.
.
.
.
“Haechan! Ayo cepat! Atau Jeno akan segera berangkat!”
Jaemin kini protes tak suka saat melihat Haechan yang kini tengah memakan sarapannya, sambil menatap datar kearah Jaemin, membuat Jaemin rasanya ingin sekali memukul kepala Haechan yang sekarang tengah menatap kearah Jaemin bodoh.
“kenapa kasar begitu!”
Jaemin tersenyum tanpa dosa kearah ibunya, lalu dirinya ikut mendudukan dirinya lagi di meja makan, tepat di hadapan Haechan, lalu membelototi Haechan, secara tak langsung menyuruh Haechan untuk cepat menghabiskan sarapannya, karena Jaemin sudah selesai sarapan.
“Mom! Lihat dia, makannya lambat! Seperti siput!”
“Jaemin!”
“iya iya, aku minta maaf!”
Tak lama, akhirnya Haechan selesai, Jaemin dengan semangat kini menarik Haechan cepat untuk pergi dari rumah dan cepat menggunakan sepatu, dirinya tak ingin tertinggal oleh Jeno, selesai menggunakan sepatu keduanya kini cepat pergi ke sekolah, namun langkah Jaemin tertahan saat melihat tetangganya yang bernama Jeno itu juga baru keluar dari rumahnya.
“kau bilang dia sudah berangkat!”
“jika aku tak bilang seperti itu, kau takan bangun!”
Jaemin kini mendengus, lalu menyembunyikan badannya di belakang Haechan , bukan apa, dirinya hanya malu untuk bertemu dengan orang yang dia suka itu, Haechan hanya terkekeh kecil saat merasakan Jaemin yang kini malah bersembunyi di belakangnya, Haechan merasa seperti ibu kucing sekarang.
“hai Jeno!”
Haechan kini malah melambaikan tangannya dan memanggil Jeno, membuat Jeno yang baru saja keluar dari gerbang rumahnya tersenyum kecil ke arah mereka, Jaemin kini mencubit keras pinggang Haechan, membuat Haechan protes dengan apa yang dilakukan oleh Jaemin.
“apa yang kau lakukan bodoh!”
“tentu menyapanya!”
Jaemin kini menepuk-nepuk pundak Haechan gemas saat melihat Jeno berjalan kearah mereka berdua, dirinya juga kini semakin mencengkram Haechan kuat membuat Haechan kini memukul pelan lengan Jaemin.
“ingin berngkat bersama? Aku juga berjalan kaki ke halte”
“tentu” bukan Haechan yang menjawab, melainkan Jaemin, hal itu tentu membuat Haechan terkekeh, sedang Jaemin kini memukul pelan mulutnya sendiri, sedang Jeno hanya tersenyum gemas dengan tingkah pemuda manis yang bersembunyi di belakang Haechan ini, Jaemin semakin menyembunyikan tubuhnya sekarang.
***
Selama di perjalanan menuju halte, Jeno terus mengobrol dengan Haechan, sedang Jaemin hanya memperhatikan keduanya, well, lebih tepatnya memperhatikan Jeno yang menurutnya selalu terlihat tampan, saat mata keduanya bertemu Jaemin segera mengalihkan pandangannya, dengan rona merah yang keluar dari kedua pipinya.
“jadi kau tetanggaku! Tapi aku tak pernah melihatmu”
“eh! Kau bertanya padaku?”
Jaemin kini menunjuk dirinya sendiri, membuat Haechan gemas sendiri melihat tingkah sahabatnya ini, seharusnya dia tahu Jeno bertanya padanya, pandangan mata Jeno bahkan menatap kearah mata Jaemin,
Jaemin masih tetap diam, dan kini malah menundukan kepalanya entah karena apa, Jeno yang melihat itu merasa khawatir dengan sikap orang yang baru ia lihat itu,
“ah! Jaemin memang jarang keluar rumah”
Haechan kini merangkul Jaemin, berusaha menenangkan sahabatnya itu, yang entah mengapa bersikap aneh sekarang, Haechan berusaha menunjukan senyum bersahabatnya pada Jeno, berharap Jeno akan tetap bersikap biasa, dan tak risih dengan apa yang sudah dirinya dan Jaemin lakukan.“begitukah? Baiklah, mungkin kapan-kapan kita bisa bermain bersama Jaemin—ah!”
***
“kau ini bagaimana! Kau bilang suka padanya!”
“tapi aku tak pernah sedekat ini dengannya!”
Haechan dan Jaemin kini sedang berjalan menuju kelas mereka, kelas keduanya memang berbeda dengan Jeno, dan Jaemin benar-benar merasa bisa bernafas lega dan juga sedikit kecewa saat harus berpisah dengan Jeno, lega karena dirinya tak harus gugup lagi, dan kecewa karena dirinya tak bisa melihat wajah tampan itu.
“lalu kau belum pernah sekalipun berbicara atau menyapanya?” Jaemin menggeleng saat mendengar pertanyaan Haechan “lalu! Bagaimana kau mendekatinya!”
“aku memang suka padanya, terkadang rasanya sakit saat melihatnya bersama orang lain, aku hanya takut jika dia jatuh cinta padaku, dan aku akan menyakitinya!” ucap Jaemin dengan nada bicara terlampau polos.
“tingkat percaya dirimu terlalu tinggi Na Jaemin! Diam di dekatnya saja kau sudah berubah jadi patung!”
Jaemin hanya terkekeh menanggapi apa yang di ucapkan Haechan, lalu dengan cepat menarik Haechan masuk ke kelas sebelum guru masuk, karena rupanya bell sudah berbunyi disaat mereka mengobrol.
***
Bell istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, membuat Haechan dan Jaemin kini dengan cepat berlari ke kantin, atau mereka tak akan mendapat tempat duduk nanti, karena sekarang mereka berlari, terkadang Jaemin akan protes saat melihat Gaechan tertinggal jauh.
Namun, dirinya kini lebih memilih terus berlari, ketimbang menunggu Haechan, hingga dirinya sampai lebih dulu di kantin, namun Jaemin sama sekali tak menemukan kursi kosong, membuat Jaemin kini mendengus kesal, dalam hati ia sudah bertekad akan menyalahkan Haechan karena berlari lambat.
Hingga ia merasa ada seseorang yang memegang lengannya, tentu tak usah di tanya, Jaemin sudah tahu siapa yang memegang lenganya itu.
“KENAP—Jeno?”
Baru saja dirinya hendak protes pada orang yang ia kira Haechan ini, namun dirinya langsung berhenti saat melihat ternyata yang memegang lenganya ini adalah Jeno, Jaemin terseyum canggung, dan berusaha melepaskan genggaman tangan Jeno.
“kenapa? Kau mencari tempat duduk? Ayo bergabung dengan kami”
“eh! Tidak! Aku—“
“iya, kita kehabisan tempat untuk duduk!” Haechan kini sudah ada di hadapan Jeno dan Jaemin kesal bukan main, apa Haechan tak bisa merasakan bahwa dirinya sedaritadi terus berdebar, dan kini malah meng—iyakan ajakan Jeno, Jaemin rasanya ingin pulang saja sekarang.
Lengan Jaemin kini ditarik paksa oleh Jeno, sedang Haechan yang mengikuti di belakangnya hanya terkekeh geli melihat sahabatnya ini, yang tampak begitu canggung.
Pada akhirnya Haechan dan Jaemin benar bergabung dengan teman-teman Jeno, jujur saja, itu membuat Jaemin benar-benar canggung dibuatnya, Jeno yang gemas kini sengaja pindah posisi dengan Haechan, sambil menunggu seseorang bernama Mark yang kini tengah memesan makanan mereka.
“jadi, bolehkah aku mengenalmu? Kenapa kau seperti takut padaku?”
Tbc..........
Yo guys, disini aku bikin karakter Jaemin yang blak-blakan di belakang tapi langsung down kalo di depan orangnya 😂😂
<3 from author ciang
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Love • nomin (✔)
Short Story(n). Haechan kini berusaha menarik Jaemin turun dari kasur, namun anak bernama Jaemin itu malah menenggelamkan seluruh badannya ke dalam selimut, melihat itu, Haechan tentu menarik secara paksa selimut yang di pakai oleh Jaemin, membuat Haechan mend...