Jam istirahat kedua. Sebagian murid Elang High School sudah berada di kantin. Mengapa sebagian? Karena kebanyakan dari mereka sudah makan saat istirahat pertama. Selebihnya entah kemana.
"Tes..tes.. ekhem.. Halo guys! Untuk seluruh siswa siswi Elang High School diharapkan untuk segera ke auditorium sekolah sekarang juga! Kita akan melakukan simulasi gempa bumi! GPL!"
Terdengar suara menggema di seluruh area sekolah. Suara itu berasal dari speaker yang dipasang di setiap sudut.
Baru beberapa saat setelah pengumuman, semua murid langsung meninggalkan aktivitas dan menuju ke auditorium.
"Rhe, kita habisin dulu yah makanannya" ujar Rhea dengan tampang memelasnya.
Bulan dan Rhea memang tengah berada di kantin.
"Duh gimana nih Lan. Gue beneran mau nungguin lo, tapi gue termasuk anggota OSIS yang berarti harus stand by disana" kata Rhea menjelaskan.
Bulan lalu berpikir sejenak dan mengangguk paham.
"Yaudah deh, lo boleh pergi. Tapi ambilin gue bangku disebelah lo yah"
"Siip bos! Laksanakan!" Rhea lalu bergegas pergi.
Kini tinggal Bulan yang berada di kantin.
"Duh, kalo entar ada OSIS yang ngeliat gue bisa gaswatt ini. Apa gue pergi sekarang aja ya? Eh tapi makanan gue 'kan sayang jadinya"
Setelah berdebat dengan batinnya, akhirnya Bulan memilih untuk meninggalkan makannya dan berjalan ke auditorium.
Saat dikoridor sekolah, tali sepatu Bulan terlepas dari simpulnya. Mungkin karena cara berjalannya yang ia percepat.
Karena tidak ingin terjadi hal-hal buruk, Bulan menghentikan langkah dan berjongkok untuk membuat simpul yang lebih kuat.
Baru ingin berdiri, tiba-tiba...
Bukk!!
"Aww!!" Suara 5 oktaf Bulan terdengar melengking di sepanjang koridor.
Deja vu.
Bulan mengelus tulang bokongnya yang terasa sangat nyeri akibat beberapa kali terjatuh.
"Kalo orang ini beneran 'si nyebelin', gue gak bakal ngampunin dia lagi. Masa bodoh deh sama misi itu"
Bulan menggerutu didalam hatinya.
Saat kepalanya mendongak keatas, Bulan dibuat terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya barusan.
Mulut Bulan dibuat menganga untuk kesekian kalinya.
Ternyata yang menabraknya bukan orang yang dia sangka sebelumnya. Orang ini adalah orang cowok yang selalu mengecap dirinya sebagi cowok keren. Bintang.
"Sorry sorry, gue gak sengaja. Lo gak pa-pa 'kan?" tanya Bintang memastikan. Ia lalu menyodorkan tangannya kepada Bulan.
"Gak pa-pa" Bulan lalu menerima sodoran tangan Bintang kemudian membersihkan roknya yang agak kotor.
"Maaf banget nih, gue beneran harus pergi sekarang. Gue lagi buru-buru soalnya"
Bintang lalu berlari pergi meninggalkan Bulan.
"Buru-buru amat. Sok sibuk. Tapi apa dia mau ke auditorium juga? aaah.. ngapain gue mikirin dia, yang ada makin telat nih"
Bulan lalu melanjutkan jalannya. Kali ia agak berlari kecil agar cepat sampai.
🌜☁🌠
Bulan telah berada di dalam auditorium. Ia duduk tepat disamping Rhea. Walaupun masih ngos-ngosan, setidaknya ia bersyukur karena tidak terlambat datang. Kalau sampai itu terjadi, bisa-bisa ia diberi hukuman oleh OSIS yang menurutnya sangat sangat dan sangat menyebalkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Träume
Teen FictionDimana ada 'Bulan', disitu ada 'Bintang'. Namun kali ini berbeda. Kalimat itu akan dipatahkan oleh sebuah fakta tentang kemunculan 'Awan'. Awan yang akan menutupi Bulan agar tak dekat dengan Bintang. Awan juga lah yang akan melindungi Bulan agar tak...