Chapter 15 (Banyu)

1K 172 9
                                    

Gue banyak berpikir selama pergi kemarin. Banyak berpikir buat keselamatan jiwa dan pikiran gue. Dalam hati kecil gue ada bisikan bahwa gue nggak seharusnya melepas Ayu begitu saja, tapi di sisi lain logika gue berkata bahwa kalau gue bertahan, hubungan ini bakal jadi toxic dan nggak baik buat gue maupun Ayu.

Setelah drama nangis tadi, Ayu gue antar pulang. Gue beliin makanan, gue temenin dia makan sampai makanannya benar-benar habis. Baru gue balik lagi ke kosan.

Di kosan, gue nggak berbaring diem sambil ngeliatin langit-langit kamar. Di kosan gue mulai berbenah. Membereskan semua susunan kamar gue, menyusun buku-buku kuliah, dan mulai membaca diktat yang selama ini gua abaikan.

Gue sibuk. Hati dan pikiran gue juga gak kalah sibuk dan crowded. Banyak hal-hal yang ternyata banyak gue lewatkan selama ini. Buku-buku kuliah gue kosong melompong. Rekapan tugas apalagi. Macem buku baru beli kemarin. Kosong semua.

Gue mencatat materi apa yang ada dalam diktat ke buku. Lumayan banyak sampai gue sendiri pusing bacanya. Sampai jam tiga subuh, gue belum tidur. Masih sibuk. Entah sibuk apa. Banyaknya puntung rokok di asbak menandakan bahwa gue cukup gila malam ini.

Menyudahi acara merokok karena rokok gue habis, gantian sekarang gue ngopi. Plus gue buka pintu kamar gue lebar-lebar. Udara dingin langsung menyerbu. Tapi gue nggak menghiraukannya. Sampai adzan subuh berkumandang, gue tetap nggak tidur.

Gue memutuskan untuk mandi dan pergi ke masjid. Beberapa warga asli sekitar tersenyum melihat ada anak soleh pagi-pagi ke masjid. Soalnya satu shaf di depan isinya bapak-bapak semua.

Selesai dari masjid, gue lari pagi dan kembali ke kos pukul delapan buat siap-siap ke kampus. Ikut kelas SP pertama gue.

"Loh, gue kira nanti SPnya pas mau wisuda?" Andi, temen mapala gue nyengir saat melihat gue duduk di sebelahnya.

"Nggak lah, gila lo." Celetuk gue. Andi tergelak, "si Arga kemarin gimana? Bang Taro bilang besoknya bokap Arga ke Jogja ngambil motor."

"Ya mana gua tau, gua kan bukan adminnya Arga." Jawab gue antara kesel dan heran, kenapa makhluk kepo kayak Andi masih bisa hidup sampai hari ini.

"Santai aja bosku. Oiya, cewek lo?"

"Hah?"

"Itu anak Fakultas sebelah yang imut-imut itu." Andi memperjelas, "kenapa emang?"

"Dia nyariin lo terus tuh. Pas kemaren lo kabur. Pake drama segala sih, lo."

"Apaan sih," gue berujar gusar.

"Kasian tau dia, bolak-balik ke kelas nyariin lo, ke basecamp, ke kosan, udah kayak orang linglung. Gue kemaren nggak tega liatnya." Jelas Andi. Gue berdecak,

"Ya elah. Gua kira kenapa."

"Kok lo santai gitu sih?"

"Bacot banget lo kayak cewek." Putus gue. Beruntung, detik berikutnya dosen gue dateng dan memulai kuliah.

SP pertama gue berjalan lancar. Mungkin karena semalem gue belajar. Pak Danu puas sama jawaban gue pas sesi quiz tadi. Gue harap dia bisa tergerak buat ngasih nilai A nanti.

Balik ke kosan, gue tiduran di kamar sampai ketiduran beneran. Gue nggak tahu sampai jam berapa gue ketiduran. Yang jelas saat gue setengah sadar, gue mendapatkan telepon dari Ayu yang tengah menangis. Suaranya terputus-putus, mau nggak mau gue langsung bangun.

"Kenapa, Yu?"

"..."

"Oke, aku ke sana. Udah ya, jangan nangis."

Usaha pertama gue untuk take a break, time and distance sama Ayu gagal total.

*****

NavyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang