6 ▪Misi pendekatan▪

38 5 4
                                    

'kriiingg..'

Terdengar suara alarm dari kamar Bulan. Padahal sekarang masih pukul 06.30 dini hari.

Bulan mengedipkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya lampu yang berada tepat diatasnya. Ia lalu merenggangkan seluruh anggota tubuhnya.

Setelah selesai, Bulan pun berjalan menuruni tangga dan menuju ke arah dapur.

"Loh si Eneng udah bangun? Mau ngapain atuh?" tanya Mbo Mimas yang memang setiap hari bangun pagi buta seperti ini.

"Mau bikin sandwich Mbo. Mbo tau gak caranya?" ujar Bulan sambil melihat bahan makanan yang terdapat di dalam kulkas.

"Sawir teh naon neng? Baru denger Mbo" Mbo Mimas tampak bingung.

"Sandwich Mbo, bukan sawir. Itu loh, roti yang isinya sayuran, sosis, de-el-el. Mbo tau gak?" Bulan bertanya lagi.

"Ooo.. yang itu teh Mbo mah tau. Emang eneng mau makan itu yah? Yaudah Mbo bikinin" Mbo Mimas lalu mulai mengambil bahan yang diperlukan dan mulai membuat sandwich yang Bulan inginkan.

Bulan mengangguk mengiyakan. Ia lalu duduk di kursi meja makan dan memerhatikan Mbo Mimas.

20 menit berlalu. Sandwich Bulan sudah selesai dibuat.

"Mbo, ada tempat bekel gak?"

""Ada neng" Mbo Mimas lalu memberikan kontak bekal berwarna biru kepada Bulan. "Tumbenan mau bawa bekal neng"

Bulan hanya nyengir. Sebenarnya bekal ini akan ia berikan untuk Awan. Ia udah berjanji kepada Rhea dan dirinya sendiri untuk bersungguh-sungguh mendekati Awan.

Setelah selesai menyiapkan bekal, Bulan lalu mengambil sandwich yang lebih dan hendak menaruhnya di atas meja makan.

"Eh Bang Andras, mau sandwich gak?" tawar Bulan saat melihat Andras turun dari tangga.

Namun Andras mengabaikan pertanyaan Bulan dan memilih untuk ke kulkas dan mengambil roti serta selai.

Begitulah Andras. Ia tak pernah sedikitpun berbalik kearah Bulan maupun menggubrisnya.

Mungkin karena sudah terbiasa diabaikan, Bulan sudah tidak mau ambil hati melihat respon kakaknya itu.

"Yaudah Bang, Bulan kekamar dulu yah. Mau siap-siap ke sekolah" kata Bulan lalu berlari kecil menuju kamarnya.

Tepat pada pukul 07.00 Bulan telah siap dan rapih untuk berangkat ke sekolah.

"Mbo, Bulan berangkat ke sekolah! Bilangin ke Bang Andras yaa!" teriak Bulan sambil berjalan keluar rumah.

Bulan lalu menunggu angkutan umum yang lewat. Setelah beberapa menit, tidak ada satupun angkutan yang melewati rumahnya.

Dengan sangat terpaksa, Bulan berjalan ke pangkalan ojek yang terletak sekitar 10 meter dari kawasan rumahnya.

🌜☁🌠

"Tumbenan lo gak telat" tegur Rhea saat melihat Bulan berjalan memasuki kelas.

"Makasih sapaannya" balas bulan dengan tatapan tajamnya. Ia lalu duduk di samping Rhea.

Sedangkan Rhea hanya memberikan senyuman tak berdosanya.

"Tumbenan juga lo bawa bekal" kata Rhea saat melihat kotak bekal yang dibawa Bulan tadi.

"Bukan buat gue" jawab Bulan.

"Terus? Atau jangan-jangan buat gue ya? Kesambet apaan lo?" Baru hendak menarik kotak bekal itu, tangan Rhea sudah dicegat oleh Bulan.

"Yakali buat lo. Ini buat Kak Awan"

Mulut Rhea dibuat menganga seketika. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Bulan barusan.

"Gak usah nganga deh. Gue pergi dulu yah. Doain" Bulan lalu berdiri dari duduknya dan melangkah keluar kelas sambil memegang kotak bekal itu.

Rhea lagi-lagi melongo melihat tingkah sahabatnya itu. Tapi ada rasa bangga tersendiri dihatinya, ia senang melihat Bulan yang bersungguh-sungguh demi mewujudkan impiannya.

🌜☁🌠

"Ee.. Kak Awan-nya ada gak kak?" Bulan terbata-bata saat bertanya dengan kakak kelas yang diyakini adalah teman sekelas Awan.

"Ada. Tuh didalem" tunjuk orang itu lalu berjalan pergi.

Bulan lalu menengok kedalam kelas Awan.

"Duh, kok udah banyak orang sih. Perasaan anak kelas XII pada males semua"

Kemudian Bulan menarik nafasnya dalam-dalam. Dan mulai ia mantapkan langkahnya untuk masuk kedalam kelas itu.

Saat sudah berada didalam kelas Awan, suasana yang tadinya bising menjadi benar-benar hening dalam hitungan detik. Semua orang berbalik kearah Bulan.

Bulan yang ditatap hanya bisa memperlihatkan deretan gigi rapihnya, sambil sesekali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lo siapa?" Tanya seorang cowok yang duduk tepat disamping Awan.

"Gg-gue Bulan kak" jawab Bulan.

Cowok itu terlihat bangkit dari duduknya dan menghampiri Bulan.

"Kenalin nama gue Marco Stevan Richardo, lo bisa manggil gue Marco atau terserah lo, yang penting bukan Komar" ujar Marco memperkenalkan diri.

Bulan menghembuskan nafas lega.

"Hufft.. gue kira semuanya bakal pada kayak zombie, ternyata masih ada yang normal".

"Ee.. salam kenal kak. Btw gue boleh bicara sama Kak Awan gak?" Balas Bulan.

Marco tampak berpikir sejenak lalu membalikkan tubuhnya berjalan sambil memanggil Awan.

"Wan, ada yang nyariin tuh" .

"Siapa?" Tanya Awan.

"Bulan katanya" Marco menjawab.

Awan lalu berdiri dan menghampiri Bulan.

"Elo?" heran Awan.

"Hai kak, ketemu lagi kita. Nih buat lo" Bulan lalu menyerahkan kotak bekal yang ia pegang sedari tadi kepada Awan. "Tapi jangan dikasih orang lagi yah kak"

"Lo ngapain ngasih gue ginian lagi? Gak kapok?" Awan bertanya sekali lagi.

"Gak" balas Bulan.

Awan lagi-lagi dibuat heran oleh gadis dihadapannya itu. Karena tak ingin berlama-lama berbicara dengan Bulan, Awan lalu mengambil kotak bekal dan kembali masuk ke kelas.

"Eh kak!" Panggil Bulan.

Yang dipanggil hanya menghentikan langkah tanpa berbalik sedikit pun.

"Lo gak mau bilang makasih gitu?" Ucap Bulan memastikan.

Bulan yang tadinya sedikit berharap bahwa Awan akan melakukan apa yang diinginkannya langsung dibuat melotot tak percaya. Pasalnya Awan hanya melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti.

"Dasarrrr! Cowok nyebelinnnnnnn??!!!!"

▪Träume▪

Haii semwuaaa.. udah pada nungguin yaaa??? Pokoknya makasih banyak yah yang udah mau ngeluangin waktu buat baca cerita ini. Aku beneran minta maaf😅 kalo mungkin akhir-akhir ini nge-update-nya suka lama. Maklum aja yah, soalnya lagi persiapan mau UNBK😣

Makazeh😁 salam cantik author😋😋❤

TräumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang