04

54 6 0
                                    

"Lun." Panggil Freya pelan.

"Hmm." Gumam Lunar yang masih sibuk menulis.

"Lo sama Juna gimana??" Tanya Rara yang membuat Lunar menoleh ke arah mereka dengan tatapan tajam.

"Ya gak gimana-gimana." Jawab Lunar malas membahas masalah cowok itu.

                                        〰〰〰

"TENG TENG TENG!"

"Lun! Buru udah bel nih!" Teriak Freya di ambang pintu.

"Lo duluan aja Fe, gw masih nyari topi gw!"
Jawab Lunar yang kebingungan mencari topinya. Hari ini adalah hari senin dan upacara akan di laksanakan berhubung cuaca yang mendukung.

"Yaudah deh!" Ucap Freya kemudian pergi menuju lapangan sekolah.

"Duh topi gw kemana sih?!" Lunar mulai panik namun kepanikannya reda saat mendapati topinya yang ternyata tergeletak di bawah kolong mejanya.

Lunar berlari menyusuri koridor menuju lapangan yang sudah di padati siswa-siswi. Setelah mendapati barisan kelasnya ia berlari menghampiri teman-temannya.

"Lun lo di depan aja! Cewek-cewek gak ada yang mau maju." Pinta Putra yang kebetulan adalah ketua kelasnya. Dengan pasrah Lunar maju mengisi barisan terdepan. Teman-teman ceweknya memang tidak mau berbaris paling depan karena akan terjemur sinar matahari, jika baris di belakang ada pohon besar di sekitaran pinggir lapangan yang akan meneduhi mereka.

"Yaudah deh."

Upacara pun berlangsung sambil beberapa guru berkeliling memeriksa kerapihan siswa-siswi dan berjaga-jaga apabila ada siswa-siswi yang pingsan. Anak-anak PMR pun tengah standbye di belakang barisan siswa-siswi.

"AMANAT PEMBINA UPACARA." Ucap pembaca teks dengan mc.
                                   
Seteleh di istirahatkan, pak Gersom yang saat itu menjadi instruktur upacara memulai pidato panjang lebarnya yang begitu membosankan.

"MILO ADIPUTRA PRATAMA, AZKA ARIFIN PRASETYO, ARNAN ERLANGGA PRADIPTA, GENTA RIVANO SAPUTRA, GUNTUR FIONRI WIJAYA, MAJU KALIAN KE DEPAN." Ucap pak Gersom di pertengahan pidatonya. Seluruh siswa-siswi kini mengedarkan pandangan mereka mencari-cari keberadaan 4 cowok biang onar itu.

5 orang cowok yang berpenampilan urak-urakan maju ke depan dengan santainya. Merekalah penghancur sekolah (di mata guru-guru.) Padahal keberadaan mereka juga tanpa guru-guru tahu mengamankan sekolah itu dari aksi tawuran yang ingin di lakukan sekolah lain. Nama mereka begitu di takuti di kalangan siswa sejenis dengan mereka di sekolah luar. Makanya tidak ada yang berani cari gara-gara dengan SMA N 3 Merah Putih. Karena sekolah itu menampung 5 siswa pembuat masalah namun tak dapat di pungkiri masing-masing mereka berparas tampan.

"JADI ANAK-ANAK, MEREKA ADALAH CONTOH SISWA-SISWA YANG TIDAK PATUH PADA ATURAN DAN SUKA SEKALI MEMBUAT ONAR, PERILAKU MEREKA TIDAK PATUT UNTUK DI TIRU."
pak Gersom mulai berapi-api.

"KALIAN! KENAPA KALIAN MENGHAJAR ADIK KELAS KALIAN?! MAU JADI JAGOAN KALIAN?!"

"BELUM SELESAI MASALAH KALIAN BERKELAHI DENGAN SATU ANGKATAN, SEKARANG MAU KELIHATAN JAGO DI MATA ADIK-ADIK KELAS KALIAN??!"
Pak Gersom mendelik tajam ke arah mereka.

Namun ke 5 cowok itu hanya menunjukkan ekspresi santai mereka yang begitu mengenekan guru. Mereka berdiri dengan santainya sambil kedua tangan di masukan ke saku celana mereka sambil mengedarkan pandangan mereka pada siswa-siswi di hadapan mereka. Sok sekali.

"Hadehh bakalan panjang nih, malah panas banget lagi." Lunar berdecak kelas di barisannya, gara-gara 5 orang itu kini ia harus menanggung imbasnya, di jemur di bawah matahari yang begitu terik.

"GAK KAPOK-KAPOK YA KALIAN BIKIN ULAH!......"

