Sudah 3 hari kami mencoba mencari tahu maksud dari tulisan tersebut. Namun, tetap tidak membuahkan hasil apapun. Aku, Lupta dan Deuca sudah menyerah dengan itu, kecuali Ciosa. Dia tidak akan menyerah dengan hal itu.
Ciosa pun terus berusaha mencarinya dan mengiraukan kami. Ia tidak memaksa kami lagi untuk membantunya. Ia mengerti kalau kami tidak akan pernah bisa memecahkan kode itu. Akhirnya ia memutuskan mencari tahunya sendiri. Anehnya, kabar tentang pembunuhan pun tidak muncul lagi atau lebih tepatnya belum muncul selama kami diliburkan. Hal itu membuat Ciosa semakin tertarik. Apakah pembunuhnya juga libur? Entah, aku sangat malas memikirkan hal itu.
"Aku sudah mulai mengerti dengan tulisan ini," suara Ciosa yg berhasil membuat kami mengalihkan perhatian kepadanya.
"Apa kau sudah tahu?" Tanya Lupta
"aku belum bisa memastikannya. Tapi, jika aku sudah berhasil memecahkan semuanya. Aku akan memberitahukannya kepada kalian" balas Ciosa.
"Baiklah, kalau begitu kami pulang dulu,,,,aku sudah lelah dan mengantuk," ucap Deuca setengah menguap dan aku setuju dengan hal itu. Sudah 3 hari kami menginap diapartemen Ciosa.
"Ciosa, sebenarnya aku sudah lama ingin memberitahukan mu tentanga ini. Tapi, aku masih memikirkan kapan waktu yg pas dan menurutku seka....." ucapan Lupta terputus karena Ciosa memotongnya "sudahlah Lupta besok saja katakan itu, 4 hari lagi. Aku tidak ingin memikirkan yg lain dulu. Aku akan fokus dengan ini dan jangan ada yg datang kerumahku selama 4 hari ini, mengerti? Karena kalian akan mengganggu konsentrasi ku."
Setelah itu kami pun pulang kerumah masing masing, ingin mengistirahatkan tubuh dan pikiran kami. Aku hanya heran dengan gadis itu, bisa bisanya dia segitu tertariknya dengan kasus ini. Sudahlah aku sedang malas memikirkan hal itu.
***
4 hari kemudian.......
Ciosa Lupyt ditemukan tewas dikamar apartemennya dengan tubuh yg membiru akibat mengkonsumsi sebuah racun. Racun yg langka karena menurut para ahli racun ini akan bereaksi selama 4 hari. Orang yg mengkonsumsinya tidak akan sadar dan menjadi kecanduan.
Selama itu organ dalam korban akan mengalami kerusakan secara bertahap dan mengakibatkan kematian secara perlahan. Racun ini adalah racun jenis baru yg tidak pernah ditemukan. Seseorang berhasil meracik racun tersebut, pasti ia seorang ilmuwan yg jenius.
Didekat mayat Ciosa ditemukan sebuah kertas yg bertuliskan "BIARKAN SEMUANYA MENJADI RAHASIA KITA" para detektif pun mengambil kesimpulan bahwa orang yg membunuh Ciosa sama dengan orang yg selama ini mereka cari dan ia adalah seorang ilmuwan.
Kemungkinan besar Ciosa telah berhasil memecahkan kode tersebut. Namun, tidak ditemukan apa pun selain kertas dari pembunuh, sepertinya pembunuh juga sudah melenyapkan kertas berisi kode yg telah dipecahkan itu.
Sebelumnya Ciosa sempat menelpon kami. Ia mengatakan bahwa ia telah memecahkan kode itu, ternyata itu hanya sebuah huruf yg diacak. Ciosa berhasil menyusunnya dan memberitahu kami isi kata yg telah disusunnya. Tapi, tidak semua hanya beberapa.
Ciosa bilang ia akan memberitahu semuanya dihari yg telah disepakati. Namun, pembunuh itu telah mendahului kami. "MY NAME" itu sebagian kata yg berhasil Ciosa susun dan katakan pada kami. Entah bagaimana ia tahu. Sepertinya isi kertas itu adalah nama pembunuhnya.
***
Sudah lewat seminggu kabar tentang kematian Ciosa Lupyt. Itu pertanda musim dingin telah berakhir dan musim semi telah hadir. Pertanda juga bagi kami bahwa libur sekolah telah berakhir.
Dengan malasnya aku bangun dari tempat tidur dan mandi. Aku merasa hari liburku masih kurang begitupun Lupta.
Setelah semuanya selesai, aku dan Lupta berpamitan kepada Mom untuk untuk berangkat kesekolah. Mom pun meminta kami untuk saling menjaga dan melindungi. Karena kabar tentang pembunuhan itu membuat Mom khawatir. Tidak hanya Mom, para ibu pun juga khawatir pada anak anak mereka.
Akhirnya kami sampai disekolah setelah beberapa menit menaiki angkutan umum. Ya, inilah sekolah kami, hight school Welwitschia. Sekolah swasta biasa yg memiliki banyak murid berprestasi dan tidak sedikit juga yg nakal. Pagarnya dari besi yg terlihat sudah tua begitupun bangunannya, dipolesi dengan cat putih yang dipadukan dengan abu - abu dan hitam. Memiliki beberapa gedung yg berlantai dua, tidak ada yg istimewa dari sekolah ini.
Hanya saja tempat ini seperti sebuah neraka bagi kami yg telah terjerumus didalamnya. Guru gurunya yg selalu membuat kami seperti robot robot yg dikendalikan. Mereka menganggap kami robot, dengan seenak jidatnya menyiksa kami dengan tugas tugas yg menunpuk setinggi gunung everest.
Mereka terlalu egois, menganggap hanya mereka yg sibuk hanya mereka yg lelah hanya mereka yg benar, kami para siswa selalu salah dan harus tunduk. Jika tidak ingin tinggal kelas atau nilai yg akan menjadi akibatnya. kami juga manusia, kami juga lelah, kami juga stress dengan ini semua. Namun, ada juga beberapa guru yg pengertian tapi itu hanya dua tau tiga saja.
Bel pulang pun berbunyi pertanda kebebasan bagi para siswa disekolah. Hari ini seperti biasa Lupta tidak bisa menemaniku pulang, karena ia ada latihan basket. Didekat lorong sekolah aku melihat Lupta sedang dikerumuni oleh beberapa orang. Bisa dilihat mereka ber4, sepertinya terjadi sesuatu yg buruk. Aku pun menghampiri Lupta.
Namun, langkahku terhenti, karena aku mendengar bahwa mereka berusaha melukai Lupta.
"Oh....jadi kau kapten basket yg sombong itu? Cih,,,,,,aku sangat membencimu"suara salah satu dari mereka, sepertinya dia ketuanya.
"Hmmm,,,,memangnya ada apa?" Balas Lupta dengan sifat dinginnya. Ya, Lupta akan bersikap dingin dengan orang yg tidak ia sukai.
"Ciiihhh....sombong sekali kau. Aku ingin menantangmu berkelahi"
"Baiklah, tapi jangan disini" balas Lupta, sepertinya Lupta tahu kalau aku melihatnya. Lupta tidak ingin berkelahi didepanku, karena menurut Lupta nanti penyakitku akan kambuh.
"Baiklah kita selesaikan di halaman belakang sekolah"
Aku pun mengikuti mereka dengan hati hati agar tidak ketahuan oleh Lupta. Mereka berkelahi di halaman belakang sekolah. Sepertinya ia preman sekolah, ia hanya sendirian melawan Lupta, satu lawan satu ya. Merepotkan saja, itu menurutuku. Aku rasa mereka terlalu lemah jika melawan Lupta. Setelah itu aku pulang, bukannya aku tidak ingin membantu Lupta hanya saja aku tidak bisa melihat kekerasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
our secrets
Mystery / ThrillerSebuah kasus pembunuhan yg terjadi membuat semua orang resah dan takut. Anehnya, ini terjadi dilingkungan sekolah. Ia membunuh korbannya dan meninggalkan sebuah kode yg sangat sulit dipecahkan. Siapa yg berhasil memecahkannya maka ia akan mendapat s...