Prologue

503 46 2
                                    

Pairing : KookV

Fanfiksi ini terinspirasi dari novel dan film Twilight. Mungkin ada beberapa bagian yang akan terasa mirip, jadi tolong dimaklumi(karena saya yang tidak kreatif ini).

.

Kim Taehyung jatuh cinta sepenuhnya pada seorang alpha bernama Jeon Jungkook, vampir pureblood yang sedang banyak diperbincangkan. Tetapi hatinya juga bergetar ketika berhadapan dengan Jung Hoseok, pemuda secerah matahari yang telah menolongnya dari serangan para warewolf bengis. Dan disisi lain, Park Jimin, cinta monyetnya, muncul bersama dekapan hangatnya yang begitu lembut. Ini tentang Taehyung yang terperangkap oleh tiga alpha yang sama-sama menjatuhkan hatinya pada seorang omega lemah sepertinya, terlebih ia hanya seorang manusia yang fana.

.

.

.

Deru hujan di balik kaca mobil sebenarnya jauh lebih menarik dari pada bersandar di kursi dan merutuki keputusannya pindah ke kota hujan ini. Taehyung menoleh pendek dan mendapati ayahnya tengah menyetir dengan sangat fokus. Air hujan membuat kaca mobil berembun, dan tentu saja mata empatnya harus lebih teliti memperhatikan jalanan agar tidak tergelincir karena genangan air.

Taehyung mengalihkan perhatiannya dan memutuskan untuk lebih rileks dengan berpindah posisi, kali ini yang bersandar adalah bahu kanannya, kepalanya menempel di kaca mobil dan rasa kantuk perlahan-lahan mulai mengusai matanya. Ia menyibak bagian lengan sweater coklat yang menutupi jam tangannya kemudian mendesah panjang, perjalanan akan segera berakhir, padahal ia masih ingin beristirahat di mobil ini lebih lama. Kamarnya pasti bau apek, dan ia tidak mau tidur di atas kasur yang punya aroma seperti itu.

"Omong-omong, Taehyung, bagaimana kabar ibumu?"

Ah, benar juga, Taehyung bergumam pelan; hanya bibirnya saja yang bergerak tak bersuara. Sejak ia tiba di bandara, ayahnya tidak menanyakan apapun soal ibunya, pria itu hanya memanggil namanya kemudian tetap diam sampai mobil yang mereka tumpangi melewati gerbang 'Selamat Datang Di Kota Forks'. Padahal ia sudah hampir tenggelam dalam tidurnya, tapi Taehyung tidak cukup tega untuk tidak menjawab pertanyaan ayahnya.

"Dia baik. Kau tahu, pria pengusaha itu cukup membuat hidupnya lebih berwarna." Ujar Taehyung diiringi tawa yang terkesan dipaksakan.

Ayahnya hanya bergumam, lalu kembali diam. Ayahnya memang pendiam, tapi ia tidak ingat kalau lelaki itu sependiam ini.

"Ayah, kau baik?" akhirnya ia putuskan untuk bertanya. Sekalipun mereka tidak terlalu akrab, tapi Taehyung merasa harus menanyakan hal itu.

"Menurutmu? Ayah baik. Mungkin hanya kurang tidur."

Tawa mereka hampir terdengar sama dan Taehyung cukup peka untuk menyadari apa yang membuat ayahnya menjadi lebih pendiam seperti ini.

"Ayolah, ayah juga pasti akan punya pengganti ibu. Jadi semangatlah sedikit."

Ayah dan anak itu pun tertawa bersama. Candaan ala ayah dan anak mulai memenuhi suasana dalam mobil yang begitu sunyi hingga bunyi decit rem yang di injak secara perlahanpun tawa mereka masih berlanjut. Mood Taehyung yang semula sangat buruk sedikit demi sedikit membaik dan hal itu membuat ayahnya merasa lebih lega.

Taehyung tidak langsung keluar mengikuti ayahnya yang keluar mobil lebih dulu. Ia mengamati rumahnya yang sekarang terlihat lebih tua dari saat ia masih berumur delapan tahun. Warna catnya pudar dimana-mana, mungkin karena hujan mengikis mereka setiap hari. selain itu, tidak ada yang berubah dari rumah tua ayahnya.

"Kau tidak turun?"

Ketukan di kaca mobil sedikit membuat Taehyung terkejut. Ia sontak tersenyum lalu memutar tuas pintu mobil dan mendorongnya. Air hujan yang sudah lebih reda menimpa kepalanya dan hal itu kembali mengingatkan dirinya akan ketidaksukaannya pada kota ini dan tentu saja pada hujan juga.

"Kemarilah, bantu ayah mengangkat barang-barangmu," ayahnya berseru dari belakang mobil. Taehyung tidak perlu berpikir lama untuk membantu sang ayah, karena ia memang harus membantu pria itu.

Hujan sudah sepenuhnya berhenti ketika Taehyung meletakkan kardus terakhirnya di atas lantai rumah. Ia mengambil kursi yang kebetulan berada di dekat jendela dan duduk disana sembari menyandarkan punggungnya. Pepohonan tua yang menjulang tinggi dengan batang yang di penuhi lumut serta dahan-dahan yang melengkung secara alami adalah pemandangan yang dilihat Taehyung sejauh mata memandang. Kota Forks memang indah, tapi Taehyung terlanjur mencintai tempat tinggalnya di ibukota sampai hatinya terlalu enggan menyukai Forks dan hujan.

Ia mendesah pelan, waktu pasti akan berlangsung lama karena ia akan melewati hari-hari suram bersama guyuran hujan setiap hari.

Prolog end.

.

.

.

Hai, saya kembali dengan ff baru, mungkin ini usaha saya untuk bangkit dari wb yang tengah mencengkram saya begitu erat T.T

Maafkeun soal Back Together, gak discontinue, cuma sedang mengumpulkan ide untuk melanjutkannya.

Silahkan tuangkan unek-unek kalian di kolom komentar, jangan lupa klik tanda bintang, terimakasih semuanya!

LovushkeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang