Chapter 3 (Banyu)

1.8K 267 28
                                    

Aku bukanlah Arjuna,
Bukan Yudhistira,
Bukan pula Nakula dan Sadewa.
Biar dunia bertanya,
Siapa aku sebenarnya.

Gue dan Ayu sudah lama jadian. Sekitar nyaris lima atau enam tahun. Pokoknya sejak kita SMA. Gue pikir nggak akan sulit menjalani semuanya sama Ayu karena Ayu bukan cewek populer di sekolah kami. Itu juga hal yang bikin hubungan kita lancar-lancar aja sejak SMA.

Lulus SMA, kami ditakdirkan satu kampus lagi meski beda jurusan. Sebisa mungkin gue menyempatkan waktu untuk quality time dengan Ayu ditengah kegilaan proker di organisasi yang gue ikuti.

Sebut saja gue ini budak proker, karena memang nyatanya begitu. Lebih sibuk sama organisasi ketimbang materi, ocehan dosen di kelas dan tugas-tugas yang bertumpuk. Hal ini juga jadi sorotan Ayu karena gue mulai lalai sama tujuan utama kuliah.

"Yang, hari ini ada tugas gak? Deadline? Atau apa gitu?" Ayu bertanya saat kami duduk berduaan di kantin. Gue menggelengkan kepala karena hari ini gue mendadak rajin menyelesaikan semua tugas demi jalan sama Ayu.

"Beneran?"

"Beneran, Sayang." Ayu menghela napasnya, "makanya jangan sibuk sama organisasi terus." Celetuknya. Gue terkekeh, lalu menjawil pipinya.

"Hari ini aku free buat kamu. Bener-bener free."

"Bohong." Ujarnya merajuk. Ya Tuhan, gue udah cerita belum sih, Ayu kalo lagi merajuk lucu banget God! Rasanya ingin gue bawa ke kosan, gue cium sampe dia sesak napas!

"Beneran. Nih, hari ini aku off paket data. Biar gak ada WA atau LINE yang masuk dari anak HIMA."

"Mana?" Gue menyerahkan ponsel gue kehadapan Ayu, dia mulai tersenyum.

"Gemesin banget sih kamu, Yang."

Oh, God! Gue paling nggak tahan kalo Ayu lagi blushing kayak gini. I mean, dia bener-bener keliatan cute dan yang paling gue suka adalah, Ayu masih sering blushing kalo gue gombalin!

"Apa sih," rajuknya. Gue cuma ketawa.

Kantin mulai ramai, kayaknya banyak anak teknik yang mulai keluar. Gue buru-buru memesan makanan dan mencari tempat duduk lain yang lebih enak.

"Yang, rame banget deh ini kantin. Kayak sunmorn kebakaran." Celetuk gue. Ayu ketawa. Gue senang saat melihat Ayu ketawa. Di depan mata gue dengan lesung pipit kecil yang sangat manis.

Ayu berhenti tertawa dan kami mulai mengobrol hal lain tentang kehidupan selama lagi nggak berdua. Ayu cerita kalau dia menghabiskan waktu buat jajan es krim sama Arga.

Jujur saja, gue kadang cemburu. Iya. Cemburu. Gue iri sama kedekatan Ayu dan Arga. Bahkan kadang gue pikir, justru gue-lah orang ketiga diantara hubungan ini. Bukan Arga.

Sambil menyimak Ayu, gue nggak sengaja ngelihat Fajar dan Arga tengah merokok. Pandangan keduanya fokus sama Ayu. Mereka bahkan nggak sadar kalau gue juga diam-diam memperhatikan mereka.

Bangsat.

"Yang? Udah makannya? Ke kos kamu yuk, numpang tidur sebentar. Kepalaku sakif." Ayu keliatan agak panik, "tensi kamu nurun lagi ya? Kenapa gak daritadi aja bilangnya. Makan di kosan aku sekalian."

"Nggak pa-pa sayang. Cuma sakit kepala dikit. Kurang tidur."

****

Nggak akan ada istilah cuma numpang tidur kalo ke kosannya Ayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak akan ada istilah cuma numpang tidur kalo ke kosannya Ayu. Gue akui, gue lelaki yang cukup brengsek karena gue punya kebutuhan biologis.

Whatever you mention it, gue hampir sudah melakukan segalanya sama Ayu. Cuma buat hal paling krusial semacem ML yang belum gue lakukan. Gue mau, tapi otak gue kadang masih nyisain sedikit logika soal nanti gimana efeknya sama kehidupan gue dan Ayu. Kuliah berantakan, dipecat jadi anak dan punya anak saat seharusnya ngabisin masa anak-anak menuju dewasa.

"Yang, udah dong. Geliiii." Ayu merajuk manja, bikin gue makin gencar buat nyiumin lehernya.

"Yaang," rajuknya lagi. Gue yang akhirnya kasian juga, terpaksa melepaskannya.

"Kemarin habis makan es krim, kemana lagi?"

"Nonton wayang di Sonobudoyo sampe jam sembilanan."

Gue mengangguk saja, lalu Ayu dengan santainya cerita tentang pengalamannya nonton wayang bersama Arga. Tentang siapapun itu Ekalaya, Resi Dorna dan Arjuna. Gue hanya menyimaknya.

"Yang, kalo aku bilang aku cemburu, kamu bakal dengerin nggak?"

Ayu diam. Lalu menatap gue seolah dia nggak percaya dengan ucapan pelan gue.

"Kamu tahu kan ... aku sama Jati nggak akan macem-macem?"

Gue mengangguk, "tapi ada bagian lain dari diriku yang nggak rela kalo kamu terus-terusan sama dia, Yang."

Ayu menarik gue kedalam pelukannya. "Aku cuma kesepian, Yang. Selama kamu sibuk sama organisasi, cuma Jati yang mau nemenin aku."

"Maafin aku, Yang."

Gue nggak tahu, untuk apa gue mengucapkan maaf. Apakah untuk ketiadaan gue selama ini, maaf untuk nggak bisa jagain dia, atau maaf ternyata gue ngaku kalah karena keberadaan Arga.

*****

Ditulis disela-sela menunggu UTS IELTS yang mendebarkan djiwa raga ;')

Maap dari kemaren pendek, ngetik di hape ;(

Thankyou for your voments 💕😍❤🙇‍♂️🙇‍♀️

NavyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang