirik kearah jam di tangannya. Tiba-tiba...
"Brukk.!!."
Kurang dari 3 detik, tubuh Bulan sudah terkapar di lantai. Ia hanya meringis sambil memegangi pinggangnya.
"Woyy!!!" seru Bulan kepada cowok yang ia pastikan adalah cowok yang menabraknya tadi.
Cowok itu hanya melangkah terus melewati Bulan yang menatapnya dengan tatapan tak percaya.
"Lo budeg yah? Udah nabrak orang sembarangan, eh gak minta maaf lagi" celoteh Bulan gemas.
Cowok itu tampak menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Bulan.
"Sorry" ucapnya lalu melanjutkan langkah yang sempat tertunda tadi.
"What!!?" Bulan lagi lagi mengeluarkan suara 5 oktaf-nya.
🌜☁🌠
Bulan tampak berjalan mengendap-endap memasuki kelas. Bagaimana tidak,-Pak Oberon- guru yang terkenal paling killer seantero sekolah sedang mengajar di kelasnya.
Kurang 3 langkah lagi ia sampai ke mejanya yang terletak paling depan, terdengar suara deheman yang berasal dari mulut Pak Beron.
"Afaleah Bulan Putri!" suara bariton itu mengejutkan Bulan.
"Eh Bapak, udah dateng yah? Tumbenan Pak datangnya cepet" tanya Bulan sambil nyengir kuda memperlihatkan gigi rapihnya.
"Cepet dari Hongkong. Bapak tau, kamu pasti telat bangun 'kan? Sudahlah, lebih baik kamu letakkan tas di atas meja dan segera ke lapangan untuk hormat ke tiang bendera" ujar Pak Beron tegas.
Bulan hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar dan segera melakukan perintah dari Pak Beron.
🌜☁🌠
Sudah hampir 40 menit Bulan hormat sambil mendongak kearah tiang bendera. Masih ada 35 menit yang tersisa sampai jam pelajaran Pak Beron selesai.
Sumpah serapah yang dilontarkan Bulan untuk Pak Beron belum usai sedari tadi. Ia benar-benar sudah geram dengan guru yang satu itu.
"Gue bangga sama murid Elang High School, mereka emang selalu punya cara tersendiri buat menghargai jasa pahlawan bangsa"
Terdengar suara berat dari belakang Bulan. Bulan lalu berbalik dan mendapatkan seorang cowok berperawakan tinggi sedang tersenyum kearahnya.
"Kenalin, nama gue Bintang" ucap cowok itu sambil mengulurkan tangannya.
Bulan hanya menatap Bintang dengan tatapan bingungnya.
"Gak usah natap gue kayak gitu. Gue tau kalo gue emang keren"
Pertanyaan itu sukses membuat Bulan tersadar dan langsung mengalihkan tatapannya.
"Gak usah ge-er deh, gue itu cuma bingung sama lo yang gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba datang dan ngomong gak jelas, terus langsung kenalin diri ke gue" celoteh Bulan.
"Oh gitu, kirain deh. Kalo gitu gue duluan yah. Bye Bulan" kata Bintang sembari berjalan meninggalkan lapangan.
"Apaan sih tuh cowok, aneh banget. Gak jelas" cibir Bulan lalu kembali melanjutkan aktivitas hormatnya.
Tiba-tiba Bulan teringat sesuatu.
"Bentar deh, kok dia tau nama gue sih?" batin Bulan yang lagi-lagi memasang tampang cengo-nya.
▪ Träume ▪
See you next chapter yah guys!!!😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Träume
Teen FictionDimana ada 'Bulan', disitu ada 'Bintang'. Namun kali ini berbeda. Kalimat itu akan dipatahkan oleh sebuah fakta tentang kemunculan 'Awan'. Awan yang akan menutupi Bulan agar tak dekat dengan Bintang. Awan juga lah yang akan melindungi Bulan agar tak...