Jisoo menendang anak di depannya.
Bocah berusia tujuh tahun itu mulai memukuli beberapa anak yang hendak melukai seorang bocah laki-laki yang berlindung di belakang Jisoo. Jisoo tahu, dia memang harus bersikap seperti biasanya. Namun, baru kali ini ia bisa seganas ini pada anak-anak nakal yang hanya bisa mengganggu anak yang lemah. Ia tidak suka, jujur saja.
Jisoo bisa tersenyum puas ketika dia berhasil membuat anak-anak nakal itu pergi dari tempatnya. Sesekali tatapan tajam ia layangkan hanya untuk membuat anak-anak tadi segera pergi dan menyesali perbuatan yang sudah mereka lakukan. Perbuatan yang membuat Jisoo benar-benar murka.
Ya, mereka dengan berani membuat orang yang paling berarti bagi Jisoo menitikkan air matanya. Membuat orang yang paling Jisoo sayangi terluka di bagian fisik dan hatinya. Dengan berani juga membuat orang yang Jisoo sukai merasakan tekanan di dalam dirinya. Dan Jisoo sama sekali tidak terima dengan apa yang sudah mereka lakukan pada Lee Seokmin.
Ya, Lee Seokmin.
Bocah laki-laki berumur lima tahun yang berhasil menarik perhatian laki-laki manis keturunan Amerika itu. Tetangga sekaligus teman sepermainannya ini membuat Jisoo tergerak untuk melindungi si bocah bangir. Mengingat Seokmin sudah banyak membantunya dan Jisoo hanya ingin membalas budinya. Ah, tidak. Ini bukan perasaan dalam membalas budi. Jisoo hanya ingin melindungi orang yang disayanginya.
Jisoo segera menghampiri Seokmin begitu sekawanan anak nakal itu sudah pergi dengan luka yang Jisoo berikan di fisik mereka. Jisoo meraih sapu tangan di sakunya dan mulai menyeka bulir-bulir keringat yang keluar dari dahi si bocah bangir. Seokmin yang meringkuk ketakutan membuat Jisoo sangat khawatir dan langsung mengacak surai milik Seokmin dengan lembut.
"H-hyung.."
"Sstt, aku disini. Kau tidak perlu khawatir, Seokmin."
Hanya senyum yang bisa Jisoo berikan ketika bocah bangir itu mulai memeluk erat tubuhnya. Seokmin tenggelam di dalam pelukannya begitu Jisoo membalas pelukan itu dengan erat. Tubuh Seokmin yang lebih kecil membuat Jisoo sangat gemas saat memeluknya. Bibir kucingnya kembali menenangkan hati adik kecilnya itu.
"Hyung akan selalu bersama Seokmin. Kau tidak perlu khawatir, ya!"
-Period-
"Ah, mereka mengejek hanya gara-gara Seokmin tidak punya ibu?" Jisoo melipat tangannya di depan dada sambil memiringkan sedikit kepalanya. "Apa itu suatu hal yang begitu memalukan?"
Seokmin menggeleng. Dia mulai menghentikan pergerakan ayunan yang ia naiki. Ya, berbincang sebentar dengan Jisoo sambil bermain ayunan mungkin akan sedikit mengobati luka di hatinya. Mengingat memang sekarang adalah waktu untuk mereka bermain saat sore hari.
Sore hari yang lumayan cerah untuk bermain. Mereka selalu menghabiskan waktu sore dengan bermain. Entah itu di rumah Jisoo ataupun keluar bersama ke taman di dekat rumah mereka.
"Aku tidak tahu, hyung. Aku tidak melakukan apapun." Lengkungan bibir bisa tercetak disana. Seokmin cemberut dan dia hanya menunduk lirih. "Mereka selalu mengejek kalau Seokmin tidak punya ibu. Katanya Seokmin tidak istimewa."
Jisoo khawatir, tentu saja. Mereka memang masih belia. Namun, rasa kepedulian sudah mereka berikan untuk masing-masing. Seokmin dengan semua ucapan konyolnya dan Jisoo dengan sikap dewasanya. Usia yang hanya terpaut dua tahun pun tidak memungkinkan mereka akan semakin dekat. Bocah tujuh tahun itu langsung mengelus puncak kepala Seokmin.
"Seokmin itu istimewa, kok. Seokmin sangat lucu. Aku suka Seokmin." Jisoo masih memainkan rambut bocah lima tahun di depannya. "Mereka tidak tahu, kan, bagaimana istimewanya seorang Lee Seokmin? Huh, mereka benar-benar menyebalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Period | Seoksoo [✔]
Fanfiction[re-pub] Hadiah-hadiah yang Jisoo siapkan untuk Seokmin di setiap hari ulang tahunnya dari tahun ke tahun. Happy Seokmin Day - 18022018