Prologue

12.9K 662 174
                                    

Bangunan-bangunan berkubah besar, tiang-tiang penyangga yang tingi, pintu utama yang selalu diletakkan di tengah dengan 4 pilar di depannya, lengkungan di atas jendela, bangunan-bangunan yang menitikberatkan kesimetrisan dalam setiap unsur, serta kongruen dan memiliki konstruksi yang seimbang.

Setidaknya itu yang Hinata pikirkan tentang Italia sebelum mengagumi keindahannya yang lain. Negeri Spaghetti di matanya memang menawarkan sejuta pesona; mulai dari keindahan alam, kiblat fashion dunia setelah Perancis, kanal-kanalnya, arsitektur Renaisans-nya, dan yang paling utama adalah rumah di mana para seniman besar lahir.

Tidak kurang dari 3 pelukis ternama yang dikenal sepanjang masa, lebih dari 4 violis, belum lagi pematung dan pianis, juga para arsitek yang merancang bangunan-bangunan yang sering ia lihat di internet.

Dari Leonardo da Vinci sampai Fra Bartolommeo, dari Antonio Vivaldi sampai Niccolo Paganini, dari Puccini sampai sang arsitek, Filippo Brunelleschi.

Haaaahhh ... membayangkannya saja sudah membuat liur Hinata menetes.

Kapan ia bisa mengunjungi negara di mana Colloseum tersebut berada?

Kapan ia bisa menginjakan kaki di tanah, yang mana da Vinci pernah lahir di sana.

.

.

.

Mr. Sneeze

Naruto by Masashi Kishimoto

Penulis tidak mendapat keuntungan dalam segi materiel dari pembuatan Fanfiksi ini

Ditulis oleh 13 author yang mencintai pair NaruHina

Prologue

Oleh Kimonoz

.

.

.

Direbahkanlah kepalanya ke atas meja. Kantung matanya menghitam, monitor komputer masih menyala ia abaikan.

Koran berserak dengan bolpoin masih digenggam tangan. Hinata menyilang bagian lowongan kerja yang sekiranya kurang cocok untuknya, dan ... walhasil ia silang semua. Rata-rata perusahaan sebatas butuh lulusan minimal sarjana. Sedang seorang lulusan Sekolah Menengah Atas sepertinya hanya tersedia lowongan kerja part time di swalayan dengan gaji tak ada separuh dari yang ia ingin. Jika seperti ini terus, bagaimana dia bisa menabung agar dapat terbang ke Italia?

Negara itu telah menjadi obsesi tersendiri bagi Hinata setelah ia menyimpan kekaguman yang mendalam pada da Vinci. Apa pun terjadi, tahun ini, sebelum musim dingin, ia harus terbang ke negara itu.

Dengan malas, Hinata menarik badan. Sesaat gadis beriris ametis tersebut tampak meregangkan otot-otot tangannya.

Sepertinya ia harus keluar untuk mencari sendiri. Sekadar mengandalkan surat kabar, boleh jadi selama ini ia hanya menyia-nyiakan kesempatan.

"Haaah ... semoga Dewi Fortuna berpihak padaku,"

.

Angin mengembus helai ungu kehitaman yang ia kuncir kuda. Tas selempang melingkar di badan. Rasa lelah pada kaki setelah lama berjalan membuat ia ingin ambruk saja.

Mr. Sneeze ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang