.
.
.
.
“Jaemin sayang! Cepat bangun nak, temanmu sudah menunggu!”
“iya sebentar”
Jaemin kini mengambil tasnya, dan bersiap untuk menyusul Haechan di bawah, dirinya juga kini mengambil novel tebal yang ia pinjam dari perpustakaan, berniat untuk mengembalikan buku itu sekarang, karena dirinya sudah tak mood untuk membaca buku novel setebal 832 halaman itu.
“ayo Haec—“
“hai Jaemin!”
Bukan apa, Jaemin kini benar-benar terkejut saat melihat bukanlah Haechan yang kini menunggu dirinya, melainkan Jeno, tetangganya, orang yang ia suka, dengan bingung Jaemin kini menggaruk pipi—nya yang tak gatal itu, untuk menghilangkan rasa canggung.
“kenapa dengan kalian berdua?”
Ibu Jaemin kini angkat bicara melihat tingkah aneh Jaemin, padahal sedari tadi Jeno sudah memperhatikan Jaemin “tak ada, hanya saja aku kira tadi Haechan yang kemari”
“yasudah, cepat berangkat, atau kalian akan tertinggal bus pertama”
Dengan segera Jaemin kini berpamitan dengan ibunya, begitu juga dengan Jeno, sungguh ini adalah suasana paling canggung yang pernah dirasakan oleh Jaemin, bahkan lebih canggung dari pada kemarin saat ada Haechan.
“jadi apa kita pernah saling kenal sebelumnya?”
Jeno kini mulai berbicara berusaha menyingkirkan keheningan yang ada, dirinya kini melirik kearah Jaemin yang tampaknya masih ragu untuk menjawab apa yang Jeno tanyakan “tak apa, jawab saja, tak usah ragu, ku dengar kau orang yang cakap di kelas, kenapa harus gugup saat berhadapan dengaku?”
“eh! Tidak, aku tak gugup, kurasa tidak, hehe”
Jaemin mengakhiri kalimatnya dengan tertawa hambar, membuat Jeno terkekeh kecil melihat tingkah Jaemin yang menurutnya sangat manis, dirinya dan Jaemin terus berbicara sepanjang jalan menuju halte, memuat rasa gugup Jaemin kini enghilang entah kemana.
***
“woah! Pasangan barukah?”
Haechan kini berbicara lumayan keras saat melihat Jeno dan Jaemin yang berjalan beriringan menuju kelas, lebih tepatnya, Jeno tampaknya mengantar Jaemin ke kelas, karena seharusnya Jeno belok di belokan yang sebelumnya.
“diam kau!” Jaemin kini menyikut Haechan lumayan keras, membuat Haechan mengaduh kesakitan
“ah iya, Haechan—ah!“ merasa namanya di panggil Haechan berhenti mengaduh kesakitan, lalu mengalihkan matanya pada Jeno, karena Jeno menyebut namanya, begitu juga dengan Jaemin yang penasaran “Mark bilang ia ingin minta nomormu”
Haechan? Jangan ditanya, ia kini segera berlari ke arah meja milikya, menuliskan nomor miliknya dalam kertas memo yang selalu ia bawa kemana-kemana, lalu dengan cepat kembali ke hadapan Jeno, memberikan kertas itu cepat, sambil memberikan senyum lebarnya, yang membuat Jaemin sangat ingin rasanya menendang Haechan menjauh dari Jeno.
“aku akan sangat senang bisa berkirim pesan dengannya!”
“baiklah, terimakasih! Jaemin—ah, ayo kita pulang bersama nanti”
Merasa namanya di sebut, Jaemin kini mengalihkan pandangan matanya yang awalnya menatap Haechan jadi menatap mata Jeno, lalu mengangguk cepat, membuat Jeno gemas dan dengan cepat mengusak gemas rambut Jaemin, membuat Haechan yang ada di pinggirnya kini mendelik.
“aku juga ingin seperti itu!”
***
Seperti yang di janjikan Jeno, mereka kini pulang bersama, tapi keduanya kini lebih memilih untuk menghabiskan waktu terlebih dahulu ke game center, menghabiskan waktu keduanya disana, Jaemin tampaknya tak lelah sama sekali, begitu pula dengan Jeno.
Hingga mereka merasa kelelahan dan kini keduanya memilih untuk dia di salah satu café yang ada di dalam mall, untuk mengisi perut mereka terlebih dahulu.
“kau sangat suka ice cream?”
“hm, aku sangat suka! Manis”
“ya, seperti kau”
Jaemin menghentikan acara makan ice cream miliknya dan kini menatap kearah Jeno gugup, membuat Jeno melepaskan tawanya, jujur saja Jaemin sangat suka melihat Jeno tertawa lepas seperti itu, karena baginya itu sangat tampan.
“kau akan jatuh cinta padaku!”
“sudah! Eh, tidak tidak, maafkan aku!”
Jeno kembali tertawa lepas saat mendengar apa yang diucapkan oleh Jaemin, sebenarnya Jeno bukan orang bodoh yang tak sadar dengan tingkah Jaemin, bukannya Jeno terlalu percaya diri, namun, Jeno juga sudah bisa menebak, jika pemuda manis yang ada di hadapannya ini jelas menyukainya, dan Jeno tahu itu.
“baiklah! Kau tak jatuh cinta padaku! Tapi aku akan membuatmu jatuh cinta padaku!” Jeno kini berucap.
***
“boleh aku main kerumahmu?”
“apa!”
“boleh aku main ke rumahmu?”
Jaemin dan Jeno kini tengah berjalan untuk pulang, sekarang sudah cukup malam, sekitar jam tujuh malam, yang benar saja Jeno ingin main kerumahnya, sebenarnya, bukan itu yang menjadi masalah,yang menjadi masalah bagi Jaemin adalah, kamarnya yang di penuhi oleh photo Jeno, bisa gawat jika Jeno bermain ke rumahnya.
“sekarang sudah malam, mungkin lain kali”
Jaemin tersenyum canggung, berharap Jeno mengiayakan apa yang ia ucapkan itu, tanganya kini memainkan ujung bajunya, karena gugup “hei, perhatikan jalan, bagaimana jika kau jatuh?”
“eh?”
“sudahlah jangan terlalu di pikirkan, cepatlah masuk ke rumah, kapan-kapan saja aku ke rumahmu lagi”
Jeno kini berucap pada Jaemin, di jawab anggukan oleh Jaemin, sambil tangannya kini melambai kearah Jeno, dan sedikit berteriak mengucapkan sampai jumpa besok, namun dirinya terkaget saat melihat Jeno kembali berbalik kearahnya,Cup!
Jeno mengecup singkat bibir manis yang sepertinya akan menjadi candunya sekarang, membuat mata Jaemin membulat kaget, Jeno yang melihta itu hanya mengusak gemas helaian rambut Jaemin, mengabaikan Jaemin yang kini masih terdiam seperti patung, lalu terkekeh kecil.
“sebaiknya kau cepat masuk, disini dingin”
Tbc............
Yo guys! Betapa bahagianya aku lihat ini, ga bisa berhenti ngulang :'')))))
<3 from author ciang
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Love • nomin (✔)
Short Story(n). Haechan kini berusaha menarik Jaemin turun dari kasur, namun anak bernama Jaemin itu malah menenggelamkan seluruh badannya ke dalam selimut, melihat itu, Haechan tentu menarik secara paksa selimut yang di pakai oleh Jaemin, membuat Haechan mend...