Chapter 9

3.8K 446 43
                                    



Sebelumnya

"Kenapa harus kau? Kenapa harus seorang laki-laki? Kenapa? Ada apa denganku?" Naruto mendesah penuh rasa frustrasi.

Kedua tangannya masih bertengger apik di kedua pipi Hinata yang memerah. Kedua dahi mereka masih saling bersentuhan. Napas hangat Naruto berembus menerpa wajah merona Hinata. Jantung keduanya berdegup dengan kencang. Bahkan, Naruto merasa seolah-olah waktu telah berhenti. Yang dia rasakan. Saat ini yang ada hanyalah mereka berdua. Tidak ada yang lain. Dunia ini serasa milik berdua.

Tubuh Hinata terasa kaku. Otaknya berhenti bekerja sesaat. Juga, bibirnya kelu seketika. Dia masih mengambang di atas awan akibat ciuman sepihak yang diberikan Naruto. Rasa hangat bibir Naruto terus memenuhi dirinya. Otaknya masih terus mengulang gerakan sensual bibir kecokelatan milik Naruto saat menari di atas bibirnya.
Dia, dia merasa malu. Namun, juga merasa begitu dipuja. Nalurinya sebagai wanita membuatnya tak bisa menganggap ciuman ini hanyalah sebuah kesalahpahaman belaka.

'Ciuman pertamaku, sudah diambil.'


©Mashashi Kishimoto


Naruto dkk.


Genre : Romance, Comedy


Rate : T


Typo bertebaran
____________________


"Naruto-san...a-aku, s-sebenarnya a-aku ini,- umh!"

Lagi, Mutiara ungunya melebar. Dia dibuat terkejut kembali. Naruto menciumnya untuk kedua kalinya. Kali ini lebih berani. Naruto mengecupnya dengan sedikit memberikan tekanan pada bibir kemerahan Hinata. Kedua tangannya masih sigap menarik kepala Hinata untuk lebih mendekat. Untuk lebih bisa merasakan ciumannya yang lebih dalam.

Hinata kewalahan menghadapi serangan Naruto yang tiba-tiba ini. Meski terpikir olehnya akan posisinya sebagai asisten Naruto sekaligus sebagai laki-laki jadian. Tapi, tetap saja itu tidak cukup untuk menyaingi nalurinya sebagai seorang wanita tulen. Dalam dirinya, Hinata merasakan jutaan kupu-kupu beterbangan. Pelangi yang indah muncul di kedua matanya. Kehangatan yang berbeda menyebar ke seluruh tubuh hingga ke dalam saraf-sarafnya. Memilih untuk diam, Hinata menutup matanya perlahan. Merasakan kecupan Naruto yang semakin intens. Gerakan bibir Hinata yang penuh keragu-raguan membuat Naruto tak bisa menahan euforia dalam dirinya. Tanpa ragu lagi, dia membuat ciuman ini lebih agresif dan menggila. Menuntut Hinata untuk terus mengimbanginya. Membuat Hinata tak memiliki kesempatan. Selain, terus membalas kecupan demi kecupan itu. Sungguh memabukkan. Ciuman pertama yang penuh kejutan.

'Apakah ini rasanya ciuman?'

Bunyi plop terdengar ketika mereka melepaskan ciuman itu. Menyisakan benang saliva tipis. Sambil mengambil napas yang telah tercuri akibat ciuman panjang mereka.

"Untuk ukuran bibir seorang pria. Ini terlalu lembut dan manis." Naruto berbisik seraya membelai belahan bibir Hinata yang terbuka.

"Naruto-san, a-aku sebenarnya-,"

"Sstt! Jangan bilang apa-apa."

"Huh?" Apa dia sudah mengetahuinya?

"Jangan malu. Aku tahu ini aneh. Tapi, percayakan saja semua pada hatimu. Jangan coba melawannya. Biarkan saja semuanya mengalir. Aku tidak terburu-buru. Aku tahu ini terjadi sangat tiba-tiba. Tapi, aku tak bisa. Aku tak bisa menahan diriku lagi. Sungguh aneh! Tapi, aku rasa inilah faktanya. Aku menginginkan kamu."

"He?"

Hinata kebingungan akan apa maksud Naruto sebenarnya. Dia pikir Naruto sudah tahu perihal identitasnya yang asli sebagai seorang wanita. Tapi, ini? Di luar dugaan. Naruto benar-benar menganggap dirinya seorang laki-laki. Dan dia meminta Hinata untuk menantang kodrat bersamanya. Menjadi pasangan guy. Ukh! Kepala Hinata berputar. Rasanya saat ini, dia ingin sekali membenturkan kepalanya ke tembok.

Demi kerang ajaib! Hinata adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling seksi. Serta, memiliki sepasang semangka besar. Bukan, berbatang. Terletak pada dadanya. Yang sayangnya, harus dia sembunyikan demi penyamaran indentitas palsunya. Asetku yang malang!

'Bagaimana ini? Dia ingin menjadikan aku uke-nya. Ini gila! Kebohongan ini sudah gila! Naruto sudah gila! Aku makin gila jika begini terus! SAOS TARTAR!'

"N-naruto-san?" susah payah Hinata menelan keraguan dan ketakutan dalam dirinya.

Mr. Sneeze ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang