LaM~ 2. Tidak Baik-Baik Saja

9K 357 23
                                    

Sorry typo bertebaran:)

Liona terus berlari dan berlari, hingga sampai di toilet sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liona terus berlari dan berlari, hingga sampai di toilet sekolah. Dia langsung masuk ke sana dan menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba tangannya menghapus air mata dengan kasar. Dia bertekad untuk tidak akan memperdulikan omongan teman-temannya.

"Aku hanya melakukannya sekali dan kemungkinan besar aku tidak akan hamil. Aku yakin itu, yah semoga tidak," pikir Liona.

Keluar dari toilet dia tidak sengaja berpapasan dengan David. Laki-laki itu hanya menatap Liona sekilas lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Liona hanya dapat menghembuskan napas kasar.

Dia berjalan di koridor sekolah sendiri dan mencoba terlihat baik-baik saja, meskipun tidak akan ada yang melihat bahkan menyapanya.

Di kelas, Liona tidak pernah dianggap oleh teman-temannya. Dia seperti tidak pernah ada di dalam kelas. Liona duduk di kursinya dan merenungkan nasibnya. Menerka-nerka apa yang akan terjadi esok hari. Memikirkan bagaimana masa depannya nanti dan masih banyak lagi.

"Woi, keluar sono lo!" tiba-tiba teman kelasnya menggebrak mejanya.

"Kok aku disuruh keluar? Kenapa emang?"

"Di cari orang," ucapnya dan berlalu pergi.

Liona bangkit dan berjalan keluar. Di sana dia melihat David sedang menunggunya. Keningnya berkerut merasa bingung karena tumben David datang ke kelasnya.

"Ikut gue." David menarik paksa tangan Liona.

Perempuan itu berusaha mengimbangi langkah David yang cepat. Dia tidak tahu akan dibawa kemana. Mau bertanya juga takut, tidak bertanya tetapi penasaran.

Mereka berbelok ke kiri dan sampai di belakang sekolah. Tempat sepi yang jarang dikunjungi murid dan guru-guru.

"Kok kamu ngajak aku kesini, Kak?" tanya Liona.

Walaupun dia sudah kelas 12 tapi dia merasa lebih muda dari David. Liona berpikir seperti itu sebab dia bisa masuk kelas 12 karena ikut kelas akselerasi.

"Jangan ngomong apa-apa tentang semalem. Kalau lo ngomong sama orang lain bahkan nyokap gue bisa tahu, awas aja lo!" ancam David.

"Satu lagi, lupain tadi malam. Gue kek gitu juga karena enggak sadar. Anggap aja enggak ada kejadian itu?!" setelah mengucapkan itu David pergi dari hadapan Liona.

"Begitu simpelnya kamu bilang gitu? Kamu enggak ngerasain betapa hancurnya aku, harta palin berharga milikku udah kamu ambil."

Tetesan air mata mengalir begitu saja di pipi Liona. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Harapan satu-satunya adalah semoga setelah kejadian itu tidak ada lagi hal yang tidak diinginkan terjadi. Tentu kalian tahu apa maksudnya.

Waktu pulang sekolah tiba, Liona segera bergegas pergi ke tempat kerjanya. Dia tidak mau mendapat oseng-oseng mulut dari kepala koki kafe tempatnya bekerja.

"Entah apa yang akan terjadi selanjutnya aku tidak akan tahu," gumam Liona.

Liona mengucapkan syukur karena belum terlambat. Jika dipikir-pikir dia sungguh sangat lelah dengan semua lika-liku kehidupan yang dia jalani. Begitu banyak masalah yang harus dia terima. Kadang sempat terbesit di pikirannya kenapa dia diciptakan hanya untuk tersiksa. Kapan dia bisa bahagia, kapan dia bisa tersenyum dan tertawa lepas. Dia iri melihat orang-orang di sekitarnya bisa sebahagia itu. Secuil saja, Liona juga ingin merasakannya.

