Jangkrik mengerik. Menemani eksistensi beberapa manusia yang berkerumun di meja bundar. Kertas bergambar tergeletak diam di antara kerumunan manusia tersebut, seakan pasrah akan diperlakukan seperti apa oleh sang empunya. Seorang gadis yang berada di kerumunan pria berdehem. Meminta atensi seluruhnya pada diri.
"Silakan mulai, (f/n)," ujar Jenderal Kenma. Seluruh manusia dalam ruangan bergeming. Membiarkan si minoritas berucap.
"Jadi, kita akan menyusup ke dalam istana terlebih dahulu. Aku telah memetakan beberapa jalan yang bisa kita gunakan untuk ke sana tanpa mudah diketahui oleh musuh. Walaupun begitu, peluang untuk terdeteksi tetaplah ada, walaupun tidak sampai empat puluh persen-"
✦―― drei; timeskip ――✦
"Setelah membunuh Bokuto, kita menang. Begitu kan, Tetsu?" jelas f/n. Panggilan 'Tetsu' kembali diberikan kepada Kuroo agar tidak mendapat seringai menyebalkan darinya. Benar kan? Sudah cukup tadi siang mengelus roti sobek. Bisa mati anemia dirinya bila ditambah seringai dari Kuroo.
"Ya, benar," jawab Kuroo mengangguk.
"Mengerti?" Layaknya seorang guru, (f/n) menanyakan tingkat kepahaman pendengar. Memastikan setiap insan tidak salah langkah saat terjun ke realita pertempuran.
"Mengerti!" Prajurit lain menjawab dengan mantap.
"Ekhem." Seseorang berdehem keras, meminta perhatian. Tidak begitu lama, seluruh mata telah tertuju pada orang tersebut.
"Tugas utama kita hanyalah membunuh pangeran Fukurodani, dan kontan kita akan memenangkan perang ini," mulainya.
"Jadi, gunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Siapapun yang berhasil membunuhnya akan mendapat hadiah dari kerajaan," lanjutnya, menunjukkan seringai kebesarannya.
"Dan yang terakhir, sesuai perjanjian raja-raja terdahulu, tiap pangeran harus ikut berperang. Kita tidak boleh menentang perjanjian itu, tapi tenang saja, aku akan tetap hidup, demi kerajaan Nekoma!"
Kalimatnya diakhiri oleh sorakan yang tidak cukup kencang dari para prajurit. Pangeran Kuroo menyeringai kembali. Sangat percaya diri atas kemenangannya malam ini.
"Ehem, jadi, kita akan memulai misi kita tepat pukul sebelas malam. Dua jam lagi, kita manfaatkan untuk mempersiapkan segalanya, baik mental, fisik, dan strategi kita," ucap (f/n) yang disahut dengan teriakan patuh dari seluruh manusia dalam ruangan.
"Kita akan menang," gumam Pangeran Kuroo yakin.
"Ya," sahut Jenderal Kenma dan (f/n) hampir bersamaan.
✦―― drei ――✦
Tiga bayangan berjingkat, nyaris tidak mengeluarkan suara. Berusaha menyusup ke dalam kastil. Prajurit pimpinan Kapten Taketora mengalihkan perhatian dengan adu pedang, pasukan panah pimpinan Kolonel Yaku juga ikut memporak-porandakan suasana. Mempermudah usaha tiga manusia-Kuroo, Kenma, dan (f/n)-untuk mengincar target mereka, Pangeran Bokuto.
Mereka melihat lubang yang lumayan kecil tetapi tidak terlalu kecil. Cukup untuk mereka menyusup ke dalam bangunan istana.
"Tetsu, Kenma, sinii," panggil (f/n) yang terlebih dahulu masuk ke dalam istana.
Tidak diduga, beberapa prajurit Fukurodani mengejar mereka berdua. Kuroo dan Kenma mengisyaratkan gadis itu untuk tetap di dalam. "Kami akan menjemputmu," lirih Kuroo. Kenma mengiyakan dengan bahasa tubuh.
Jadi, di sinilah dirinya sekarang. Di dalam istana, mencari persembunyian yang aman. Yang dia bisa hanya menelusuri bagian dalam istana dengan sembunyi-sembunyi. Menyusuri lorong yang membingungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale: Volkrich | Bokuto Koutaro [✓]
Fanfic【bokuto koutaro x reader; himawari project: tale collaboration by @writerlatter】 [Name] hanyalah seorang manajer klub voli Nekoma, dan merupakan teman kecil dari Kuroo dan Kenma. Tapi, bagaimana jika dia juga seorang ahli strategi ulung yang jatuh c...