Sorry typo bertebaran:)
Seorang perempuan berjalan sempoyongan membawa barang-barangnya. Dia berusaha untuk menjaga keseimbangan agar tidak jatuh di aspal jalan. Sampai di depan sebuah kafe dia bernapas lega seakan beban hidupnya hilang. Padahal nyatanya beban yang dia punya begitu banyak dan mungkin tidak bisa hilang.
Liona memasuki kafe dengan hati-hati agar tidak mengganggu pengunjung. Saat sampai di dapur, tiba-tiba Yan ketua koki menatap Liona tajam.
"Kenapa lama sekali?" tanya Yan tidak lupa dengan tatapan tajamnya.
"Eh, maaf. Tadi aku sed--"
"Kau tidak boleh pulang. Kau harus lembur lagi," tukas Yan dengan tegas.
"Tapi kemarin aku sudah lem--"
"Tidak ada bantahan. Semuanya kembali bekerja." Yan berjalan menjauh meninggalkan Liona.
"Huufff, lagi dan lagi," keluh Liona.
Kafe sudah mulai sepi, hanya tersisa beberapa orang saja. Hingga akhirnya semua sudah pulang, termasuk para karyawan. Tinggal Liona yang belum pulang. Setelah pekerjannya selesai, Liona bergegas untuk pulang.
Udara malam yang dingin membuat Liona merapatkan jaket yang dia kenakan. Jalanan yang mulai sepi, itulah yang sangat dibenci dan ditakuti Liona. Dia paling benci saat dia harus lembur dan pada saat pulang jalanan sudah sepi seperti tidak berpenghuni. Memang jalan di sepanjang kafe masih cukup ramai, tapi saat memasuki gang menuju rumahnya, jalan mulai sepi bahkan sangat sepi.
Liona memutuskan untuk mampir ke minimarket untuk membeli makanan. Apa lagi kalau bukan mi instan. Sudah menjadi makanannya setiap hari karena keadaan ekonomi yang tidak baik. Dia hanya tinggal di rumah kos kecil. Bahkan mungkin tidak layak disebut rumah. Karena menurutnya, rumah adalah tempat yang sangat indah dan nyaman. Sedangkan rumahnya adalah tempat terburuk yang pernah dia tahu.
Selesai membeli kebutuhannya, dia ingin segera cepat sampai ke kosannya. Saat akan berbelok ke arah kos, dia melihat ada seorang laki-laki yang sedang dihajar oleh segerombolan orang. Liona berniat ingin menolongnya, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba terselip sebuah ide.
"Polisi ... polisi!" teriakan Liona terdengar nyaring dan berhasil membuat gerombolan itu lari terbirit-birit.
Liona segera menghampiri laki-laki itu yang sedang terkulai lemas. Saat sudah dekat, dia merasa kenal dengan sosok itu.
"David?!"
Merasa namanya dipanggil, David mendongakkan kepala. Liona berjongkok di hadapan David. Dia mencium bau alkohol yang sangat menyengat.
"Kamu enggak apa-apa?" tanya Liona.
David hanya diam tidak menjawab. Liona memutuskan untuk memapahnya dan membawanya ke rumah. David hanya menurut saja, sebenarnya dia ingin berontak tapi entah kenapa dia malas melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me ✔
Romance#SA1 DON'T COPY MY STORY BELUM REVISI, MASIH BANYAK TYPO :) Hidup penuh rintangan dan perjuangan. Semua berputar setiap saat. Kejadian silih berganti berdatangan mewarnai rangkaian kehidupan. Hanya waktu yang dapat menentukan. Semua butuh proses. "...