Lima

7 0 0
                                    

Aku terbangun pagi-pagi sekali dan berada di teras rumah. Aku baru saja tiba di rumah kemarin dan ingin menikmati suasana rumah.  Matahari yang masih belum terbit. Udara yang sangat sejuk. Suara ayam berkokok di pagi hari. Suara nyanyian burung milik tetangga yang terdengar merdu. Aku memandang langit yang begitu indah hingga tanpa menyadarinya berubah menjadi cerah. Perlahan-lahan kota kecil ini begitu jelas dan indah dengan paparan sinar matahari yang menyinari. Aku baru saja menyadari begitu indahnya kota ini di pagi hari. Begitu sejuk dan menenangkan hati. Namun, mungkin keindahan ini tidak akan aku nikmati lagi. Keindahan ini akan pudar begitu aku tidak di sini lagi. Aku seketika memikirkan tentang hilang dari bumi ini. Betapa tenangnya kehidupanku jika terjadi. Tidak ada yang perlu dipikirkan lagi tentang lelaki yang jika aku ingat akan menyakitkan hatiku. Tidak ada yang perlu aku pikirkan lagi tentang teman yang jika aku sadari bahwa mereka tidak membutuhkan aku sebagai teman mereka. Tidak ada lagi alasan lagi membuat kedua orang tuaku marah. Dunia ini akan tenang tanpaku. Dunia ini akan lebih baik lagi tanpaku. Dan akan ada yang menggantikan aku hidup di dunia ini yang jauh lebih berarti daripada aku. Dan hidupku pula akan menjadi tenang dan damai di sana tanpa memikirkan sakit hati.

"Tumben udah bangun." Tiba-tiba suara perempuan mengagetkanku dari belakang. 

Aku cepat-cepat berbalik arah. "Mama?" kataku dengan nada sekidikit heran. "Ngga siap-siap?"

"Siap-siap kemana?" mama ganti bertanya padaku.

"Kerja lah. Biasanya juga pagi-pagi banget udah siap."

"Lupa ya? Ini kan minggu."

Aku sedikit tertawa sambil menunjukkan gigiku. "Oh iya."

"Dingin ya pagi-pagi. Apalagi kalau di sini."

Aku mengangguk. "He.em. Kok aku baru sadar ya, di sini juga bagus."

"Makanya jangan di kamar mulu," kata mama sambul mengelus rambutku. Kami terdiam sejenak sama-sama memandang matahari terbit. "Mau kopi ngga?" mama menawariku.

"Boleh, pakai susu ya."

"Oke, seperti biasa kan?" tanya mama yang sekaan sudah hafal. Aku hanya menangguk terseyum ke arah mama.

___ __ ___

73 hari setelah tidak bersamamu

Mudah rasanya bagi orang lain setelah putus dari cintanya mendapatkan penggantinya. Meskipun penggantinya hanya sebatas teman chat. Namun, bagiku butuh berbulan-bulan untuk memulihkan keadaan seperti semula, bahkan bertahun. Tidak mudah menyembuhkan luka yang dalam. Luka yang timbul karena perbuatanmu yang tidak seharusnya membuatku terus memikirkan apa salahku sebenarnya. Apa aku harus menderita seperti ini selamanya? Tidak hanya luka yang telah kamu lakukan padaku, namun luka yang kudapatkan juga dari beberapa teman dan wanita pujaanmu.  

Entah mengapa aku ingin mengecek facebook ssekarang. Dan sakit hati ini tumbuh lagi ketika wanita ini mengirimi aku pesan. Ejekanmu yang menyakitkan aku sempat menusuk dadaku. Caramu menyampaikan pesan terlihat bahwa kamu sedang ingin membuatku marah dan hanya menghancurkan hidupku. Aku tahu seharusnya aku tidak meneruskan untuk membalas pesanmu. Namun, hatiku berkata lain. Aku membalasnya seperti orang bodoh. Kamu terlihat sangat senang dengan ini. Terlihat bangga memamerkan bahwa Zein sekarang menjadi milikmu seutuhnya dan aku hanya terpuruk dalam kesedihan yang berlarut-larut.

Apa yang aku lakukan ini benar? Salahkah aku jika terus melanjutkan obrolanku dengannya?

"We are happy now. More happy. He always seems happy to be with me," katanya.

Berkali-kali aku mengetik lalu menghapusnya lagi. Mengetik dan menghapusnya lagi. Hingga pada akhirnya aku menuliskan, "Do whatever you want!" Memang itu jawaban terlalu bodoh. Ini hanya akan menunjukkan bahwa aku lemah.

"Of course. He seems forgot about you," katanya yang semakin membuatku memanas. "Sweetie, he never loved you."

Entah aku harus percaya siapa sekarang. Aku tidak dapat mempercayai kata-katanya. Bahkan aku sekarang tidak dapat percaya bahwa Zein dulu bertkata jujur padaku. Aku tidak dapat mempercayai semua perkataan orang lagi. Saat ini kau bahkan tidak dapat membedakan mana yang berkata jujur dan mana yang tidak. Rasa kepercayaanku ini telah hancur. Dan kamu yang menghancurkannya.

Kepercayaan itu seperti kaca. Saat pecah tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi.

Mengapa Aku?Where stories live. Discover now