PART 3

112 3 0
                                    


Sekarang, ayo kita lihat penampilan seseorang di hadapanku ini.

Seorang perempuan yang lebih tinggi dariku dan Wrath, dengan rambut hitam panjangnya terurai lembut. Dua buah telinga kucing muncul dari puncak kepalanya, tak lupa juga dengan ekor panjang berbulu abu-abu yang terlihat menjuntai dari balik rok kotak-kotak yang dipakainya. "Perempuan setengah kucing" ini memakai jaket tanpa tudung berwarna hijau tua dengan kedua lengan jaket itu digulung. Dan terakhir, ia memakai sepatu boots pendek berwarna krim.

Astaga, apa telinga dan ekor yang dimilikinya itu asli?

"Oh, Hana! Kau datang tepat waktu, ya!" sapa Wrath yang muncul dari balik punggungku, menggoyang-goyangkan ekornya. Perempuan yang dipanggil dengan nama "Hana" itu tidak membalas sapaannya, justru mata bulatnya terlihat berbinar ketika melihat Wrath kecil. Tangannya ia rentangkan lebar-lebar, sebelum berlari ke arah Wrath dan memeluknya erat.

"Waahh, kamu jadi kecil! Lucu deh, kenapa kamu bisa jadi kecil, Wrath?" tanya Hana sangat excited dengan sosok Wrath sebagai anak kecil. Ia memeluknya sambil sesekali mengelus rambut kepala iblis itu, persis seperti ibu yang sangat menyayangi anaknya. Kalau ini adalah film animasi, pasti di sekitar Hana sudah timbul bentuk-bentuk hati.

"Ugh, tunggu! Woi, Hana, lepaskan aku! Ini karena aku menggunakan setengah kekuatanku untuk pergi ke dunia manusia, dasar kucing! Bukannya harusnya kamu sudah tahu!?" teriak Wrath meronta-ronta minta dilepaskan dari pelukan Hana.

"Nggak mau~! Biasanya kamu itu selalu sok keren dan sombong, tapi sekarang jadi imut banget~!" seolah tak peduli dengan segala umpatan Wrath pada dirinya, Hana masih saja memeluk Wrath dan sepertinya ia benar-benar tidak akan melepaskan iblis kecil itu seandainya dia tidak menyadari keberadaanku.

"Wah, maaf, ya! Kamu pasti manusia yang dibawa Wrath kesini. Siapa namamu?" tanya Hana dengan ramah setelah melepas pelukannya dan menghampiriku. Kepalanya sedikit ditundukkan karena aku lebih pendek darinya.

"Aku Rina..." jawabku ragu, karena masih terkejut dan tidak percaya dengan "makhluk" nyata di depan mataku ini.

Siapapun, tolong katakan kalau ini semua bukan mimpi.

"Baiklah, Rina! Ayo, kita langsung pergi ke markas! Wrath sudah menjelaskan semuanya padamu, 'kan?" ujar Hana menggenggam tanganku, bermaksud membawaku pergi bersamanya. Tapi, langkahku tertahan karena aku menyadari bahwa masih ada yang janggal setelah mendengar pertanyaan Hana tadi.

Kalau dipikir-pikir, iblis yang namanya terdapat dalam tujuh dosa besar ini sama sekali tidak memberitahuku tentang "misi" yang dikatakannya. Ia hanya muncul tiba-tiba di kamarku, bercerita bahwa di dunia ini ada dimensi lain, dengan seenaknya mendorongku dan membiarkanku terjun bebas di langit, lalu masih saja bertanya apakah aku baik-baik saja setelah rangkaian peristiwa tadi.

Fakta yang kuungkapkan pada Hana membuat gadis itu mendadak seperti mengeluarkan api yang membara—simbol dari kemarahan dan kekesalannya. Wrath kecil yang sedang terbang di belakang Hana hanya berpose santai dan bersiul, namun keringat dingin jatuh dari pelipisnya. Dengan perlahan, Hana menoleh ke arah Wrath dengan ekspresi menyeramkan, ditambah dengan senyum penuh ancaman.

"Wrath~? Aku sudah bilang padamu untuk membawanya baik-baik, 'kan, hmm~?" tanya Hana dengan nada mengintimidasi, membuat Wrath merinding seketika dan wajahnya memucat. Iblis itu tak mampu berkata-kata dan hanya membalikkan badan, kembali bersiul.

Hana yang melihat tingkah Wrath hanya menghela nafas panjang, lalu kembali menatapku. Ia mengajakku untuk berjalan ke tepi "sepetak pulau" ini, di mana tidak ada jalan yang dibangun di sekitar menara Vator.

Anonymous WorldWhere stories live. Discover now