Gadis itu masih bergumul di ranjangnya. Malas, dingin, dan takut, alasannya tidak beranjak dari kasur sedari tadi. Peristiwa yang terjadi semalam, masih terngiang dalam pikiran (f/n). Dan untung saja tidak ada yang mengganggu paginya ini.
Tok tok
Seseorang mengetuk...jendela kamarnya? Tapi (f/n) terlalu malas untuk meladeni ulah jahil seorang yang tidak dikenalnya itu. Tetapi, ketukan di jendela semakin kencang.
"(F-f/n), he-he-i-he-i, in-ku K-u." Terdengar suara tidak jelas dari luar sana. F/n masih acuh tak acuh. Membiarkan seseorang di luar sana berkoar memanggilnya dengan kedok lelah. Gadis itu malah menutup telinganya dengan bantal dan menarik kembali selimutnya.
"(F/-), a-u-as-k ya!"
"Tidak mungkin," gumam f/n masa bodoh dengan apa yang dikatakan orang aneh itu. Berniat memasuki dunia mimpi kembali.
Glek
"(F/N)!"
"WOI ASTAGFIRULLAH ANAK AYAM MATI SEPULUH PERGI SATU TINGGAL SEMBILAAANNN,"
(F/n) kaget, aneh pula latahnya. Memalukan. Membuat sosok manusia yang berada di ambang pintu terkekeh. Tunggu, di ambang pintu?!
"K-Kou?!"
✦―― vier ――✦
Laki-laki itu berdiri di ambang pintu. Meringis tidak bersalah, padahal dirinya sudah 'mendobrak' pintu kamar seorang gadis SMA.
"Heihei, itu panggilan sayang untukku? Waaa aku memang yang terhebat!" jeritnya.
"Eh?" (F/n) bingung. Ia melihat sekitarnya. Terlihat beberapa ranjang, dan kotak obat-obatan. Menyimpulkan bahwa dirinya sekarang sedang berada di UKS.
"Kenapa? Tadi sore, aku dan Kuroo membawamu ke sini karena tiba-tiba kamu pingsan. Dan, aku sudah selesai latihan dan makan, makanya aku ke sini untuk menjengukmu. Ah iya, dan aku membawakan makan malam!" oceh Bokuto. (F/n) hanya tersipu menanggapi penjelasan itu.
Bokuto menyerahkan kotak makan yang telah diisi makanan dari kafetaria dan langsung dilahap oleh (f/n).
"Arigatou, Bokuto-senpai," ucapnya setelah melahap habis semua makanannya.
Memincingkan kepala, Bokuto berkata, "Ayolah, aku suka saat kau memanggilku Kou seperti tadi."
(F/n) masih bergeming. Lega, setidaknya tidak ada pasukan elit yang menjadikannya target lagi.
"Mau jalan-jalan?"
(F/n) mengangguk menanggapi. Dirinya segera beranjak dari ranjang tempatnya duduk, mengambil kotak makan yang sudah habis isinya, dan mengejar Bokuto yang sudah berdiri di luar UKS.
✦―― vier ――✦
Dua sejoli berjalan beriringan, ditemani malam temaram. Suara yang terdengar hanyalah suara ribut dari anggota klub voli lain yang ikut dalam kamp pelatihan ini. Suara yang perlahan meredam karena (f/n) dan Bokuto berjalan menjauhi sumber suara.
"(F/n)-chan, kamu liat tadi aku nyepik?!" Bokuto mulai mengoceh.
"Nyepik? Nikung?"
Bokuto menggeleng cepat. "Bukaaaannnnnn!" Cemberut. (F/n) terkekeh pelan. Sekali-kali menggoda cogan, tidak apa-apa kan? Siapa tahu bisa dekat nantinya. Modus.
"Kau sangat hebat, Bokuto-senpai," puji (f/n). Sebenarnya, gadis itu teringat dengan sang pangeran Fukurodani. Masih bingung dengan diri dan pemuda yang berada di depannya ini sekarang.
"Ah, itu bukan apa-apa. Lagian, besok baru puncaknya," sergah Bokuto dengan tampang malu-malu.
"Ha? Puncak?"
Lapang pandang (f/n) menyempit. Dibarengi dengan sesak menghampiri dadanya. Tekanan udara yang ada di sekitarnya seakan menyusut. Membuat gadis itu menjadi merasa kecil.
✦―― vier ――✦
"Ha? Puncak?"
"Iya, aku mendapat kabar bahwa Kerajaan Karasuno, Shinzen, dan Ubugawa sedang menuju ke arah sini, kalian harus segera menyusun strategi," saran seorang pria dengan baju coklat yang lumayan lusuh. Kedua tangannya tidak disadari memegangi kedua pundak sang gadis dengan gemetar.
"Dan, Fukurodani juga, akan menyerang kerajaan ini, nanti malam," nada suara pemuda itu ikut bergetar.
"Bokuto-sama?" (F/n) bingung dengan apa yang dikatakan pemuda itu. "Apa maksudmu?"
"Maksudku, kamu harus pergi dari Nekoma, sembunyi, dan harus selamat. Dan aku lebih suka kau memanggilku Kou,"
Semburat merah muncul di wajah (f/n). Tetapi rasa takut tetap terpantri di batinnya. Bercampur bingung yang senantiasa menghantui.
(F/n) menghela napas panjang, "Baiklah, aku, sepertinya aku harus membicarakan ini dengan Tetsu-kun."
"Tetsu-kun? Maksudmu, Kuroo Tetsurou-sama pangeran Nekoma? Atau Kuroko Tetsuya dari benua seberang?"
Kesal, "Tentu saja Tetsurou, boge! Untung elu cogan, pangeran lagi!"
(F/n) membalikkan badan. Bermaksud beranjak kembali menuju kastil. Istirahat sebentar dan mulai menyusun strategi. Tetapi, dirinya merasakan tubuhnya ditahan oleh sang pangeran.
"Kau dan Kuroo-sama, em..." Bokuto berucap sambil menggaruk ujung bibirnya dengan satu jari. Pertanda malu dengan apa yang akan dia ucapkan.
"Kenapa?"
"Kau dan Kuroo-sama, apa ada hubungan khusus di antara kalian?" tanya Bokuto. Hatinya berdesir pelan, menanti jawaban dari gadis di depannya.
(F/n) terkekeh. Membuat Bokuto membelalakkan matanya. Semakin penasaran dengan jawaban sang gadis.
"Iya, em, kau tahu, Tetsu-kun sudah bertunangan dengan seseorang," Menyeringai, (f/n) menyingkirkan tangan kekar Bokuto. "Dah, sampai jumpa lagi!"
(F/n) mengucapkan salam perpisahan sambil berlari menjauh. Dalam hati berdoa agar tidak terjadi hal yang tidak mengenakkan pada sang pangeran. Begitu pula Bokuto, berdiri diam, berdoa agar sang gadis tidak terluka.
✦―― vier; end ――✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale: Volkrich | Bokuto Koutaro [✓]
Fanfiction【bokuto koutaro x reader; himawari project: tale collaboration by @writerlatter】 [Name] hanyalah seorang manajer klub voli Nekoma, dan merupakan teman kecil dari Kuroo dan Kenma. Tapi, bagaimana jika dia juga seorang ahli strategi ulung yang jatuh c...