Hari ini kebetulan jam terakhir, jam kosong, gurunya tidak dapat hadir karena sakit.
Aku dan Ica seperti biasa duduk di tempat favorit kami.
Dipinggir lapangan tempat yang biasanya digunakan anak- anak saat pelajaran penjaskes, tepatnya didieket ruang guru piket.
Entah kenapa tiap kami duduk ditempat itu guru gak pernah memarahi kami, kami selalu ada saja alasan saat ditegur guru, yang panas lah dikelas, yang laperlah, yang ini lah, itu lah, respon guru terhadap ulah kami hanya geleng-geleng aja, mungkin mereka juga memaklumi kami memang sudah kelas 3 jadi lagi masa- masanya ingin nikmatin suasana di sekolahan ini.
Aku merasa cocok dengan Ica.
Ica orangnya cantik, lucu, bisa buat suasana hidup, dia selalu saja buat aku tertawa.
Banyak kakak kelas yang suka sama dia.
Tapi Ica sudah punya pacar, namanya Bastian, Bastian gak satu sekolah sama kami.
Baru kali ini dia bisa sesayang ini sama seseorang, aku seneng ngeliat dia yang sekarang.
Meskipun iya punya masalah dengan Bastian tapi dia selalu saja mau dengerin aku cerita.
Cara mereka pacaran juga pun lucu.
Pernah waktu itu Ica cerita ke aku, kalau dulu pernah di bonceng Bastian buat nganterin ke tempat Siska teman satu praktek lapangan dia, kebetulan aku waktu itu gak satu tempat praktek lapangan sama Ica, Siska juga temen dekat kami.
Pas Ica minta anterin Bastian buat kerumahnya Siska, padahal jarak rumah Ica dan Siska cukup dekat.
Bastian yang rumahnya lumayan jauh dari rumah Ica bela-belain pagi pagi sekali buat nganterin Ica ketempat Siska, Bastian gak tahu kalau jarak rumah Ica dan Siska cukup dekat, mangkanya Bastian sengaja berangkat pagi karna takut Ica telat berangkatnya.
Bastian bersikap seperti itu karena itu pertama kalinya Bastian nganterin Ica maka dari itu Bastian mungkin enggak mau Ica menunggu lama.
Bastian dan Ica sama- sama masih pemalu, kalau Bastian gak ngomong ya Ica gak bakalan ngomong.
Waktu itu, Ica gak ngasih tahu arah rumah Siska dimana.
Dia cuma ngasih tahu daerahnya aja. Jadi Bastian nganterin ke tempat yang dibilang Ica. Pas sudah sampai di daerah yang Ica maksud Ica terus aja diam tanpa ngasih tahu arah nya kemana.
"Ca ini masih lurus aja kan?" Akhirnya Bastian mulai pembicaraan karena sedari tadi mereka hanya diam-diam diam aja.
"Aturan mengkol kanan tadi disana" jawab Ica dalam hatinya ingin ketawa karena pasti Bastian heran sama dia kenapa baru ngomong coba kenapa gak tadi pas lewat langsung ngomong aja mengkol kanan gitu.
Dah hasilnya bener Bastian nanya "kenapa gak dari tadi bilanggggggg"
Ica hanya diem aja. Padahal aslinya Ica mau ketawa keras.
Hahahaha.Sewaktu Ica cerita tentang itu aku tertawa. Aku heran sama tingkah dia yang susah ditebak.
Aku melihat Ica dan Bastian jauh beda dengan aku dan Fahmi.
Fahmi sekarang cenderung emosian, bahkan kata- kata kasar tak jarang ia lontarkan untukku, jauh beda dengan Fahmi yang aku kenal dulu.
Dulu Fahmi orang yang lembut, murah senyum, selalu menghargai aku seperti layaknya seorang wanita lain.
Entah apa yang membuatnya berubah, mungkin ini salahku, semua salahku.
Setiap kata-kata kasar yang keluar dari mulut Fahmi memang sebelumnya selalu aku maafkan, sampai aku tiba di titik aku capek nahan semuanya.
Dimatanya aku selalu salah, aku yang salah.
Dia selalu membela dirinya dan terlihat aku yang salah, dan aku selalu saja yang merasa bersalah.