Hanya bisa tersenyum tidak dengan keterpaksaan atau hanya sebuah pencitraan pun dia sudah sangat bahagia. Mungkin takdirnya seperti itu.

Kafe hari itu cukup ramai, banyak anak-anak sekolah yang datang. Memang kafe Green Free atau sering disebut kafe GF sangat terkenal dan diminati oleh remaja seusianya. Banyak juga ibu-ibu socialite yang sering mengadakan kumpulan di kafe itu.

Seorang perempuan masuk dengan didampingi oleh dua orang temannya. Mereka terlihat sedang mencari tempat duduk. Matanya menatap sekitar dengan dagu yang dinaikkan, memberi kesan pongah.

"Mau pesan apa, Kak?" tanya Liona dengan sopan.

"Oh, jadi lo kerja di sini. Baru tahu gue."

"Mau memesan apa, Kak?" Liona tetap bertanya dengan sopan dan tidak menghiraukan perkataan Jenny.

"Songong banget, sih lo!" umpat Ledy.

"Maaf, Kak saya di sini bekerja dan melayani pelanggan, jadi tolong jangan membuat keadaan menjadi kacau. Ini demi kenyamanan pelanggan lainnya."

"Belagu banget, sih lo! Pengen dikasih pelajaran, nih anak." Emosi Jenny meluap saat mendengar jawaban dari Liona.

"Kalau Anda tidak ingin memesan maka saya akan pergi dulu, permisi." Saat melangkahkan kakinya, Liona langsung jatuh ke lantai.

Jenny tertawa puas melihat Liona menjadi bahan tertawaan. Jenny segera pergi dengan melewati Liona yang masih dalam posisi tengkurap di atas lantai.

Dengan rasa malu Liona bangkit dari jatuh dan segera berdiri. Di depan pintu dapur, Yan sudah menatapnya dengan mata melotot. Dengan sisa keberanian yang masih ada Liona mendekati Yan dan masuk ke dalam dapur. Dia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kamu itu bisa kerja yang bener enggak, sih?!" bentak Yan.

Liona hanya bisa menundukkan kepala, dia takut kalau akan dipecat. Jika dipecat, dia harus bekerja dimana. Saat ini sangat sulit untuk mencari pekerjaan dengan status pelajar.

"Sudahlah, pusing lama-lama ngadepin kamu. Sekali lagi kamu kayak tadi, aku akan laporin kamu ke pemilik kafe."

"Masalah apa lagi ini? Kenapa masalah selalu datang padaku? Kapan masalah ini akan selesai?" batin Liona.

Malam harinya, Liona merebahkan diri di atas kasur tipisnya. Sendirian di dunia memang tidak menyenangkan. Tidak ada yang memperdulikan dan memperhatikannya. Liona perlahan memejamkan matanya berusaha untuk segera tidur, tapi dia tidak bisa tidur.

Liona bangkit dan berjalan ke arah jendela. Di bukannya jendela kecil itu, angin malam mulai Liona rasakan menerpa wajahnya.

"Udaranya lumayan dingin," gumamnya.

Rembulan bersinar dengan terang, ditemani dengan bintang-bintang. Mereka menghias langit agar terlihat indah.

Liona merapatkan selimut yang dia bawa. Senyum merekah dari bibir kecilnya. Dia berharap esok hari akan lebih baik dari hari ini. Biarlah kejadian demi kejadian yang ia alami dapat menjadi pelajaran hidup untuknya.

Dia berjalan kembali menuju kasurnya. Merebahkan diri dan mencoba kembali untuk tidur. Hawa dingin membuat tangannya bergerak untuk segera merapatkan selimut dan memejamkan mata.

GIMANA CERITANYA? SEDIKIT BGT YA HEHE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GIMANA CERITANYA? SEDIKIT BGT YA HEHE

JARANG UP YA WKWK SORRY YA KUOTA GA MENDUKUNG NIH

OK JANGAN LUPA VOTEMENT NYA GUYS

TIUPLYLYN

Revisi
Jogja | 14 Oktober 2020 | 09.06

Look at Me ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang