"Bangun!"
Lengkingan suara seseorang tepat di lubang telinga membuat mataku langsung terbuka. Otakku bekerja keras untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Jantungku berdegup kencang tak beraturan. Aku terbangun dalam keadaan kaget. Ini sungguh tidak mengenakkan. Antara sadar dan tidak. Kepalaku berdenyut, nyeri, sakit. Tatapanku kosong tertuju pada langit-langit kamar...seseorang. Ini bukan kamarku. Jelas! Karena langit-langit kamarku tidak sepolos ini. Kukerjapkan mata beberapa kali untuk menetralisir keadaan, namun gagal. Akhirnya, aku mengambil nafas panjang seraya memejamkan mata, berusaha menenangkan diri kemudian menghembuskannya secara perlahan. Kulakukan itu berulang kali agar aku benar-benar tersadar. 1 2 3 4 5...
"Ng..." Dadaku terhenyak mendapati sesuatu yang berat mendarat tepat di atas dadaku. Sebuah tangan berotot membuatku kesulitan bernafas. Sedikit ragu namun aku harus menoleh untuk memastikannya. Benar dugaanku. Seorang asing tengah tertidur pulas di sampingku. Dia memelukku dengan satu tangannya. Siapa? Aku pun tidak tahu dia siapa. Memori otakku sudah penuh dengan pekerjaan tiada henti sebagai seorang sekretaris. Mengingat jadwal meeting bos salah satunya. Ah sudahlah, aku masih bisa mengetahuinya nanti. Aku bisa menanyakan siapa dia dan kita berada di mana. Yang terpenting adalah aku harus memeriksa pakaianku sekarang. Fakta bahwa aku dalam keadaan telanjang di balik selimut membuatku sulit untuk bergerak bebas.
Dengan penuh kehati-hatian aku menyingkirkan tangan ini dari dadaku, berusaha untuk tidak membangunkan pemiliknya. Aku bangkit dengan selimut yang masih kucengkram agar menutupi sebagian tubuh kemudian memeriksa sekitar. Mataku liar ke sana kemari mencari bra dan celana dalam serta pakaianku. Tidak elok. Bagaimana bisa bra-ku nangkring pada sandaran sofa, sedangkan celana dalamku tersampir di atas lampu tidur? Aku menepuk keningku sendiri. Ini yang terakhir kalinya aku tidur dengan orang asing dalam keadaan mabuk. Sungguh memalukan. Aku berjanji!
Aku menoleh ke arah makhluk berhidung mancung yang tengah terlelap, memastikan bahwa dia benar-benar pulas tertidur. Dengan sangat hati-hati aku turun dari kasur empuk ini dan meraih celana dalam kemudian memakainya dalam hitungan detik. Aku berjalan jinjit menuju sofa, berusaha untuk tidak menimbulkan suara kemudian bergegas mengambil bra lalu mengenakannya. Kemeja, ya di mana kemejaku? Aku jongkok melihat keadaan di bawah kasur. Sudah barang tentu aku menemukannya. Mungkin kemejaku kini memiliki sepasang kaki. Dia bisa jalan sendiri. Tidak butuh waktu lama untuk menemukan kemeja kerja lengkap dengan rok span yang aku pakai tadi malam.
Hal pertama yang aku butuhkan setelahnya adalah pergi ke kamar mandi. Aku sudah berpakaian, walaupun pakaian ini agak kusut namun bukan masalah besar. Rambut adalah yang utama. Aku tidak mau telihat seperti singa ketika bangun tidur. Terlebih harus berhadapan dengan orang asing yang lumayan tampan. Aku bisa mendeskripsikannya walaupun si makhluk itu tertidur pulas. Hidung mancung, bulu mata panjang untuk ukuran pria, bibir penuh, aroma parfum sangat laki-laki meninggalkan jejak pada indera penciumanku dan rambut yang tebal. Lalu apalagi? Mau taruhan? Kita lihat saja nanti saat dia terbangun.
Tidak sulit menemukan kamar mandi di ruangan ini. Apartement ini cukup besar untuk ukuran studio. Dan cukup mewah. Aku segera mengunci pintu saat berada di dalam kamar mandi. Setidaknya aku bisa aman untuk beberapa menit berada di sini.
Mataku membelo melihat sederetan parfum pria berbagai merk. Hugo Boss, Giorgio Armani, Calvin Klein dan Hermes. Aku menduga pria ini metroseksual. Selalu ingin tampil rapi dan wangi setiap saat. Aku yang wanita saja hanya punya dua jenis parfum. Dia yang abnormal atau aku yang aneh?
Aku diam beberapa menit saat buang air kecil. Berusaha untuk mengingat apa yang terjadi semalam. Seingatku, aku minum cukup banyak. Martini, tequila, lalu apa lagi? Aku lupa. Terakhir kali, hal yang membekas di ingatanku adalah pria ini datang mendekat di bar dan berkenalan denganku. Lalu aku memesan minuman lagi dan...
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE NIGHT STAND
RomanceUntuk saat ini, aku tidak percaya dengan cinta. Entah nanti... ONE NIGHT STAND adalah sebuah cerita pendek tentang seorang wanita berusia 27 tahun yang berprofesi sebagai sekretaris dan hidup melajang. Apa yang menarik? Temukan kejutan-kejutan kecil...