Kami memang mempunyai pandangan sisi yang berbeda, mungkin itu yang buat aku kami makin tidak cocok.
Tapi memang tidak semua tentang Fahmi buruk, Fahmi juga punya sisi yang baik, keluarganya pun baik sama aku, aku merasa seperti anak sendiri kalau sedang bersama orang tuanya.
Aku masih bisa melihat sisi baik dari dirinya
Tapi Fahmi selalu melihat sisi burukku.
Entahlah.
Ia selalu ngungkit kebaikannya untukku.
Tapi tak pernah ingat apa yang aku perbuat untuknya.
Dia bilang kalau gak pernah berjuang.
Padahal kalau kami gak sama- sama berjuang apa ya mungkin bakal bertahan lama hubungan kami?
Kami tak dalam hitungan bulan apa lagi hari. Kami sudah sampai 2 tahun.
Yahhhhh, aku memang terlahir dari keluarga yang berada, tapi itu dahulu, sebelum Bapak di PHK dari kantornya.
Semenjak itu kami hidup pas-pasan, bahkan saat kami hidup pas-pasan mungkin bisa dikatakan tak jarang banyak yang menghujat keluarga kami.
Tapi kami menjalaninya dengan sabar.
Karena kami selalu yakin bahwa kami punya Allah yang bakal jaga kami, kami selalu bersyukur, dan kami selalu yakin bahwa Allah sudah ngatur rezekinya.
Bahkan kami pernah ngerasain tidak memiliki sepeserpun uang.
Ibuku pernah kerja di rumah makan sampai akhirnya ibu dan bapakku berdagang.
Setiap hari aku diberi uang pas-pasan jadi aku gak pernah nabung, kalaupun mau nabung harus gak jajan dulu baru bisa nabung.
Bagiku yang paling penting itu cukup untuk ongkos naik angkot berangkat dan pulang, beli makan sewaktu istirahat, kalaupun kurang aku berusaha untuk menahan lapar.
Dulu Fahmi selalu merasa aku gak ada perjuangan, padahal sudah sekuat tenaga ku untuk bahagiain diia, tapi apa? Apaaaaaaaaa!? Gak ada hasilnya.
Semua gak ada artinya baginya.
Semua yang aku kasih mau itu lahir ataupun batin ia merasa tak bahagia, dan selalu merasa itu biasa aja.
Baginya arti senang dan bahagia itu gak sama.
Dia pernah bilang dia senang dengan apa yang aku perbuat, tapi dia gak bahagia dia gak pernah bahagia bareng aku.
Sumpah saat itu aku ngerasa sakittttttt sekali, bayangin dibilang gak bahagia sama pacar sendiri, tentu sakit bukan?
Aku benar-benar merasa capek sama sikap dia.
Dia marah besar denganku, mungkin gak bakalan dia maafin lagi.
Tak jarang kami putus nyambung, putus nyambung. Bahkan putus sudah menjadi kebiasaan.
Pernah, waktu itu kami putus sebulan, itu pertama kalinya aku sama Fahmi putus yang lumayan lama, sebelum dari ini.
Aku inget banget.
Waktu itu seminggu dari aku dan Fahmi putus, Fahmi Deket dengan temanku satu sekolah.
Bahkan tak butuh waktu yang lama untuk langsung menjalin hubungan.
Sakit rasanya.
Sakit sekali.
Tapi aku pasrah, aku bisa apa? Mau gimana lagi? Ini sudah terjadi.
Aku tahu banget dia kaya mana, kalau dia sudah memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seseorang, itu artinya dia emang sudah benar-benar suka sama orang itu.
Ica yang melihat ku dirundung pada kesedihan tak tinggal diam. Dia emang selalu peduli dengan ku, dia selalu tahu apa mau ku dan dia tahu cara membuat aku senyum kembali bagaimana.
Kebetulan emang Ica punya banyak teman cewek maupun cowok, hanya teman dia emang orangnya gampang bergaul, itu yang buat dia jadi banyak teman dibanding aku.
Aku cenderung diam. Boleh dibilang emang aku pendiam sifat yang diturunkan oleh kakekku.
Ica deketin aku sama Reza, Reza orang nya lucu, lembut, suka buat aku ketawa, pokonya jauh beda sama Fahmi
Aku dan Reza semakin dekat.
Aku suka sama Reza, suka banget sama sifat dia.
Aku ngerasa dia bisa buat aku ketawa terus.
Reza sering nelfonku, tiap malam pun kami video call an.
Banyak tingkah laku dia yang buat aku ngerasa gila sendiri. Dia juga suka nyanyiin aku pakai gitar.
Aku ngerasa mungkin Reza yang bakal buat aku seneng terus, mungkin Reza orangnya yang aku cari.
Aku baru tahu orang macam dia, yaaaa mungkin karena selama ini aku hanya mengenal Fahmi, Fahmi dan Fahmi.
Kedekatan aku dan Reza diketahui Fahmi, sejak ia mengetahui nya entah kenapa sikapnya menjadi berbeda. Fahmi mulai mendekati aku lagi, ya memang sepertinya dia juga sudah putus dengan pacar barunya.
Tapi aku sudah suka sama Reza, suka sama sikap dia ke aku.
Dia bisa jadi penghibur ku, dia tahu banget cara buat aku terhibur.
Berkat Reza juga aku jadi lupa sakitnya ngeliat Fahmi dengan pacar barunya.
Tepat tiga Minggu aku putus sama Fahmi, dan saat itulah Fahmi Dateng ke aku lagi buat ngajak balikan dan mengakui kesalahannya.
Entah apa yang seharusnya aku rasain. Aku bingung harus seneng atau sedih.
Aku seneng Fahmi balik ke aku lagi, tapi yang aku rasain sebenar seperti tidak seperti itu, seperti ada yang ngeganjel akupun gak ngerti apa itu artinya.
Fahmi terus- terusan nanya ke aku mau apa enggak untuk balik kedia.
Tapi aku belum bisa jawab.
Aku belum siap untuk ninggalin Reza juga, ya walaupun Reza bukan siapa- siapa aku. Tapi kalau aku balik sama Fahmi otomatis aku bakal gak bisa Deket lagi sama Reza.
Aku belum siap buat ngerasain itu.
Aku masih butuh Reza disini.
Dan akupun bilang ke Fahmi aku belum bisa jawab sekarang.
Fahmi dapat Nerima nya dengan lapang dada.
Aku pikir sudah aman.
Tapi setiap hari aku terus-menerus diteror dia buat jawab pertanyaan nya itu.
Aku bimbang, sampai pada akhirnya dia bilang gini ke aku "kamu mau balik sama aku atau kita gak akan kenal lagi, aku gak bakal anggep kamu ada, aku gak bakal tegor kamu"
Ya ampunnnnnn pernyataan yang macam ini ni yang buat aku pusing.
Aku gak mau Sampe musuhan sama Fahmi.
Aku juga gak mau gak Deket lagi sama Reza.
Aku terus berfikir apa yang harus katakan ke Fahmi.
Aku rasa aku masih belum bijak untuk menyikapi semua ini. Aku malah memilih balik sama Fahmi tanpa Reza tahu kalau aku sudah punya pacar.
Aku belum siap bilang sama Reza.
Jadi aku putuskan biar saja mengalir, aku tetap dengan Fahmi tapi aku tetap jalanin sama Reza juga.
Bukan mau serakah atau apa, aku hanya tidak ingin musuhan dengan siapapun termasuk Fahmi. Dan aku juga enggak mau Reza menjauh dari aku. Emang ini terlihat serakah tapi aku enggak bisa bohongin perasaan aku.
Awalnya agak ngeganjel balikan sama Fahmi, kaya ada yang aneh.
Sepertinya aku emang sekarang sudah gak ada perasaan lagi sama Fahmi.
Fahmi juga gak berubah, masih sama seperti dulu, dulu yang dimaksud waktu sebelum kami putus bukan dulu waktu pertama kali kenal, dia masih saja keras. Aku malah lebih nyaman ke Reza.
Sampai pada akhirnya Fahmi bilang gini "sampe aku tau kamu masih Deket sama Reza, ataupun sama lelaki yang lain aku gak bakalan kenal kamu lagi, aku bakalan gak anggep kamu ada di dunia ini".
Sumpah aku takut sampe ketahuan sama Fahmi, seharusnya aku lebih bijak untuk memilih, aku memang belum percaya diri untuk mengambil keputusan. Aku dan Reza tetap saja komunikasi.
Hari itu, hari Minggu kata Fahmi dia mau main sama teman SD nya. Ya sudah kami gak komunikasi. Kebetulan sama Reza juga aku lagi gak chat an. Aku merasa tidak ada yang aneh. Seperti biasa aku tidur siang.
-----
Bangun dari tidur siang, aku lihat Fahmi pesan aku dan telfon aku. Dalam hati tumben- tumbenan ini anak.
Ada sekitar 20 pesan dan 14 panggilan masuk.
Karena penasaran akupun segera membuka pesan dari dia. Intinya dalam pesan itu kurang lebih isinya seperti ini "Dasar kamu wanita murahan, gua benci sama elo, Lo masih Deket sama Reza, Lo lupa ya pesen gua, katanya janji lah inilah itulah tapi apa nyatanya Lo bohong ke gua. Dasar murahan, lihat saja akan kuhajar dia.". Aku ngerasa kaget banget tiba- tiba dia bilang kaya gitu ke aku.
Dari mana dia bisa tahu kalo aku masih berhubungan dengan Reza?. Apa Reza yang ngasih tahu? Gak mungkin kan.
Aku juga gak berani buat nanya ke Reza, aku Takut buat nanya nya. Tapi tetep aja dia enggak hirau ini omongan aku.
"Jangan kamu hajar dia, hajar saja aku. Dia enggak salah, dia gak tahu apa apa" aku membalas pesan dari Fahmi
Sekuat tenaga ku untuk jelasin semua ke Fahmi, tapi apa daya Fahmi gak bakalan mau nerima nya. Ya sudahlah buat lagi pikirku. Aku juga emang sudah merasa enggak cocok sama Fahmi. Aku gak apa- apa kalau dia gak mau maafin aku asal jangan sampe mereka berantem deh. Berusaha keras untuk membujuknya, namun dia ga dengerin omongan aku.
Setelah terus- menerus membujuknya, Akhirnya Fahmi nurutin kata aku untuk tidak menghajar Reza.
Mungkin sekarang saatnya kami benar-benar bener selesai.
Sejak saat itu aku sama Reza gak pernah komunikasi lagi. Gak ada kata-kata kata terakhir darinya, seharunya emang aku gak melakukan ini pada siapapun. Seharusnya aku lebih bijak dalam memilih, aku sadar yang lakukan ini salah, mau disesalin juga buat apa? Semua sudah terjadi. Aku pun gak tahu kenapa Reza bersikap enggan menyapa ku sekarang.
Yang kutahu tentang Reza sekarang hanya dia sedang dekat dengan teman ku. Tapi waktu aku ulang tahun dia sempat ngucapin aku ulang tahun.
Respon ku biasa aja. Aku juga sudah males buat ngurusin tentang begini. Aku pun sudah gak ada niat untuk dekat sama Fahmi ataupun Reza yang aku mau sekarang buka lembaran yang baru.
Dari kejadian itu aku dan Ica selalu menghindar kalau disekolah berpapasan dengan Fahmi. Kami sangat takut dengan Fahmi. Karna cara pandang Fahmi saat ngeliat kami seperti melihat kuman yang sangat menjijikan, aku gak tahu kenapa Fahmi memperlakukan Ica seperti ia memperlakukan ku. Baginya aku dan Ica sama saja.
Aku sama Ica suka tertawa dengan tingkah kami yang aneh kalau sedang berpapasan dengannya. Kami enggan ingin berpapasan dengan Fahmi. Kami selalu kabur atau mengambil arah yang gak bakal tertuju sama dia.
YOU ARE READING
Bagimu Aku Hanya Sebatas Debu
RomanceSebenernya aku takut untuk menulis ini, aku takut ada kesalahpahaman yang akan datang kepadaku. Aku hanya bertujuan agar aku tetap ingat dengan yang aku rasakan walaupun aku tahu tak terlalu penting mengingat sesuatu macam ini. Kalau setelah membac...