Ask For A Favor.

7 0 0
                                    

Hari itu aku meninggalkannya. Kemarahanku masih tidak bisa kubendung.  Tentu saja ia melihatku dengannya. Ki Woo-sunbae. Matahari pagi yang menyorot menyilaukan membuatku berbaring diatas kasurku dengan menutup mata menggunakan lenganku. Ponsel-ku berbunyi.

"Aku ada didepan rumahmu." Isi pesan Jae Yul.

Aku bangkit dan langsung melompat kearah jendela. Ku mengintip keluar, dan mendapatinya bersandar di mobilnya.

"Kau akan segera turunkan?" memastikan ku akan menemuinya.

"Hmm."

"Baiklah aku akan menunggumu."

---

Aku keluar dari rumahku. Ia memperbaiki caranya berdiri yang tadinya menunduk.

"Oh kau disini." Katanya ceria menyambutku.

Aku tidak menghiraukannya dan langsung masuk kedalam mobil. Sepanjang perjalanan aku sibuk dengan ponsel-ku.

"Kau tetap berhubungan dengannya?" tanya Jae Yul mendekatkan kepalanya mencoba mengintip ponsel-ku.

"Hyaaa~ perhatikan depanmu!!!"

"Arasseoo."

"Jangan kau kira aku sudah memaafkanmu. Perhatikan sikapmu."

"Ga Eun-ah."

Aku tidak menjawab menunggunya melanjutkan. Tetapi, ia justru membungkam mulutnya dan tidak menuturkan apa-pun.

"Ada apa?" tanya ku berbalik melihatnya.

"Apa kau tau. Bukan hanya kau yang menderita dengan ini. Aku juga resah dan bingung harus bagaimana. Hal ini sangat mendadak dan juga sulit bagiku. Apa kau bisa mengerti?"

Kata-katanya menghanyutkan-ku. Menuturkannya dengan nada lirih membuatku mengintropeksi diriku yang egois. Aku menatap kosong.

"Maafkan aku yang tidak bisa memberimu kepastian."

Aku tidak bergerak sedikitpun dan masih mematung dalam diam bahkan belum menyadari bahwa kami sudah tiba di kampus. Dia mendekat membukakan seatbelt-ku.

"Kita sudah tiba."

Baru saja Jae Yul akan membuka pintunya, aku menghentikannya.

"Jangkamman. Kau tidak pernah mengajakku bernyanyi akhir-akhir ini. kau mau bolos?" Ajakku.

Ia tertegun sejenak dan menjawab. "Baiklah jika itu yang kau mau."

---

Tempat ini terasa masih sama, hanya saja agak pengap yang sepertinya Jae Yul juga tidak pernah memasukinya dalam waktu dekat ini.

"Kau mau minum apa?" tawar Jae Yul meletakkan kuncinya diatas meja.

"Hmmm... apa kau punya soju?"

"Bukan kah ini masih terlalu pagi untuk minum?"

"Memangnya kenapa? Aku pikir itu tidak ada hubungannya."

"Ne Agassi. Aku akan segera membawakannya." dengan suara seperti seorang waiter yang membuatku tersenyum tipis.

"Oh. Kau tersenyum, rasanya sudah lama tak melihatnya." Senyumnya membalasku.

Kini ia melangkah keluar, aku memerhatikan sekeliling ruangan yang terasa begitu aku rindukan. Suatu benda dengan kain putih menutupinya yang berada didekat jendela menarik perhatianku. Aku melangkah mendekat dengan gumamanku "Apa itu sedari dulu disana?"

Aku menarik kainnya.

"Tadaaa~ ini dia sojunya" seru Jae Yul yang sudah kembali.

Aku tidak berbalik melihatnya. Ia kini melangkah mendekatiku.

"Bagaimana? Kau ingin memainkannya?" tanyanya padaku.

"Tentu saja. Sudah lama aku tidak bermain piano. Wah apa aku bahkan masih ingat notnya?"

Kataku sambil merenggangkan jari-jariku dan duduk di depan piano itu. Ku melemaskan leherku dan mencoba mengecek semua notnya.

🎶Almost, almost is never enough
So close to being in love
If i would have known that you wanted me
The way I wanted you
Then maybe we wouldn't be two worlds apart
But right here in each other arms🎶

***

yay update. sorry banget telat:((
tapi, sebenarnya kalian penasaran tdk sih sama kelanjutannya? komen yah. makasih heheh...

Yy.
isa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUCKY!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang