03

89 6 0
                                    

Aku memang bebas mencintai siapapun termasuk kamu, namun sayangnya aku hanya bisa mencintai dalam diam.

"Aduh Lunar lo kemana sih??! Jangan buat gw khawatir!"

Di sisi lain Juna tengah di landa kekhawatiran bahkan ia sempat berpikir kalau Lunar ada di luar lingkungan sekolah.

Handphone Lunar sedari tadi tak henti-hentinya bergetar. Sekiranya terdapat 25 panggilan tak terjawab dan 30 pesan dari Juna tapi hanya di abaikannya. Di sisi lain Juna tampak begitu khawatir sedari tadi ia tak henti-hentinya mencari Lunar namun hasilnya nihil, ia tak menemukan Lunar di mana-mana. Juna sendiri memang jarang pergi ke rooftop dan cowok itu sendiri tidak tahu kalau belakangan ini sahabatnya sering kesana seraya membuang perasaannya jauh-jauh.

Kini gadis itu sedang terduduk bersandar di dinding pembatas rooftop. Air mata tak henti-hentinya mengalir dari matanya. Emosinya saat itu bercampur aduk. Dan untuk pertama kalinya seorang Lunar membolos.

"AAARGH!!" Teriak cewek itu frustasi kemudian menjambak rambutnya.

"Maafin gw Juna hiks, gw terlalu egois hiks. Sekarang lo bebas kok hiks Jun nentuin piliha--"

"Berisik!!" Sontak Lunar terlonjak kaget mendengar suara teriakan yang tidak begitu kencang di sisi lain rooftop. Lunar menormalkan emosinya, mengusap airmatanya kemudian bangkit mencari asal suara itu.

Lunar cukup tersentak kaget mendapati seorang cowok yang kini tengah terlelap dengan wajah yang di halangi kedua tangannya.

"Ngapain lo liatin gw." Lunar kembali di kejutkan dengan ucapan cowok itu, cowok itu memperbaiki duduknya dengan bersandar di dinding. kini Lunar dapat melihat wajah cowok itu dengan jelas.

"Siapa nih cewek? Kok gw gak pernah lihat."

Lunar terpaku untuk beberapa saat karena mendapati Milo. Sebenarnya Lunar tidak akan mengenal cowok itu kalau saja cowok itu tidak pernah membuat onar. Lunar mengetahui cowok  yang tengah bersandar sambil menatapnya heran. Siapa yang tak mengenal Milo? Seorang Milo Adiputra Pratama.

Cowok yang sering di panggil berdiri di depan saat upacara. Cowok yang hampir tiap harinya berlari mengelilingi lapangan sebanyak 15 putaran. Cowok yang tak henti-hentinya membuat guru-guru naik darah. Dan sering membuat kericuhan dengan berkelahi masal sesama angkatan ataupun adik kelas dan dialah ketua gang pembuat onar di sekolah.

"Gw tanya siapa nama lo?!" Lunar tersadar dari lamunannya.

"Lu-- Lunar."

"Lah kenapa gw jawab?!"

Kini Lunar merutuki dirinya, ia tak mau ambil pusing dengan cowok di hadapannya itu. Ia tak mau berurusan dengan seorang badboy. Lunar memilih untuk kembali ke tempatnya tadi.
Bodo amat dengan cowok itu.

Saat Lunar sudah kembali duduk di tempatnya, kini cowok itu berjalan menuju ke arahnya. Lunar langsung membuang muka.

"Eh apaan nih?!"

Cowok itu tiba-tiba saja duduk di sampingnya.

"Kenapa lo nangis sampe segitunya?" Tanya Milo memandang Lunar. Namun Lunar memilih untuk diam. Apalagi yang bisa di katakannya?

"Gw sakit hati, sahabat yang dari dulu gw cinta sekarang malah jadian sama orang lain."

TIDAK! Gila saja kalau sampai Lunar mengatakan hal itu. Cewek itu hanya mengalihkan pandangannya tak mau merespon atau membalas tatapan cowok di sampingnya itu.

"Kenapa? Lo gak dapet jajan? Sampe harus nangis sesenggukan."

"Lunaarrr kenapa lo harus ngomong sendiri sih tadi??!! Alay banget deh gue."

THANKYOU LUNARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang