21 DESEMBER, 7 tahun yg lalu.
Musim salju tahun ini telah datang, ia membekukan seluruh kota. Ia tidak datang sendirian karena ia juga membawa hawa dingin, membuat orang orang malas untuk beraktivitas begitupun aku. Aku ingin meringkuk dibawah selimut lembut dan hangatku seharian penuh.
Tapi, monster berbentuk manusia ini memaksaku pergi bersamanya. Aku hanya merasa heran tumben sekali ia mau mengajakku keluar? Apa yg ia rencanakan?. Mau tidak mau aku harus menurut karena hari ini aku tidak ingin mendapat hadiah darinya. Hadiah yg kumaksud adalah pukulan yg meninggalkan lebam kebiruan ditubuhku.
Terkadang aku merasa heran jimat apa yg ia pakai, sehingga ayahku begitu patuh dan tunduk padanya. Ia sangat hebat dalam bermain peran, sangat hebat dalam hal apapun.
Tapi, ada satu hal yg ingin ku tunjukkan padanya, bahwa aku lebih hebat bermain peran darinya. akan kutunjukkan apabila waktunya telah tiba. Aku hanya mencari waktu yg pas, karena sekarang aku masih meraciknya. Hingga waktu itu tiba maka aku harus bersabar dalam penderitaan ini.
Sepertinya tidak perlu menggunakan racun racikanku karena waktunya menunjukkan padanya siapa aku sebenarnya. Ia membuatku menjadi monster yg lebih kejam darinya. Ia telah melukai hati ibu kandungku dan membuat ayah berpaling dari ibu. Dan sekarang ia menyiksaku. Kau tahu ia tidak pernah mencintai ayahku dengan tulus, yg ia cintai hanya harta ayah. Karena aku anak yg berbakti maka tugasku lah untuk menyingkirkan orang yg seperti itu.
***
Kemana monster itu membawaku?
Ia membawaku kerumah sakit untuk memeriksakan kehamilannya. Tapi, aku masih memikirkan kenapa ia membawaku. Aku sangat membencinya, apalagi melihat perutnya yg membesar seperti itu. Dalam perut itu berisi sebuah kehidupan, tapi aku tidak tahu itu anak dari ayah atau pria lain.
Kami menunggu antrian yg lumayan panjang. Tidak tahu kenapa, mungkin hari ini para ibu hamil serentak memeriksakan kehamilannya. Aku menunggu sendirian, kemana monster itu? Maksudku ibu tiriku? Ia pergi sebentar entah kemana, aku pun tidak peduli kalau bisa tidak usah kembali.
Akhirnya giliran dia pun tiba, namun dia belum juga kembali. Aku pun mencarinya dan tidak menemukannya. Tiba tiba terlintas dikepalaku untuk pergi keatap rumah sakit, bukan untuk mencarinya hanya saja aku ingin mencari udara segar.
Sudah lama aku tidak keluar rumah dan melihat lingkungan sekitar. Melalui atap rumah sakit yg tinggi maka aku akan bisa melihat pemandangan kota yg diselimuti salju. Jangan salah, musim salju memang tidak memiliki manfaat apapun menurutku. Tapi, selain hanya memberikan hawa dingin, musim salju juga menyimpan keindahan yg tidak diketahui banyak orang.
Aku pun mulai menyusuri setiap tangga yg menghubungkannya dengan atap rumah sakit. Saat telah sampai, tiba tiba aku mendengar sebuah suara. Suara seseorang yg sedang menelpon. 'sepertinya aku tidak sendiri disini' pikirku. Tapi, suara itu sedikit tidak asing, aku mengenali suara itu.
'Cih,,,kau pikir aku sudi mengandung anak darinya. Mana mungkin aku mau, aku menikah dengannya karena hartanya saja. Aku akan segera menggugurkannya. Aku sekarang sedang berada dirumah sakit. Aku sudah membayar dokter itu untuk tutup mulut. Iya, penggugurannya akan segera dilakukan. Jika dia bertanya aku bilang saja tadi anaknya yg manja itu mendorongku dan membuat aku keguguran gampangkan?. Hmm...sekarang aku sedang bersama anaknya, ia sedang menunggu dibawah. ' suara monster itu yg sedang menelpon sengkokolannya, membuat aku merasa geram dan emosi yg kutahan sudah mendidih dari tadi. Tapi, aku hanya bocah yg tidak bisa berbuat apa apa.
Tunggu katanya 'Mendorong' ya? Baiklah, sebuah ide muncul di kepalaku, bersamaan dengan itu senyum seringai pun muncul diwajahku yg terlihat polos ini. Dengan memanfaatkan salju yg licin, aku pun beraksi. Aku berlari sekuat tenaga untuk menuju kearahanya dan.....
Aaaaaa......
Aku mendengar suara teriakannya, lalu
Bruk.......
Suara sebuah benda yg jatuh dari ketinggian. Aku pun melihat kebawah. Dapatku lihat cairan kental berwarna merah pekat yg masih segar mengalir dari tubuhnya. Membuat salju yg berada didekat tubuhnya berubah warna menjadi merah. Ia terjatuh? Apa ini nyata? Aku merasa begitu senang. Aku mendorongnya sesuai dengan apa yg ia inginkan. Apa aku salah? Aku hanya mengabulkan keinginan monster itu. Beberapa detik kemudian, orang orang pun mulai ramai mengerumuni tubuhnya itu.
Bersamaan dengan itu sebuah butiran putih yg terlihat lembut itu jatuh menyentuh pipiku, orang orang menyebutnya dengan salju. Suasana terasa begitu semakin dingin tapi, itu membuatku senang. Aku terbebas dari monster itu begitupun ayahku.
Tidak ada yg tahu apa yg terjadi. Mereka hanya tahu kalau monster itu terjatuh dari atap. Ia tergelincir karena licin yg diakibatkan oleh salju. polisi dan detektif pun tidak melanjutkan investigasi karena mereka menganggap kalau anak kecil tidak mungkin berbohong.
Apa? Anak kecil?
Ya...aku yg mereka maksud, aku sangat pandai menjelaskannya sambil menangis. Sehingga mereka percaya, toh memang alasan yg kujelaskan memang masuk akal.
Dipemakaman aku melihat ayah sangat terpukul. Apa aku merasa menyesal karena melihat ayah seperti itu? Oh tentu tidak. Itu balasan bagi orang orang yg telah menyakiti ibuku. Semenjak hari itu aku sudah mulai membenci ayah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Beberapa bulan kemudian ayah divonis mendapat penyakit langka. Semenjak itu aku menjaga ayah dengan baik. Aku merasa sedikit kasihan pada ayah, karena ia menderita gara gara penyakitnya sendiri.
Beberapa tahun kemudian, ayah pun menyerah dan memilih menyusul selingkuhannya itu. Apa aku sedih? Tidak, karena dengan kepergiannya maka ia tidak akan menderita lagi. Ia tidak akan merasakan sakit lagi.
Aku pun mengadakan upacara pemakaman untuk ayah. Setelah itu, ibu datang menjemputku dan memelukku sambil menangis. Dapat ku rasakan pelukan hangatnya yg tujuh tahun ini aku rindukan. Aku kembali hidup bersama ibu dan Lupta.
Ibu pun mendaftarkanku disekolah yg sama dengan Lupta dan kami sekelas. Meski aku kembali tinggal bersama ibu dan Lupta. Tapi, sifat dingin dan pendiamku tidak bisa hilang.
Dulu aku adalah anak yg periang, ceria, cerewet dan selalu bersemangat. Berbanding terbalik dengan diriku yg sekarang. Awalnya Lupta merasa jauh dariku karena ia tidak mengenali aku yg sekarang. Tapi, ibu bilang aku bisa kembali seperti dulu seiring berjalannya waktu. Mom bilang aku butuh waktu untuk itu.
Lupta pun mengerti akan hal itu. Ia tahu apa yg ku alami selama hidup bersama ibu tiri. Ia pun merasa sangat menyesal karena tidak bisa menjagaku. Lupta pun berjanji mulai saat ini tidak akan ada yg bisa memisahkan kami lagi. Dan selalu mendukung apapun yg aku lakukan.
Termasuk membunuh sahabatnya sendiri.
Perlu ku beritahu, Aku tidak sembarang membunuh orang karena aku mempunyai beberapa alasan. Akan ku jelaskan semuanya....... satu persatu......
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
our secrets
Mystery / ThrillerSebuah kasus pembunuhan yg terjadi membuat semua orang resah dan takut. Anehnya, ini terjadi dilingkungan sekolah. Ia membunuh korbannya dan meninggalkan sebuah kode yg sangat sulit dipecahkan. Siapa yg berhasil memecahkannya maka ia akan mendapat s...