Di sisi lain seorang cowok yang berdiri di hadapan 1000 lebih siswa, sedari tadi  ia tak henti-hentinya menatap seorang cewek yang sedang bergerutu karena kepanasan di barisannya. Cowok itu terkekeh melihat tingkah cewek itu yang menampilkan tampang sebalnya.

"MILO! KAMU LAGI! DI BILANGIN MALAH CENGENGESAN." Cowok yang bernama Milo itu tidak mengindahkan teguran pak Gersom, ia malah makin asik menatap cewek itu yang kini tengah salah tingkah karena menyadari ada yang memerhatikannya sedari tadi.

"Dia lagi, emang dasar tukang ulah." Batin Lunar menatap Milo yang tengah menatapnya juga.

"Lah kenapa tu anak? Kok mukanya bonyok."
Terdapat lebam di bibir dan dahi cowok itu.
Milo yang melihat ekspresi lucu cewek itu tiba-tiba menyunggingkan senyumannya sambil terus menatap Lunar. Lunar kembali di buat salting oleh cowok itu. Lebih baik ia menunduk saja. Kini Lunar tak berani untuk mendongakkan kepalanya.

"Dasar cewek aneh." Batin Milo masih dengan senyuman manisnya.

                                          〰〰〰

Bel istirahat telah berbunyi sejak 8 menit yang lalu. Lunar memilih menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca novel yang baru di belikan mamanya sepekan lalu. Lunar belum selesai membaca novel itu dan saat ini di bawah teduh pohon ia bermaksud untuk menyelesaikannya.

"Ah! Juna andaikan lo kayak Given!"
Ucap Lunar merasa jatuh hati dengan salah satu tokoh karakter dari novel yang sedang di bacanya, yang berjudul 'Goobye Given' karya Jillvlym.

"Sayang banget Ven cowok kayak lo adanya di dunia novel, mana ada di dunia nyata cowok setulus ka--"

"Ada, ini gw orangnya." Ucapan Lunar di potong oleh seorang cowok yang entah dari mana dan sejak kapan, sekarang telah duduk manis di samping Lunar.

"Lo! Ngapa--"

"Sstt! Berisik!" Lagi-lagi ia tak membiarkan Lunar menyelasaikan ucapannya.

"Ngapain lo di sini??" Tanya Lunar sinis.

"Yee emangnya ini bangku punya nenek moyang lo!" Ucap cowok itu acuh tak acuh.

"Emangnya punya nenek moyang lo juga?"

Milo berdecak kesal mendengar perkataan Lunar. Dan cewek itu malah tertawa, berhasil membalas cowok di sampingnya itu.

"Jadi ceritanya lo nangkring di sini sambil ngarep di datengin cowok tulus nan tampan?"
Lunar menoleh ke arah Milo lalu mengernyitkan keningnya.

"Selamat! Keinginan lo terwujud, ini cowoknya ada di sebelah elo." Ucap Milo sambil tersenyum dengan begitu percaya dirinya.

Untuk apa dia tidak percaya diri? Lah orangnya memang ganteng. Sekalipun mengetahui hal itu tapi Lunar ogah untuk mengakuinya.

"Pd juta." Gumam cewek itu yang masih bisa di tangkap telinga Milo.

Lunar kembali membaca novelnya, padahal sudah selesai ia baca keseluruhannya. Sekedar untuk pengalihan agar ia tak terlihat mati gaya di depan cowok tengil yang di ada sampingnya itu. Milo mengalihkan pandangannya pada Lunar kemudian menatap lekat-lekat cewek itu.
Lunar yang merasa di perhatikan, sontak menatap Milo tak bersahabat.

Kini mereka saling tatap-tatapan. Tiba-tiba Milo mempertipis jarak antara mereka. Ia semakin mendekatkan wajahnya pada Lunar, Lunar yang merasa terpojok mempelototi Milo. Milo tak peduli ia malah semakin mendekat sampai Lunar bisa merasakan hembusan napas cowok itu.

"Eh?! Mau ngapain nih?!"

"Mukanya jangan di gituin, udah jelek gak perlu di tambah-tambahin." Bisik Milo pelan yang membuat pipi cewek itu memanas. Milo kembali pada jarak awalnya kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Awas lo!!" Lunar bangkit dari duduknya dengan pipi yang memerah lalu memukul bahu cowok itu dengan novelnya.

"DASAR COWOK KEPEDEAN SANGAT TUKANG BUAT ULAH!!" Teriak Lunar meninggalkan tempat itu dengan menghentak-hentakan kakinya kesal.

"DASAR CEWEK ANEH YANG NGEGEMESIN!"
Balas Milo saat Lunar mulai menjauh.

"Asik juga gangguin tuh cewek."

THANKYOU LUNARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang